HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Imbas ditutupnya jalur poros Jalan Pattimura, di Kelurahan Mangkupalas sejak dua pekan lalu, akibat longsor, menghambat mobilitas warga.
Guna mempersingkat jarak, hampir semua pengendara motor khususnya yang mengarah ke Kecamatan Samarinda Seberang memilih jalur alternatif di bawah kolong jembatan Mahkota II.
Rupanya, ini jadi berkah tersendiri buat warga sekitar. Mereka mendulang rupiah dengan cara menjadi joki bagi pemotor yang kesulitan. Maklum, jalur tersebut cukup ekstrem. Tak sedikit pemotor terjatuh di “jalan tikus” tersebut.
Selain jadi “joki”, sejumlah pria membantu pengendara motor yang terjebak jalan rusak, membantu ketika motor warga tak kuat menanjak, juga mengatur arus lalulintas. Sebab, jalan yang sempit membuat pengendara harus bergantian.
Bahkan, mereka acap kali membantu pengendara motor terjatuh atau menggendong anak kecil yang kelelahan akibat harus turun dari motor.
Adi (30) warga Mangkupalas, Samarinda Seberang mengaku sudah 10 hari “bekerja” di kolong jembatan itu. Dia bersama beberapa orang rekannya menunggu calon pengguna jasanya di depan pintu masuk jalur kolong jembatan Mahkota II dari segmen pos jembatan arah Kecamatan Palaran.
Dia mengaku, bekerja sebagai buruh di dok kapal di daerah Mangkupalas. Namun, karena tempat kerjanya saat ini menerapkan jadwal masuk bergantian, Adi bersama teman-teman mencoba peruntungan menawarkan jasa portir di kolong jembatan.
“Sudah 10 hari ini sini. Saya sama teman bagi tempat, saya tunggu di sini (segmen pos Jembatan Mahkota II) kalau teman saya di pintu masuk jalan PT Teluk Bajau (segmen Mangkupalas),” ujarnya.
“Saya sih kerjanya di dok kapal, tapi sudah berapa minggu nggak, makanya kesini, tapi ini aja istri tidak tahu kalau saya cari uang disini, yang penting halal,” ucapnya.
Adi menceritakan, mayoritas yang menggunakan jasanya adalah kaum wanita. Namun, ada juga pengendara motor laki-laki yang meminta dijokikan.
Dia sendiri mengaku tidak memasang tarif khusus. Pendapatan Adi menjadi seorang joki di lokasi itu juga tidak menentu.
Ketika musim hujan, ia bisa mendapatkan uang sampai Rp 100 ribu. Aktivitasnya mulai pukul 06.00 hingga pukul 22.00 WITA.
“Biasanya yang minta diantar itu perempuan. Apalagi kalau musim hujan, jalan licin, becek, mereka takut. Kalau laki-laki ada juga, biasanya yang sudah agak tua-tua,” kata Adi.
“Kalau lagi musim hujan atau rame, bisa dapat aja Rp 100 ribu mulai pagi sampai tengah malam. Tapi kadang juga nggak dapat. Orang kasih itu sukarela, kadang ada yang kasih Rp 5 ribu sampai Rp 20 ribu paling banyak, tapi ada juga yang nggak kasih apa-apa. Ya tidak mengapa, saya tidak keberatan. Bantu-bantu saja kita disini, sama-sama orang nggak punya, paham saja,” ujarnya.
Menurut Adi, sebenarnya jalan di bawah jembatan Mahkota II ini relatif lebih aman dibandingkan jika melewati Jalan Gunung RCTI untuk sampai ke Mangkupalas, Samarinda Seberang.
“Lewat sini lebih cepat, cuma 5 menit sampai di Teluk Bajau. Tapi memang jalannya begitu, pas di bawah jembatan pengendara harus tunduk supaya bisa lewat, kan rendah. Jalannya juga batu-batu dan sempit. Tapi daripada lewat RCTI, lebih berbahaya, jalannya longsor juga, licin dan rawan,” cerita Adi.
Dari Adi, diperoleh informasi bahwa jalan di bawah Jembatan Mahkota II ini ramai dilalui pengguna motor mulai pukul 06.00 hingga pukul 23.00 WITA.
Kepadatan acap kali terjadi saat jam karyawan berangkat atau pulang kerja. Selain itu, tak ada penerangan kala malam hari dan rawan binatang berbisa seperti ular.
Penulis : Ningsih