HEADLINEKALTIM.CO, SANGATTA – Bondo nekat alias modal nekat membuat orang bisa melakukan apa saja dengan upaya sekuat mungkin untuk mencapai keberhasilan. Cemoohan dan sindiran tak dipedulikan. Itulah yang dilakukan Basuki Isnawan, seorang ASN di Pemkab Kutai Timur.
Basuki memilih merintis usaha beternak kambing. Ia sadar benar jika pilihannya ini tidak akan mudah dijalani. Apalagi, dirinya nihil pengalaman. Mantan Kepala UPT Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (KPP) Kutim yang turut berperan menghadirkan penghargaan Adipura bagi Kutim untuk Kategori Kota Kecil pada 2013 lalu, disokong penuh oleh keluarga.
“Saya hanya bilang ke istri, yakinilah Allah SWT sebagai Maha Kuasa dan maha segalanya,” tuturnya.
Tidak main-main. Keputusan pertama yang diambil Basuki adalah menjual mobil kesayangan untuk modal membeli tanah seluas 40×60 meter di Kecamatan Sangatta Selatan. Sisanya dibelikan dua ekor betina dan satu pejantan kambing peranakan etawa. Termasuk bibit kangkung, kacang panjang, cabe, beberapa potongan limbah kayu serta seng untuk kandang ternak.
“Kondisi lahan saat itu ditumbuhi perdu dengan tinggi dua kali ukuran manusia dewasa. Hari pertama adalah membersihkan lahan. Agar kemudian disusul dengan membangun kandang ternak dan memasukkan sepasang kambing otawa ke dalamnya. Empat bulan pertama hanya bertahan dari hasil memanen tanaman untuk dijual di pasar agar pakan ternak dapat tercukupi,” ujar lulusan S1 Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarwan ini.
Sesuai harapan, dua ekor kambing etawa tersebut beranak-pinak dalam waktu setengah tahun. Setiap indukan betina melahirkan dua ekor anak kambing. Waktu berjalan, dia segera menjual kambing dewasa dan diputar kembali untuk membelikan anakan kambing lainnya hingga kambing etawanya berjumlah puluhan ekor seperti sekarang.
“Kalau rezeki, satu ekor kambing betina bisa melahirkan sampai dua kali. Sehingga dalam setahun kita sebagai peternak bisa memiliki empat ekor anakan kambing. Lalu saya coba memadukan dengan beternak kelinci, ternyata prospeknya bagus sekali. Lalu diselingi dengan memelihara ayam kampung, sapi pedaging, hingga juga memelihara ikan,” terangnya.
BANGUN JEJARING PETERNAK
Basuki tidak pelit membagi resep dan ilmu beternak pada warga dan masyarakat sekitar. Berkat itulah, tumbuh peternakan-peternakan mandiri lainnya di luar peternakan miliknya. Basuki pun dinobatkan sebagai Ketua Komunitas Peternak Mandiri (KPM) Sangatta.
Bahkan, pria ini menjalankan usaha kegiatan ternaknya sendirian tanpa dibantu orang lain. Peternakan miliknya tak perlu dijaga setiap saat. Ternyata, berkat kebersamaan dalam membangun jejaring peternak mandiri yang melibatkan masyarakat sekitar peternakan, komunitas ini saling menjaga dan membantu satu sama lain.
“Kebutuhan daging di Kutim amat besar, tentu tidak ada kata terlambat bagi warga maupun pemuda-pemudi yang mau terjun ke dunia ternak. Karena jumlah peternak dan hasil ternak dari daerah ini masih belum mencukupi kebutuhan sehari-hari warga. Kebutuhan daging masih di dominasi dari daerah lain di luar Kaltim, seperti Sulawesi dan Jawa. Untuk itulah, pelan-pelan saya mulai mengajak rekan-rekan dan kawan-kawan lainnya untuk beternak secara mandiri, dan tidak perlu malu terjun dan meluangkan waktu,” jelasnya.
Melalui KPM Sangatta, dibangunlah rantai jejaring peternak-peternak mandiri lainnya di Sangatta Utara dan Sangatta Selatan. Jejaring pemasaran hasil ternak juga turut dibangun dengan menggandeng perusahaan-perusahaan di Kutim agar dapat mendukung peternak lokal dalam hal pemasok kebutuhan daging. Semisal pada saat Idul adha dan momen lainnya.
Usai Iduladha 2020 lalu, tersisa 40 ekor kambing berbagai jenis mulai dari peranakan Etawa, Senduro, Bligon, Jawa Randu. Selain itu ada pula 4 ekor sapi, puluhan ekor ayam dan puluhan ekor kelinci jenis lokal pedaging, Rex, Germain Giant, Flemish Giant, dan Haikul.
“Pembelian hasil ternak melonjak pada tahun 2019 lalu bagi seluruh anggota KPM Sangatta. Bahkan untuk saya sendiri sudah break even point alias kembali modal hanya dalam waktu dua tahun. Kemitraan dan membangun jejaring pasar tidak saja membuat peternak meraih untung, namun juga menerpa pelaku ekonomi kecil lainnya semisal bisnis kuliner maupun katering merasakan dampaknya,” ujarnya lebih jauh.
Selain itu, anak-anak sekitar diberdayakan dengan membantu mengumpulkan kotoran ternak untuk dijadikan pupuk kandang. Hasil penjualannya jadi uang jajan tambahan mereka.
Pada sudut bagian depan peternakan milik Basuki, terdapat sawung yang di dalamnya ada buku-buku bacaan. Ini menjadi sarana anak-anak sekitar dalam menimba ilmu di luar sekolah. Peternakan tersebut bahkan tidak berbau kotoran hewan, sebagaimana peternakan biasanya. Rahasianya, pada pakan ternak yang dilakukan fermentasi sendiri oleh Basuki.
Selain mampu menginsipirasi komunitas peternak, Basuki sebenarnya punya segudang prestasi sebagai ASN. Kepala Bidang Pengembangan Dinas Pemuda dan Olahraga Kutim ini juga turut andil mendorong KNPI Kutim meraih penghargaan Kabupaten Layak Pemuda (KLP) 2018 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga.
“Pekerjaan saya sebagai ASN tidak terganggu, usai salat shubuh hingga jam 7 pagi saya di peternakan, setelah itu lanjut aktifitas kantor di hari-hari kerja, lalu pada sore hari sekitar jam 16.30 hingga 18.00 sore di peternakan. Sisanya tentu berkumpul bersama isteri dan anak-anak. Senang melihat wajah isteri begitu bahagia, dan terjawab keraguannya di awal-awal,” ungkapnya menutup wawancara.
Penulis: RJ Warsa
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim