src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js">
HEADLINEKALTIM.CO, TENGGARONG- Rumah Produksi East Borneo Film segera merilis film pendek berjudul “La Tukadzib” melalui kanal Youtube pada bulan ini. Film tersebut disutradarai pemuda asal Kukar, David Richard dan Richard Natan. Keduanya berduet menggarap film ini.
La Tukad’djib merupakan film pendek hasil kolaborasi rumah produksi East Borneo Film dan Komunitas Kukar Kuliner pada tahun 2021 lalu. East Borneo Film sendiri merupakan rumah produksi yang didirikan di Kukar dan telah cukup dikenal secara nasional maupun internasional setelah sebelumnya sukses mengantarkan film pendek berjudul “Ranam: Looking For Land” masuk dalam nominasi film terbaik di lebih dari 7 negara tahun 2019 lalu.
“Ini adalah sebuah film edukasi yang menceritakan kegelisahan Mustaqiem, seorang anak dari keluarga muslim sederhana dan taat agama yang diminta berbohong oleh ayahnya, sementara ia baru saja mendapat nasehat tentang larangan berbohong dari guru ngajinya,” ujar produser film pendek ini, Dedi Nala Arung, Senin 3 Juli 2023.
Dedi menuturkan, tokoh utama Mustaqiem bimbang. Antara harus berkata bersikap jujur, tetapi akan membuat ayahnya mendapat masalah atau berbohong yang sudah barang tentu melanggar perintah agama.
Sejak di produksi 2 tahun lalu, sebut Dedi Nala, dirinya tidak sendiri memproduseri film pendek tersebut. Dia dibantu juga Rendoli Sinaga dan Muhammad Mulyadi yang telah sukses terpilih sebagai Official Selection Sewon Screening tahun 2021, Bali International Film Festival 2022, Lift Off Global Network 2022 dan CMS International Children’s Film Festival (ICFF) 2023.
Selain itu, film ini juga berhasil masuk dalam nominasi film terbaik nasional, ide cerita terbaik dan pemeran utama terbaik dalam festival film Islami Lampung 2021.
“Film La Tukad’djib juga diganjar penghargaan penata suara terbaik (Dipa Kurnia Abhinawa), Sinematografi terbaik (M. Hendy Akbar) dan Film Terbaik II dalam ajang Kaltim Film Festival 2022,” tegas Dedi.
Yang unik dari pembuatan film ini, adalah sang sutradara Richard Natan masih pelajar SMA dan beragama non muslim. Dia membuat film nuansa Islami dan penggarapannya pada bulan Ramadhan.
Dengan demikian, kata dia, semangat toleransi di balik layar pembuatan fim ini benar-benar terasa. “Kami dari produser dan sutradara senior David Richard merasakan semangat toleransi yang tinggi. Semoga makin banyak komunitas film lokal yang punya ide brilian membawa nama Kukar ke pentas dunia,” ucap Dedi yang pernah aktif sebagai wartawan.(Andri/#)