HEADLINEKALTIM.CO, PENAJAM – Dinas Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara (Distan PPU) mengeluarkan imbauan kepada seluruh peternak di wilayahnya untuk mengantisipasi penyebaran penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau yang oleh warga lokal sering disebut penyakit “lato-lato” pada sapi. Meski tidak seberbahaya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), penyakit ini tetap menjadi ancaman bagi kesehatan ternak jika tidak ditangani dengan baik.
LSD ditandai dengan munculnya benjolan pada kulit sapi, terutama di area leher, perut, dan punggung. Selain itu, sapi yang terinfeksi biasanya menunjukkan gejala demam, kehilangan nafsu makan, lesu, hingga penurunan produksi susu. Dalam kasus yang parah, penyakit ini bahkan dapat menyebabkan kematian.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Distan PPU, Ristu Pramula, menegaskan bahwa para peternak harus meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit lato-lato ini. Ia menekankan pentingnya penanganan yang tepat agar tidak berdampak buruk pada ternak.
“Kami tengah mengantisipasi penyakit lato-lato pada sapi. Penyakit ini menyebabkan benjolan pada kulit sapi yang dapat berdampak pada kesehatan ternak secara keseluruhan,” ujar Ristu, Senin (29/01/2024).
Ristu menjelaskan, meskipun penyebaran penyakit LSD tidak secepat PMK, tindakan preventif tetap diperlukan. Pihaknya sudah mengupayakan langkah antisipasi dengan program vaksinasi baik untuk PMK maupun LSD.
“Kami juga melakukan peningkatan pengawasan terhadap sapi ternak yang didatangkan dari Kalimantan Selatan maupun luar wilayah Kalimantan. Setiap hewan ternak yang masuk harus melewati prosedur karantina yang ketat,” tambahnya.
Menurut data terbaru, hingga kini belum ditemukan kasus LSD maupun PMK pada sapi di wilayah Penajam Paser Utara, termasuk di kawasan Benuo Taka. Namun, hal ini tidak membuat Distan PPU lengah. Program vaksinasi secara berkala dan pemeriksaan kesehatan ternak terus dilakukan untuk memastikan tidak ada potensi wabah.
Ristu juga meminta peternak untuk segera melaporkan gejala-gejala yang mencurigakan pada sapi mereka kepada dinas terkait. Langkah ini diperlukan agar tindakan medis bisa segera diambil guna mencegah penyebaran lebih lanjut.
“Pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati. Dengan deteksi dini, kita bisa mencegah kerugian yang lebih besar bagi peternak,” katanya.
Artikel Asli baca di Antaranews.com
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim