NUANSA berburu takjil di bulan Ramadan menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan jelang berbuka puasa. Masyarakat Bumi Batiwakkal mulai memadati sejumlah bazar Ramadan hingga di sepanjang jalan membeli takjil yang berjejer di atas meja. Tidak jarang juga ada yang memborong untuk diantarkan ke masjid.
Keberkahan bulan Ramadan ini pun turut dirasakan salah satu pedagang takjil di Jalan Murjani 2 Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kasmawati. Ia mengaku sudah berjualan takjil di depan rumahnya sekitar 10 tahun. Lokasi tempat jualannya juga dinilai cukup strategis. Jalan tersebut selalu hiruk-pikuk dilewati orang-orang.
Berbagai menu berbuka yang lezat dan menyegarkan menarik perhatian para pembeli yang lewat di Jalan Murjani 2, Tanjung Redeb. Adapun berbagai macam jenis takjil yang disajikan, mulai dari lumpia, pastel, klepon, putu ayu, gorengan, puding, barongko pisang, donat, bubur ketan hitam, bubur kacang hijau dan masih banyak lagi.
Harganya pun bervariasi. Untuk tiga biji kue harganya berkisar Rp5.000. Sedangkan takjil yang dikemas menggunakan mika plastik dibanderol mulai dari Rp5.000 – Rp25.000. Para pembeli bisa dengan bebas memilih takjil sesuai dengan seleranya. “Yang paling diminati orang-orang itu gorengan,” bebernya pada Selasa, 11 Maret 2025.
Menurutnya, pembeli terlihat ramai saat pukul 17.00 – 18.00 WITA. Dirinya akan merasa kewalahan jika berjualan sendirian. Oleh sebab itu, ia selalu ditemani oleh anak dan keponakannya ketika berjualan. Suasana Ramadan ini dimanfaatkannya untuk mengais rezeki.
Sebagian besar menu takjil tersebut merupakan titipan dari para penitip kue. Kasmawati merasa senang jika banyak yang menitipkan takjil di tempatnya. Tepat di depan rumahnya, ia menyediakan tiga etalase dan tiga meja untuk menampung berbagai macam takjil.
“Alhamdulillah, hingga hari kesebelas takjil di sini laris,” ucapnya.
Para penitip takjil mulai menitipkan dagangannya sekitar pukul 12.00 WITA. Perempuan berdarah Bugis ini kemudian mencatat semua jenis, jumlah dan harga takjil tersebut di buku. Usai berbuka puasa, para penitip takjil akan berbondong-bondong untuk mengambil dagangan yang tersisa dan menghitung keuntungannya masing-masing.
Perempuan kelahiran 1975 ini mengatakan, keuntungan yang diperoleh juga tergantung dengan ramainya orang yang membeli takjil. Saat bulan Ramadan, Kasmawati bisa meraup keuntungan sebesar Rp1.000.000 per hari. Namun, itu belum terhitung dengan pembelian kresek dan kotak kue.
Bulan Ramadan menjadi bulan yang sangat spesial bagi umat muslim. Keuntungan yang diperoleh saat Bulan Ramadan juga berkali-kali lipat jika dibandingkan dengan hari biasa. Kasmawati selalu bersyukur dengan hasil yang didapatkannya.
Saat hari normal pun, Ibu enam anak ini tetap berjualan. Ia menjual berbagai macam jenis kue saat pagi hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. “Kalau hari biasa (di luar bulan Ramadan), saya juga tetap berjualan,” ungkapnya.
Dari hasil jualannya ini, ia mampu menyekolahkan semua anak-anaknya. Diketahui, anak pertamanya berhasil menyelesaikan studi hingga S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Tiga anaknya berhasil menyelesaikan studi S1 di Universitas Mulawarman. Dua lainnya masih ada yang kuliah dan sekolah dasar (SD).
Ini menjadi sebuah bukti atas kesabaran dan keuletan seorang ibu dalam membesarkan anaknya. “Saya sangat senang karena berhasil membantu perekonomian keluarga dan menyekolahkan anak-anak saya ke jenjang yang lebih tinggi,” demikian Kasmawati. (Riska)
