24.3 C
Samarinda
Tuesday, February 11, 2025
Headline Kaltim

Melihat dari Dekat Long Beliu, Kampung Ekowisata Berbasis Kerajinan Rotan

MASYARAKAT di Kampung Long Beliu, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau memiliki ikatan kultural yang sangat kuat dengan hasil hutan, rotan. Rotan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan Suku Dayak di Kalimantan Timur. Kegiatan mengayam rotan diwariskan secara turun temurun di suku ini.

Kerajinan dari rotan menciptakan ragam produk yang bernilai tinggi ketika dijual. Bahkan, Kalimantan Timur adalah daerah penghasil rotan nomor dua di Indonesia setelah Kalimantan Tengah. Tentu, hal ini akan membantu dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di kampung tersebut.
Melihat dari Dekat Long Beliu, Kampung Ekowisata Berbasis Kerajinan Rotan
Selain memiliki hutan yang masih terjaga, Kampung Long Beliu juga memiliki kekayaan alam, budaya, serta keramah-tamahan warga yang kental. Rotan dapat dengan mudah ditemukan di kampung tersebut. Tidak hanya berada di sekitar hutan kampung seluas 4.633 m2 yang ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) nomor 6259/2024. Di sepanjang kawasan Sungai Gie, Kelay, dan Peteng yang mengelilingi kampung, rotan melimpah.

Ada sebanyak 40 perajin rotan di Kampung Long Beliu yang mendapatkan pelatihan. Hampir semua warga di kampung ini memiliki keahlian mengayam. Sekitar 95 persen pengayam rotan ini merupakan perempuan. Untuk pengayam senior, usianya rata-rata berkisar 30 hingga 40 tahun ke atas. Mereka sangat ahli dalam membuat tas anjat, yaitu tas berbentuk bundar yang terbuat dari rotan dengan ciri khas suku Dayak, Kalimantan Timur. Biasanya tas itu digunakan untuk menyimpan barang atau perbekalan saat berburu dan berladang. Sebelumnya, rotan hanya diolah menjadi material bangunan, bahan kerajinan tertentu, hingga sumber pangan yang dikerjakan secara tradisional.

Penghujung tahun 2024, Kampung Long Beliu menjadi salah satu kampung yang menerima insentif dari skema Forest Carbon Partnership Facility-Carbon Fund (FCPF-CF), dengan berfokus pada pengelolaan dan pengembangan rotan. Melalui dana tersebut, Pemerintah Kampung Long Beliu bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Pilar Indonesia, serta didukung Pemerintah Daerah melalui KPHP Berau Barat mengembangkan Ekowisata Berbasis Rotan yang diluncurkan pada Kamis, 16 Januari 2025 lalu.

Melihat dari Dekat Long Beliu, Kampung Ekowisata Berbasis Kerajinan Rotan
Para pencari rotan dari Kampung Long Beliu. (ist)

Selain itu, para pengayam telah mendapatkan pelatihan dan pendampingan untuk mengolah produk dari rotan. Seperti membuat wadah multifungsi, wadah buah berdiri, tempat tisu, piring scallop, mangkok buah, kotak multifungsi, piring, tatakan gelas dan piring. Bentuknya pun bervariatif. Dengan tampilan yang sangat estetik, sehingga memberikan sentuhan hangat pada interior di kantor maupun rumah. Kerajinan rotan ini sebagai wujud dalam memaksimalkan potensi yang ada untuk penguatan ekonomi lokal.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan YKAN bersama mitra selama kurun waktu Agustus sampai Oktober 2024, ditemukan bahwa daerah ini memiliki 40 jenis rotan. Diketahui, rotan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan komersial adalah jenis Rotan Manau, Rotan Sabut, dan Rotan Sega.

Saat mengambil atau memanen rotan, biasanya laki-laki di Kampung Long Beliu menyusuri sungai untuk pergi ke hutan. Dengan menggunakan perahu bermesin ketinting. Mereka membutuhkan waktu sekitar 30 menit hingga satu jam menyusuri sungai.

