HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Warga Mangkujenang Dalam, Kelurahan Simpang Pasir, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, mengharapkan agar pembangunan jalan di wilayahnya berlanjut.
Pembangunan jalan yang merupakan satu-satunya akses keluar masuk kampung yang dilakukan pemerintah pada tahun lalu itu, belum menyeluruh.
Ironisnya, jalan tersebut juga merupakan akses jalan menuju sekolah dan pekuburan muslim. Tidak ada fasilitas penerangan di jalan tersebut.
Pantauan headlinekaltim.co, dari jalan raya, akses masuk kampung sudah dicor sepanjang 500 meter. Tepat di depan jalan masuk pekuburan muslimin hingga lebih dari satu kilometer, kondisi jalan rusak berat. Permukaan jalan berbatu dan berlubang-lubang.
Saat hujan turun, jalan tersebut berubah bak kubangan, licin dan becek. Setelahnya terdapat jalan yang sudah dicor dengan panjang sekitar 300 meter.
Lagi-lagi, setelah bagian semenisasi, jalan yang dilalui memperihatinkan. Kerusakan jalan ini terbilang parah, lantaran setiap hujan, air dari jalan tol yang posisinya lebih tinggi tepat di samping jalan kampung meluber.
Tak ayal rumah warga maupun jalan kampung acap kali tergenang air. Terlihat ada sisa material proyek pengerjaan parit yang sempat dikerjakan. Proyek hingga kini belum selesai dikerjakan.
“Jalan yang diperbaiki kemarin tidak rata, di depan dicor, terus putus, terus di tengah kampung dicor lagi, terus putus lagi. Nah ini kan satu-satunya jalan keluar masuk kampung, mana di sini juga ada fasilitas umum yaitu kuburan muslimin. Kalau jalan rusak terus ada yang meninggal dan harus cepat dikuburkan, apalagi malam hari terus hujan, ini yang sering membuat kami khawatir,” keluh Susilo (51) warga RT 21.
Hal senada juga disampaikan warga lain, Irah (31). Akses jalan yang rusak sangat membahayakan pengguna jalan, terutama pejalan kaki dan pengguna roda dua. Setiap hujan, jalan becek dan licin. Jalan berlobang tertutup air.
“Yang bahaya kalau pas hujan, jalan-jalan yang berlubang tertutup air jadi tidak terlihat, akibatnya banyak yang sering jatuh. Belum lagi jalannya licin dan becek. Itu di sana, di arah jalan naik dan turun bukit, jalannya rusak, batu-batu lagi, kalau motornya nggak pakem, bisa jatuh,” katanya.
Rudi (49), mengatakan halaman rumahnya sering kali dilanda banjir ketika hujan deras. Menurutnya, itu diakibatkan tidak adanya parit di jalan tol yang lokasinya berada persis di samping kampung. Sementara lokasi perkampungan dan jalan kampung lebih rendah posisinya dari jalan tol.
“Kalau hujan, air dari jalan tol ke sini. Jalan tol kan tinggi, makanya lari ke tempat kami. Pokoknya banjir, pernah juga sampai masuk rumah,” tuturnya.
Lanjut Rudi, sebenarnya sudah ada pembuatan parit di sisi sebelah kanan jalan namun pengerjaannya hingga kini belum selesai.
“Sampai ini masih dikerjakan, tapi nggak tahu juga mungkin faktor cuaca jadi nggak bisa kerja tukang bikin parit. Kami sangat berharap perhatian dari pemerintah lah untuk perbaikan menyeluruh jalan kampung kami ini. Kasihan kami,” harapnya.
Penulis : Ningsih
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim