src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js">
HEADLINEKALTIM.CO, TENGGARONG–“Sesuatu yang tidak membunuhmu, membuatmu lebih kuat”. Kata-kata filsuf Perancis, Friedrich Nietze, ini benar-benar dibuktikan oleh sosok perempuan muda kelahiran Melak, Kutai Barat, tahun 1990 silam. Namanya Dini Wulandari.
Bagaimana tidak. Saat baru berkibar dengan bisnis event organizer (EO), badai pandemi COVID-19 datang menerjang. Dini memulai bisnis EO pernikahan dengan label Dini Bridal sejak 2019. Pandemi sangat memukul sektor bisnis yang mengandalkan konsep outdoor seperti pernikahan.
Pemerintah melarang orang berkumpul dalam jumlah banyak. Orderan EO pesta pernikahan pun banyak yang batal. Akibatnya, Dini harus mengembalikan uang konsumen yang sudah membayar uang muka. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai ratusan juta.
“Tahun 2020 saya harus balikan duit konsumen capai Rp 200 juta, sedangkan tahun berikutnya saya balikan uang konsumen sebesar Rp 150 juta,” kenangnya.
Padahal, uang muka yang diterima dari konsumen itu sudah terlanjur dibelanjakan keperluan acara, seperti permintaan kelengkapan baru hingga ornamen di ruangan tempat kegiatan.
Menurut Dini, ada klien yang berbaik hati dengan memberinya kesempatan untuk mengembalikan uang setelah pandemi COVID-19 berakhir. “Saya yang nggak mau. Saya khawatir meninggal dunia, tapi uang orang belum saya balikkan,” ucapnya.
Di tengah kondisi pembatasan dan banyak uang yang harus dikembalikan, dia melayani orderan jasa riasan mandiri dengan bayaran Rp 1 juta. Hasilnya dikumpulkan sedikit demi sedikit dan digabung dengan sisa tabungan. Perlahan, dia mampu mengembalikan uang konsumen.
Dia juga menggeluti bisnis jamu herbal yang lumayan diminati saat pandemi. “Yang saya kasihan, tim kerja saya 14 orang. Selama COVID-19, mereka tidak ada pendapatan sehingga masing-masing mencari kerjaan lain,” ucapnya.
Setelah bangkit dari keterpurukan usai pandemi, Dini kerap berbagi ilmu make up secara gratis bagi perempuan-perempuan di desa. Prinsipnya, berbagi ilmu akan mendatangkan rezeki. “Ada juga yang pelatihan mandiri atau berbayar,” ucapnya.
Selama berbisnis, dirinya sudah beberapa kali mengalami penipuan. “Ada yang minta di- make up tapi nggak dibayar dengan alasan tidak punya uang, padahal sebelumnya menyanggupi berbayar. Ada juga yang minta gratis, eh ternyata rumahnya mewah banget,” katanya sembari tertawa.
Ketika ada konsumen yang tidak membayar, maka Dini hanya ikhlas dan menganggap sedang menolong orang lain. “Tidak terlalu banyak juga, paling satu atau dua konsumen yang seperti itu. Rata-rata membayar,” bebernya.
Hebatnya, selaku kakak dari tiga adik, dia mampu membiayai dua adiknya yang kuliah kedokteran di Unair Surabaya. “Adik saya yang nomor 2 dan 3 sudah lulus di kedokteran hewan, satu buka praktek, satu lagi mengabdi di Kutai Timur,” sebut Dini, kepada headlinekaltim.co, Senin 5 Juni 2023.
Tersisa adik bungsunya yang masih kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang mengambil program magister konsentrasi pendidikan Matematika. “Adik yang paling kecil, juga masih saya bantu, mudah-mudahan cepat selesai,” sebut lulusan Febis Unikarta ini.
Apa yang menguatkannya setiap kali bertemu masalah dalam berbisnis? Perempuan ini mengaku selalu mendapat dukungan dari kedua orang tuanya. “Pokoknya, jangan lupakan kedua orang tua kita, untuk dapatkan berkah dalam berbisnis,” pungkasnya.(Andri)