Kaharuddin, Samuel dan Johan, warga kampung yang kerap memasuki hutan dengan jarak kurang lebih 1 kilometer. Medan yang ditempuh cukup sulit, terkadang mereka harus mendaki lembah dan melalui jalur yang licin untuk masuk ke hutan. Namun, kegiatan mengambil rotan ini sudah menjadi kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun. Bahkan, bapak dua anak ini mulai mengambil rotan sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Dulu kan kita ikut-ikut orang tua ke hutan,” tutur Kaharuddin.

Saat pergi ke hutan mereka juga telah menyiapkan perbekalan dan barang perlengkapan lainnya, serta membawa parang atau pisau khusus untuk memotong rotan. Jenis rotan yang dipanen biasanya adalah Rotan Sega dengan panjang sekitar 30-50 meter.

“Rotan digunakan untuk acara-acara besar, seperti acara pernikahan dan kematian. Rotan ini dimanfaatkan untuk mengikat tenda hingga peti jenazah. Selain itu, juga dibuat tas anjat, gendongan bayi, dan lainnya,” beber Kaharuddin.

Menurutnya, rotan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Suku Dayak di Kampung Long Beliu. Bahkan, umbut rotan jenis Manau bisa dikonsumsi. Namun, harus diolah atau dimasak dengan benar karena rasanya sedikit pahit. “Tidak semua rotan bisa dikonsumsi, hanya jenis tertentu saja,” ucapnya.

Dia mengambil rotan sesuai kebutuhan dan permintaan dari para pengayam. Biasanya mereka jual per kilo dengan harga Rp10.000 dalam kondis belum dibelah. Rotan yang sudah dibelah dan diraut dengan bersih dijual dengan harga yang agak mahal. Mencapai Rp30.000, tergantung ukuran rotan.

“Dalam sebulan, saya bisa 3-4 kali ke hutan mengambil rotan. Maksimal 10 rotan yang dibawa, ada yang panjang dan kecil. Ini hutan terdekat dari kampung, jadi setiap ada orang meninggal di sini terus kita ambil, di tempat lain ada juga,” ucapnya.

Pria kelahiran 1985 ini mengatakan, cara pengambilan atau panen rotan yang dilakukan adalah tidak mengambil dengan mencabut dari akar. Hanya memotong atasnya, sekitar satu meter dari akar agar bisa hidup kembali dan dilestarikan. “Kalau kita cabut dari akar maka rotan tidak akan tumbuh lagi. Supaya tumbuh kita potong di atas,” katanya.

Dikatakannya, kendala yang dialami saat mengambil rotan adalah ketika menarik rotan yang terlilit atau tersangkut di atas pohon. Kalau ada kayu mati, mereka juga harus berhati-hati karena dikhawatirkan jatuh dan mengenai mereka. Kulit rotan ini memiliki duri. Untuk membedakan jenis rotan itu bisa dilihat dari bentuk, batang, daun. “Bahkan duri-durinya juga berbeda,” ungkapnya.

Ketua Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Kampung Long Beliu ini menuturkan bahwa area yang didatangi untuk mengambil rotan tadi merupakan Area Pengunaan Lain (APL), kawasan perhutanan yang bisa digunakan untuk perkebunan dan perladangan. Masyarakat mengambil rotan rata-rata di kawasan APL tersebut. Setelah mendapatkan SK, belum dikelola secara optimal. Namun, sudah ada kelompok-kelompok usaha.

Pihaknya berencana melakukan uji coba budi daya rotan di hutan desa tersebut. “Kita kan punya KUPS HHBK pengayam rotan, jadi kita mau mengupayakan nanti punya material bahan rotan ini ada di dalam hutan desa,” bebernya.

Ia mengakui, jarak dari kampung ke hutan desa lumayan jauh. Sekitar 7 jam lewat darat, dari Kampung Long Beliu ke arah Kutai Timur. Rencananya, mereka ingin membuat jungle tracking dan hutan penelitian di hutan desa tersebut.

