HEADLINEKALTIM.CO, KENDARI – Conference of Parties (COP) ke-26 di Glasgow Inggris tahun 2021 mengamanatkan dunia harus mengendalikan perubahan iklim dunia dan mencapai nol emisi karbon di tahun 2060.
Di sisi lain, transformasi menuju green energy mendorong manusia tidak lagi menggunakan energi primer, tapi akan lebih banyak menggunakan energi listrik. Ke depan, akan lahir lebih banyak electro state yang akan jadi hub energi baru terbarukan.
Demikian disampaikan Ketua Komite Tetap Energi Baru Terbarukan KADIN Pusat Muhammad Yusrizki saat memberikan pemaparan materi Transformasi Energi dan Geopolitik Indonesia di acara HUT Ke-2 JMSI, yang berlangsung di Kendari, Selasa 8 Februari 2022.
“Dampaknya, investor tidak akan masuk ke Indonesia jika tak punya upaya besar dalam membangun energi terbarukan,” kata Yusrizky yang juga menjabat Wakil Ketua Umum Ikatan Alumni ITB.
Tak hanya berdampak pada arus investasi dan pertumbuhan ekonomi, lanjutnya, transformasi energi terbarukan juga sangat berpengaruh pada landscape geopolitik dunia.
“Australia ekspor energi terbarukan ke Singapura. Padahal jaraknya 4.000 km. Bahkan, kabelnya lewat ke wilayah Indonesia,” Yusrizki.
Ke depan, ujar dia, Singapura berniat menjadi pemimpin program dekarbonisasi Asia. Mereka ingin jadi power house energi hijau di Asia. Menjadi hub energi terbarukan di Asia. “Di sini pentingnya kita paham geopolitik,” ujar Yusrizki yang mengetuai program Net Zero KADIN.
Ia menambahkan, jika Pak Jokowi bercita-cita punya tol laut. Dalam urusan energi, Indonesia juga harus punya tol energi di mana interkoneksi energi di tanah air sudah terbentuk.
“Inilah fondasi Indonesia bisa bangkit dan mampu bersaing dengan negara lain di dunia,” kata Yusrizki.
Dia mengimbau agar semua institusi negara, semua stakeholder dan para elit politik untuk menyadari pentingnya semua itu. “Kita harus jadi electro state. kalau enggak Indonesia hanya akan jadi konsumen energi hijau,” pungkas Yusrizki.(*)