HEADLINEKALTIM.CO, TENGGARONG– Konsen menggeluti usaha produk Sulam Tumpar sejak 2017 lalu dengan jenama By Mer membawa Meriana masuk 10 besar pemenang ajang kompetisi Nasional Entrepeneur Development yang diinisiasi Kementerian Koperasi dan UMKM RI. Meriana satu-satunya perwakilan Pulau Kalimantan dari 10 besar pemenang.
Headlinekaltim.co berkesempatan mendengar cerita dari perempuan kelahiran Tenggarong berusia 43 tahun tersebut di kios By Mer miliknya berlokasi di Jalan Pattimura, Tenggarong, Senin, 16 Oktober 2023.
Meri bercerita, dia merintis bisnis produk kerajinan Sulam Tumpar setelah lumayan lama menjadi karyawan pertambangan batu bara di Bayan Group Kutai Barat yakni selama 4 tahun. Kemudian, sempat mencicipi gaji perusahaan tambang PT Tanito di Kutai Kartanegara Tenggarong selama setahun dengan posisi admin produksi.
“Setelah itu, saya kerja di dealer dengan posisi admin leasing,” bebernya.
Meri yang punya banyak keluarga pengrajin Sulam Tumpar kerap dimintai tolong membelikan bahan baku. Sebab, jika bahan sulaman seadanya, maka kurang menunjang proses produksi. Dari situlah dia berpikir untuk membantu membesarkan usaha keluarga.
“Sayang juga kalau hanya mengandalkan bahan seadanya. Saya bertekad untuk bantu keluarga. Misi saya, bagaimana produk Sulam Tumpar dijual secara luas ke pasaran,” ujarnya.
Dia lalu memulai belajar membuat produk, bongkar tas dan sepatu rusak secara otodidak. Tak puas, Meri berusaha mengembangkan kemampuan diri dengan cara mengikuti pelatihan dari Bank Indonesia(BI). Namun, tetap saja dia harus belajar sendiri untuk pengembangan produk karena pelatihan yang diterima hanya berupa materi dasar.
Apakah perlu modal besar untuk membangun usaha Sulam Tumpar? “Tidak juga,” kata Meri. Alasannya, sebagian besar order pemesanan produk yang masuk sudah disertai pembayaran uang muka.
“Kalau produk yang dipesan punya motif yang diinginkan, maka lama penyelesaian selama satu bulan. Produk yang ready juga tersedia di toko,” tegasnya.
Pahit manis merintis usaha sulam memang terasa pada tahun-tahun awal. Dulu, paling banyak laku hanya 10 potong dalam sebulan. Saat ini, orderan bisa tembus 50-100 produk per bulannya. Pesanan juga lebih banyak datang dari luar Kaltim seperti Kaltara, Kalsel, Kalteng, Jawa, Batam, Sumatera Selatan, Medan dan lainnya.
“Yang paling laku, biasanya satu paket tas dengan sendal. Untuk produksi, kadang saya lakukan di kios karena sudah ada mesin jahit, terkadang juga membuat produk di rumah,” ujarnya.
KETEGASAN
Ibu dari empat anak ini sangat berkomitmen dengan kualitas produk. Tak bisa ditawar–tawar. Meskipun melibatkan pekerja perempuan lain sebagai mitra produksi, dia tak segan untuk bersikap tegas kepada mitra dalam urusan kualitas produk.
Saat ini, Meri melibatkan 10 pengrajin Sulam Tumpar yang ada di Kukar dan Kubar untuk memenuhi permintaan konsumen yang banyak datang. Para perajin yang bermitra dengan Meri dari kalangan ibu rumah tangga dan Lansia. Mereka sangat senang bermitra karena langsung membayar hasil karya pengrajin tanpa menunda-nunda.
Meri berprinsip, orang yang bekerja harus cepat diberi haknya. Dengan begitu, orang tersebut akan senang dan mudah diajak bekerjasama.
“Kalau salah sulam dari pengrajin, saya bilang dibongkar saja, perbaiki, nanti saya bayar. Begitu juga jika saya salah jahit, maka produk dipakai sendiri tidak boleh dijual. Barang yang dijual harus berkualitas, tanpa cacat,” tuturnya.
Meskipun tegas dalam berbisnis, lulusan SMAN 2 Tenggarong ini mengklaim dia tipikal orang yang suka becanda. “Kita tegas hanya dalam urusan bisnis, kalau hubungan pertemanan, bercanda itu perlu,” katanya lagi.
Bagaimana rasanya menang di level nasional? Meri mengaku tak pernah menyangka bisa masuk 10 besar pemenang kompetisi Entrepeneur Development. Dirinya ikut ajang tersebut sekitar tiga bulan lalu. Awalnya, dia mendapatkan informasi dari Medsos Kementerian dan mencoba ikut secara mandiri.
“Untuk persentasi secara online sudah dilakukan. Saya dipanggil ke Jakarta, kemungkinan ada beberapa presentasi yang harus disampaikan secara langsung,” pungkasnya.(Andri)