Ia memiliki keinginan agar masyarakat di Kampung Long Beliu ini sejahtera, dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan hasil rotan yang diolah para pengayam agar menjadi sumber pendapatan warga lokal.

“Anak-anak muda di sini juga diajarkan cara berladang, mencari rotan, hingga mengayam rotan sehingga mereka sudah terbiasa. Jadi, saat dewasa sudah bisa mandiri,” tuturnya.

Diketahui, dalam memproduksi kerajinan anyaman rotan, ada 15 tahapan yang harus dilalui. Mulai dari memanen rotan, meniriskan, merunti, memotong, menjemur, membelah, memisahkan, meraut #1, mendaris, meraut #2, meraut #3, memilah, mewarna, mengeringkan, dan mengayam rotan.

Salah satu pengayam rotan di Kampung Long Beliu, Baun menyampaikan bahwa ia bersama dengan para pengayam lainnya menginginkan adanya rumah produksi.“Selama ini kami mengayam itu berpindah-pindah rumah. Jadi kami harap ada rumah produksi ke depan,” ungkapnya.

Baun mengaku rotan di Long Beliu sangat banyak. Namun, ia bersama pengayam lainnya masih meraut rotan secara manual atau tradisional sehingga pihaknya juga memerlukan mesin untuk membantu mempercepat proses membelah, memotong hingga meraut rotan tersebut.

“Dalam membuat satu produk rotan kami membutuhkan waktu satu hingga dua hari untuk mengayam, tergantung kesulitan dan ukuran produk rotan yang dibuat. Harganya pun bervariatif mulai dari Rp10.000 hingga Rp100.000 lebih,” jelasnya.

Kepala kampung Long Beliu, John Patrik Ajang, menjelaskan Ekowisata Kampung Rotan Long Beliu ini merupakan program pembangunan yang berbasis potensi lokal serta mendukung pelestarian hutan. Mengayam rotan juga sudah menjadi warisan budaya.

Pemerintah Kampung Long Beliu telah menerima dana karbon sebesar Rp349.100.000. Dana tersebut salah satunya digunakan untuk melakukan pelatihan dan pendampingan perajin rotan. ini merupakan komitmen dari masyarakat dan pemerintah kampung dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, pelestarian hutan dan budaya, serta mengoptimalisasi penggunaan dana karbon.

“Saya berharap para perajin rotan ini tetap eksis dan juga bisa beregenerasi untuk mendukung program Ekowisata Kampung Rotan ini,” tegasnya.

Anyaman dari rotan tersebut dapat dijual ke luar daerah dan menjadi daya tarik tersendiri, supaya muncul perajin baru yang lebih muda dan mencintai produknya sendiri. “Dengan melestarikan hutan, kita bisa meningkatkan pendapatan masyarakat lokal,” tutupnya. (Riska)

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim

- Advertisement -
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers Sertifikat Nomor 1321/DP-Verifikasi/K/XI/2024

Populer Minggu Ini

Raih Juara I Desain Grafis Tingkat Provinsi, Ini Sosok Fiqhi Orisa Salah Satu Pemuda Kreatif Samarinda 2024

PEMUDA jangan malas. Hal inilah yang ingin disampaikan Fiqhi...

Pemerintah Tingkatkan Status Pengecer LPG 3 Kg Menjadi Sub Pangkalan untuk Pengawasan Lebih Baik

HEADLINEKALTIM.CO - Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Energi dan...

Penyebab Kebakaran Hutan Pacific Palisades di Los Angeles: Api Meluas, Ribuan Penduduk Mengungsi

HEADLINEKALTIM.CO, JAKARTA - Kebakaran hutan besar melanda distrik...

Wali Kota Samarinda Tegaskan Pentingnya Relokasi Warga Bantaran Sungai untuk Penanganan Banjir

HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA - Wali Kota Samarinda, Andi Harun,...

Mayjen TNI Rudy Rahmat Nugraha Jabat Pangdam VI/Mulawarman, Tri Budi Jadi Sekjen Kemhan RI

HEADLINEKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Mayjen TNI Rudy Rahmat Nugraha resmi...

Tag Populer

Terbaru