src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js">
HEADLINEKALTIM.CO, TENGGARONG- Psikolog asal Kutai Kartanegara Lucy Yulidasari mengungkapkan dirinya banyak menerima kasus anak-anak kecanduan gawai.
“Untuk bulan Januari 2022 saja sudah ada enam orang yang saya tangani. Sebetulnya banyak yang mau konseling, tapi waktu saya terbatas,” sebut Lucy, saat menjadi Narasumber utama kegiatan bakti sosial seminar parenting dan konsultasi kejiwaan yang digelar oleh Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI) Kaltim, Rabu 2 Februari 2022.
Lucy menyebut kasus belum terdata lebih banyak karena dia belum menghimpun kasus dari dua Psikolog lainnya yang juga bertugas di Kukar. Saat ini, era digitalisasi membuat anak ramai-ramai membuat akun medsos seperti Facebook, IG dan Tiktok. Mereka ingin menunjukan jati diri.
“Karena sudah kecanduan HP di era digital, ciri-cirinya anak kita tidak bisa diatur. Internet menawarkan kebebasan ekspresi. Sekarang semua mudah dan cepat. Proses pembejaran lebih cepat, cari di Google, atau mesin pencarian lainnya, ” ucapnya.
Dulu, orang pintar itu diasosiasikan dengan banyak membaca buku. Membaca membuat pengetahuan semakin bertambah. Namun, anak zaman sekarang sudah malas membaca buku.
Menurutnya, orang tua yang membelikan Ponsel buat anak usia dini, tanpa sadar merusak kognitif dan mental anaknya. Dampak nanti terasa dalam jangka panjang.
“Matanya lebih rusak. Ketika bebas menonton, anak kita jadi terbiasa caci maki. Dan tidak takut lagi dengan orang tua. Terbiasa membanting-banting barang, itu juga imbas kecanduan HP,” sebutnya.
Dia mengakui, pandemi COVID-19 membuat anak-anak akrab dengan gawai karena harus menjalani pembelajaran daring. Ini berlangsung hampir dua tahun.
“Tidak apa-apa menggunakan HP, yang penting jangan berlebihan penggunaannya. Orang tua juga jangan terlalu takut dengan anak, siapa tahu anak cuma ‘drama’ saja, biar dibelikan HP, ” tegasnya.
Dampak buruk lainnya, lanjut dia, kecanduan gawai bisa menjerumuskan anak pada seks bebas. Dia menuturkan punya pasien anak yang masih duduk di SMP. Anak tersebut mengaku kerap melakukan hubungan seks dengan teman lelakinya tanpa rasa bersalah.
“Silahkan dampingi anak kita main HP, mulai dari berteman dengan siapa, main bareng dengan siapa. Komunikasikan dengan baik-baik, insyaallah anak kita mau berkomunikasi dengan kita, ” pungkasnya.
Penulis: Andri
Editor: MH Amal