24 C
Samarinda
Saturday, February 8, 2025
Headline Kaltim

Sangalaki dan Kakaban: Keindahan Bahari Kaltim yang Menantang Konservasi

HEADLINEKALTIM.CO, TANJUNG REDEB – Kalimantan Timur, provinsi berjuluk Benua Etam, terus memukau dunia dengan keindahan bentang alamnya. Gugusan Kepulauan Derawan, khususnya Pulau Sangalaki dan Pulau Kakaban, menjadi sorotan karena daya tarik maritim dan kekayaan ekosistem unik yang mereka tawarkan. Namun, di balik keelokan itu, ada tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara pariwisata dan konservasi.

Pulau Sangalaki, seluas 280 hektare, adalah salah satu destinasi unggulan di Kepulauan Derawan. Pulau ini dikenal sebagai kawasan konservasi utama bagi penyu hijau, spesies yang saat ini terancam punah. Setiap malam, pasir putih di pantai Sangalaki menjadi tempat puluhan penyu bertelur. Dalam kurun waktu 2020 hingga 2023, sebanyak 407.173 tukik berhasil dilepasliarkan ke laut oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur.

Willi, seorang polisi hutan BKSDA, mengungkapkan bahwa patroli dan pendataan penyu hijau dilakukan setiap hari. “Pagi, sore, malam kita patroli sambil mendata dan merelokasi telur-telur,” jelasnya. Telur-telur tersebut dipindahkan ke tempat penangkaran sementara demi melindungi mereka dari ancaman predator alami atau kerusakan lingkungan.

Namun, konservasi di Pulau Sangalaki menghadapi tantangan besar. Sampah dari aktivitas wisatawan dan pencemaran menjadi ancaman nyata bagi ekosistem pulau. Kepala BKSDA Kaltim, Ari Wibawanto, menegaskan perlunya pembatasan jumlah kunjungan wisatawan demi menjaga stabilitas ekosistem.

“Kami membatasi kunjungan wisata dengan menutup kawasan pada waktu tertentu untuk pemulihan alami,” ujar Ari. Langkah ini dianggap penting untuk menyelaraskan kepentingan konservasi dan pariwisata.

Di sisi lain, Pulau Kakaban menawarkan keunikan yang sulit ditemukan di tempat lain. Laguna di tengah pulau ini merupakan habitat ubur-ubur tak bersengat, spesies langka yang hanya ditemukan di Pulau Kakaban dan Pulau Misool di Papua Barat. Namun, pada tahun 2023, ubur-ubur di laguna ini mendadak lenyap, dan beberapa ditemukan mati di tepi danau.

Subiakto, seorang penjaga Pulau Kakaban, mengungkapkan bahwa fenomena tersebut kemungkinan besar terkait dengan aktivitas manusia, termasuk pembangunan jembatan akses wisata. “Saya sudah 60 tahun lebih, belum pernah ada kejadian seperti ini,” ujarnya.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui Penjabat Gubernur Akmal Malik memutuskan untuk menutup kawasan wisata Kakaban sementara waktu. Penutupan ini bertujuan mengevaluasi dampak aktivitas manusia terhadap ekosistem dan memulihkan kondisi laguna. “Kakaban harus dikelola dengan pendekatan wisata premium agar keaslian alam tetap terjaga,” tegas Akmal.

Artikel Asli baca di antaranews.com

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim

- Advertisement -
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers Sertifikat Nomor 1321/DP-Verifikasi/K/XI/2024

Populer Minggu Ini

Wali Kota Samarinda Tegaskan Pentingnya Relokasi Warga Bantaran Sungai untuk Penanganan Banjir

HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA - Wali Kota Samarinda, Andi Harun,...

Raih Juara I Desain Grafis Tingkat Provinsi, Ini Sosok Fiqhi Orisa Salah Satu Pemuda Kreatif Samarinda 2024

PEMUDA jangan malas. Hal inilah yang ingin disampaikan Fiqhi...

Wali Kota Samarinda Akui Program Penanganan Banjir Belum Tuntas, Komitmen Terus Dilanjutkan

HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA - Wali Kota Samarinda, Andi Harun, mengakui...

Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu Apresiasi Inisiatif Polres Tanam Jagung untuk Ketahanan Pangan Lokal

HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA - Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu memberikan apresiasi...

Jubahitam Pertanyakan Karut-marut Pembagian Lapak Pasar Tangga Arung

HEADLINEKALTIM.CO, TENGGARONG - Dianggap carut marut dalam pembagian petak...

Tag Populer

Terbaru