Pemerintah Australia Rencanakan Larangan Akses Media Sosial untuk Anak di Bawah Usia 16 Tahun

3 minutes reading
Thursday, 12 Sep 2024 11:07 62 Anjhu Anggia

HEADLINEKALTIM.CO – Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, baru-baru ini mengumumkan rencana ambisius yang akan mengubah lanskap digital di negeri kanguru. Pemerintah Australia berencana untuk melarang anak-anak di bawah usia tertentu, yang diperkirakan antara 14 hingga 16 tahun, dari mengakses media sosial dan platform digital lainnya. Langkah ini diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraan mental anak-anak dan mengurangi dampak negatif dari penggunaan media sosial.

Rencana ini mencerminkan kekhawatiran yang semakin mendalam mengenai dampak media sosial terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan anak-anak. Namun, langkah tersebut menghadapi tantangan besar terkait bagaimana penerapannya akan dilakukan serta efektivitasnya.

Metode Verifikasi Usia: Apa Yang Dapat Diharapkan?

Salah satu aspek krusial dari rencana ini adalah metode verifikasi usia. Beberapa platform, seperti Instagram, telah menerapkan sistem verifikasi usia yang terbatas. Namun, tidak ada standar seragam di seluruh industri, yang menimbulkan banyak pertanyaan mengenai penerapan dan efektivitasnya.

Di Inggris, ada beberapa pendekatan yang telah diusulkan untuk verifikasi usia pengguna, namun skema tersebut masih dalam tahap awal dan hanya diterapkan pada situs dewasa, bukan media sosial. Metode yang diusulkan termasuk:

  1. Verifikasi Melalui Bank: Mengizinkan bank untuk memverifikasi bahwa pengguna berusia di atas 18 tahun.
  2. Penyedia Layanan Seluler: Memungkinkan penyedia layanan seluler untuk mengonfirmasi bahwa pengguna adalah orang dewasa.
  3. Pemeriksaan Kartu Kredit: Situs web dapat memeriksa dengan penerbit kartu kredit untuk memastikan kartu tersebut valid dan pemegangnya berusia di atas 18 tahun.
  4. Verifikasi Foto ID: Meminta pengguna untuk mengunggah foto yang kemudian dicocokkan dengan foto ID.
  5. Teknologi Estimasi Usia Wajah: Penggunaan teknologi untuk memperkirakan usia berdasarkan fitur wajah.

Dalam roadmap verifikasi usia yang disusun tahun lalu, komisaris eSafety merekomendasikan pendekatan “tokenisasi double-blind,” di mana informasi bukti usia dipindahkan antara situs dan penyedia jaminan usia melalui token berbasis perangkat untuk melindungi privasi pengguna.

Tantangan dan Efektivitas

Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, juga telah mendukung verifikasi usia berbasis perangkat, yang berarti Google dan Apple akan memverifikasi usia pengguna sebelum mereka dapat mengunduh aplikasi media sosial tertentu. Namun, tantangan besar tetap ada. Di Amerika Serikat, negara bagian Utah dan Louisiana telah mencoba melakukan verifikasi usia, namun hasilnya menunjukkan peningkatan penggunaan teknologi jaringan pribadi virtual (VPN) yang signifikan—hampir 1.000% dan tiga kali lipat masing-masing—untuk menghindari pembatasan tersebut.

Apakah rencana Australia akan berhasil? Itu masih menjadi tanda tanya besar. Dengan banyaknya metode verifikasi usia yang ada dan tantangan dalam penerapannya, pertanyaan tentang bagaimana larangan ini akan diterapkan secara efektif masih memerlukan jawaban. Pemerintah Australia harus menghadapi tantangan ini dengan hati-hati, memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan tidak hanya efektif tetapi juga melindungi privasi dan hak anak-anak.

 

Artikel Asli baca di tekno.sindonews.com

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim

LAINNYA