HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Minggu 11 Oktober 2020 pagi, unsur Muspika Kecamatan Palaran melakukan pembersihan drainase yang mampet, penyebab banjir di titik lokasi cekungan Mangkujenang Jalan Ampera.
Kegiatan tersebut langsung dikomandoi oleh Camat Palaran, melibatkan anggota dari PUPR Provinsi, “hantu banyu” dari DLH kota Samarinda dan satu perusahaan yang berdekatan dengan lokasi banjir.
Dua alat berat jenis eksavator dan lima unit dump truck diturunkan untuk mempercepat proses pengerjaan pembersihan.
Pembersihan drainase hanya dilakukan sepanjang 200 meter dari titik drainase yang berada di tepi jalan raya.
Camat Palaran, Suwarso mengatakan, kemarin, pihaknya telah menyampaikan ke Dinas PU Kota Samarinda untuk membuat sistem drainase permanen dengan lebar 4 meter.
Namun, mengingat anggaran besar, dirinya kemudian berkomunikasi dengan dua perusahaan, masing-masing PT Luhribu dan PT Mangkujenang Harmonisasi yang lokasinya berada persis di lokasi titik banjir untuk membantu pembuatan drainase tersebut.
“Dari lebar drainase yang kami ajukan, sudah ada kesepakatan dari PT Luhribu dan PT Mangkujenang Harmonisasi untuk mengambil as, batas kanan dan batas kiri parit. Masing-masing mengambil bagian 2 meter,” ucapnya saat ditemui media ini di lokasi pembersihan.
“Anggaran kita sudah diketok di perubahan APBD, sehingga kami berharap opsi bantuan dari dua perusahaan itu bisa dijalankan,” timpalnya.
Penyebab terjadinya banjir, ungkap Suwarso, karena wilayah tersebut adalah cekungan yang lokasinya sangat rendah dan ada kecenderungan terjadinya penurunan badan jalan.
Dari arah Palaran terdapat embung atau danau yang ketika curah hujan tinggi akan mengalirkan air ke arah seberangnya dengan membawa material lumpur.
Kondisi tersebut diperparah dengan tidak adanya aliran dari drainase jalan tol sehingga air dan material lumpur larut terbawa air dan menumpuk di drainase yang berada di sisi arah jembatan Mahkota II.
“Air dari drainase jalan tol menumpuk di sini (cekungan Mangkujenang,Red). Akhirnya parit yang tadinya bisa menampung air, tapi karena tertahan lumpur akhirnya menggenang di jalan, baru masuk ke drainase,” katanya.
Masalahnya tak sampai disitu saja. Penyempitan drainase di sisi kiri jalan terjadi karena dipenuhi lumpur dan gulma.
Suwarno pun memberikan solusi untuk menangani masalah banjir tersebut dengan membuat saluran drainase secara permanen berupa gorong-gorong. Lagi-lagi pendanaan menjadi penghambatnya.
“Yang paling tepat dibuatkan gorong-gorong. Jadi tidak ada lagi banjir. Namun demikian, karena perlu biaya besar dan ini merupakan kewenangan wilayah provinsi. Untuk tingkat kota kecamatan, saya ambil jalan dulu untuk normalisasi drainase. Mudah-mudahan kedepan bisa dibuat parit, entah dari anggaran PUPR atau dana Kelurahan, minimal lebar 4 meter lebar parit. Jadi pemeliharaan lebih mudah dan air mudah mengalir,” harapnya.
Disinggung soal adanya aktivitas pengupasan lahan yang berada persis di sebelah kiri dari arah Mahkota II yang diduga juga menyebabkan timbunan material lumpur di drainase, Suwarso mengatakan pihaknya sudah sudah bersurat ke perusahaan tersebut.
Perusahaan diminta melakukan pembuatan turap dan drainase a tersendiri sehingga material tanah atau lumpur dari akibat pengupasan lahan tidak tumpah ke badan jalan.
“Nanti kita sampaikan terus tapi sejauh ini dari perusahaan juga proaktif setiap ada endapan lumpur, mereka menurunkan alat berat eksavator dan dump truck. Kita patut hargai ya,” imbuhnya.
Penulis : Ningsih
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim