HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Bencana longsor dan tanah bergerak menghantui warga yang bermukim di lereng perbukitan Gunung Steling, tepatnya di Jalan Kakap RT 24, Kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir, Kota Samarinda, Kaltim.
Sejak tiga hari lalu, tanah bercampur bebatuan besar dan tanaman dari bukit ‘melorot’ setelah hujan deras mengguyur sejak pagi hingga malam hari.
Akibat peristiwa tersebut sebanyak 5 bangunan rumah warga terpaksa dikosongkan dan aliran listrik diputus. Sedikitnya 20 orang warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Ketua RT 24 Lapakahi mengatakan, pada Kamis malam lalu, sekira pukul 21.00 WITA, warganya dikagetkan dengan suara gemuruh yang berasal dari Bukit Steling.
“Malam itu hujan, ada suara gemuruh dari bukit. Kami cek, ternyata tanah campur batu-batu besar longsor dari atas. Alhamdulillah tidak sampai di rumah warga saya, karena longsoran sangkut di pohon-pohon bambu, tapi ada satu batu besar jatuh ke halaman rumah warga saya dan memang posisi rumahnya persis di belakang bukit yang longsor,” katanya saat ditemui headlinekaltim.co di rumahnya, Minggu 30 Agustus 2020.
Diungkapkan Lapakahi, longsoran terjadi karena ada warga yang membuka lahan kebun singkong tepat di atas lereng belakang pemukiman warga. Jarak antara kebun dan pemukiman kurang dari 200 meter.
Di area tengah kebun juga terdapat sumber mata air. Minimnya penahan tanah tebing diduga memicu terjadinya tanah bergerak dan longsor saat musim penghujan.
“Karena dibuka kebun, pohon-pohon besar yang ada ditebang, akhirnya tidak ada pertahanannya lagi. Disitu juga ada mata air yang airnya terus mengalir, makanya kami buatkan parit kecil untuk alirkan airnya, itupun tanah masih bergerak,” katanya lagi.
Saat ini, dikatakan Lapakahi, tak banyak yang bisa dilakukan. Namun, untuk antisipasi adanya korban jiwa, sekitar 20 warga yang tinggal di bawah bukit diungsikan.
Sebanyak 5 bangunan rumah, masing-masing terdiri dari 2 bangunan rumah tunggal dan 3 bangunan rumah bangsalan dikosongkan. Aliran listrik diputus oleh pihak PLN.
Warga juga melakukan ronda untuk mengawasi adanya tanah gerak dan longsor susulan. “Ya, kami sendiri tidak berani juga berbuat banyak, khawatir kalau naik ke sana, jadi berjaga-jaga saja sambil tetap berkoordinasi dengan BPBD dan Kelurahan,” pungkasnya.
Penulis : Ningsih