HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Camat Muara Wis Kabupaten Kutai Kartanegara Arianto mengatakan ikan pesut yang ditemukan mati pada hari Jumat, 14 Agustus 2020 masih berusia remaja.
“Berkelamin jantan dan miliki panjang 1,4 meter,” ujar Arianto.
Bangkai mamalia air tawar khas Kalimantan Timur ini ditemukan pertama kali warga ketika mengapung di Sungai Mahakam, Kecamatan Muara Wis. Kemudian, warga langsung menghubungi pemantau pesut.
“Ada warga yang lihat setelah salat Jumat pukul 13.30 WITA. Tubuh pesut mengapung dan kulitnya mengelupas. Kita hubungi tim memantau pesut dari RASI,” kata Arianto.
Pesut mati itu lalu dibawa ke Desa Pela untuk diteliti RASI. Karena, setiap ikan pesut diberi tanda dan memiliki nama oleh tim pemantau.
Arianto menegaskan pesut mati bukan karena terlilit rengge (jaring penangkap ikan) milik nelayan di Muara Wis.
Diperkirakan ikan tersebut terlilit jaring ikan di kawasan hulu sungai Mahakam.
“Jadi, bukan terlilit rengge warga Desa Muara Wis yang terpasang. Tapi terlilit rengge yang terpasang dari daerah hulu dibawa pesut dan tersangkut batang kayu,” ujar Arianto.
Dari catatan Arianto, sudah ada tiga ekor ikan pesut yang mati sejak tahun 2019. Satu ekor mati ditemukan di Desa Sebemban, Muara Wis. Seekor lagi ditemukan terdampar di Desa Danau Melintang.
“Pesut yang mati kali ini sudah ketiga kalinya. Karena, Muara Wis merupakan perairan yang masuk wilayah konservasi pesut termasuk wilayah Kecamatan Muara Kaman, Kotabangun dan Muara Muntai. Semua wilayah ini jalur pesut berenang dan mencari makan di daerah ekosistemnya,” kata Arianto.
Dari berbagai sumber, populasi ikan pesut sungai Mahakam semakin terancam dan jumlahnya diperkirakan tersisa 80 ekor.
Ancaman datang dari gangguan aktivitas kapal ponton batu bara sampai jaring penangkap ikan. Nelayan kini semakin banyak sadar akan pentingnya pelestarian pesut.
Pemerintah pun didorong untuk menetapkan zona perairan bagi pesut agar dapat dijaga keberadaannya.
Penulis: Amin