src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js">
HEADLINEKALTIM.CO – Tanpa disadari, sejumlah kebiasaan buruk yang kerap kita lakukan sehari-hari ternyata bisa merusak fungsi otak secara perlahan. Padahal, otak adalah pusat komando tubuh yang mengatur segala sesuatu—mulai dari berpikir, mengingat, merasakan, hingga mengambil keputusan. Jika rusak, bukan hanya daya ingat yang terganggu, tetapi juga kesehatan otak secara keseluruhan bisa menurun drastis.
Berikut ini sembilan kebiasaan sepele yang sebaiknya dihindari agar otak tetap bekerja optimal dan terhindar dari risiko gangguan seperti demensia, stres kronis, hingga Alzheimer.
Di era digital ini, siapa yang tak menghabiskan waktu berjam-jam duduk menatap layar? Sayangnya, kebiasaan ini bukan hanya berdampak pada tulang belakang atau jantung, tapi juga pada otak.
Menurut Health Harvard Publishing, rata-rata orang dewasa duduk hingga 6,5 jam setiap hari. Dalam studi yang dimuat di jurnal PLOS One tahun 2018, ditemukan bahwa kebiasaan duduk terlalu lama berpotensi menyebabkan penipisan pada lobus temporal medial (MTL)—bagian otak yang sangat berperan dalam pembentukan memori baru. Penurunan ketebalan MTL ini bisa jadi awal dari menurunnya kemampuan mengingat.
Kesendirian yang terlalu lama bukan hanya membuat hati sepi, tetapi juga bisa memengaruhi struktur otak. Sebuah studi dalam The Journals of Gerontology: Series B tahun 2021 mencatat bahwa orang yang jarang berinteraksi sosial cenderung kehilangan materi abu-abu, yaitu lapisan luar otak yang bertugas memproses informasi.
Tak hanya itu, isolasi sosial juga berpotensi memicu depresi dan meningkatkan risiko terkena Alzheimer di usia lanjut. Maka, jangan sepelekan obrolan ringan dengan teman atau keluarga. Terkadang, percakapan sederhana bisa jadi vitamin untuk otak.
Kurang tidur kini sudah jadi “penyakit modern” yang sulit dihindari. Padahal, tidur bukan cuma soal istirahat fisik, tetapi juga peremajaan otak.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep pada 2018 menunjukkan bahwa orang dewasa yang tidur kurang dari tujuh jam per malam mengalami penurunan signifikan dalam kemampuan berpikir, mengingat, dan menyelesaikan masalah. Rutinitas begadang bisa jadi musuh terbesar bagi fungsi kognitif.
Sedikit stres mungkin bisa mendorong kita untuk produktif. Tapi jika berlarut-larut, stres kronis dapat menghancurkan otak dari dalam.
Dalam banyak riset disebutkan bahwa stres jangka panjang bisa membunuh sel-sel otak dan menyusutkan korteks prefrontal, bagian otak yang berperan dalam pembelajaran dan pengambilan keputusan. Jadi, penting untuk melatih diri mengelola stres, misalnya lewat meditasi, olahraga, atau sekadar berjalan santai di alam terbuka.
Di zaman modern, gadget seperti ponsel, tablet, dan laptop sudah jadi bagian tak terpisahkan dari hidup. Tapi, jika waktu layar terlalu banyak, otak kita bisa kewalahan.
Mengutip Times of India, National Institutes of Health memperingatkan bahwa screen time berlebih, terutama pada anak-anak, berhubungan dengan buruknya hasil tes berpikir dan kemampuan berbahasa. Bahkan pada orang dewasa, terlalu lama menatap layar bisa mengganggu ritme sirkadian, memicu kelelahan, suasana hati tak stabil, dan insomnia.
Air bukan hanya untuk menghilangkan dahaga. Lebih dari 75% komposisi otak terdiri dari air. Jadi, ketika tubuh dehidrasi, walau ringan, kemampuan otak dalam merespons, berkonsentrasi, hingga mengingat bisa menurun drastis.
Kurangi konsumsi minuman manis atau berkafein berlebih, dan biasakan membawa botol air ke mana pun Anda pergi.
Pagi hari adalah waktu emas bagi otak untuk mulai bekerja. Tapi, tanpa asupan makanan, otak kehilangan sumber energi utamanya: glukosa.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang sering melewatkan sarapan memiliki risiko lebih tinggi mengalami stres, mudah lelah, dan menunjukkan performa akademis atau kerja yang buruk. Sarapan tak harus berat, yang penting bernutrisi—misalnya dengan sereal gandum, telur rebus, atau buah.
Mendengarkan musik memang menyenangkan. Tapi jika volume terlalu keras dan terlalu lama, otak Anda bisa membayar mahal.
Paparan suara kencang secara terus-menerus dapat merusak struktur dan fungsi otak, terutama yang berkaitan dengan sistem pendengaran dan memori. Bahkan, hal ini bisa berujung pada gangguan pendengaran akibat kebisingan (NIHL). Gunakan headphone dengan volume sedang dan beri jeda saat mendengarkan.
Cahaya alami ternyata memiliki peran penting bagi kerja otak. Menurut WebMD, kurangnya paparan cahaya bisa memicu rasa murung, kurang semangat, bahkan memperlambat kerja otak.
Sinar matahari pagi membantu produksi serotonin dan menjaga siklus tidur yang sehat. Jika Anda bekerja di ruang tertutup tanpa jendela, coba sesekali keluar dan biarkan mata serta otak terkena sinar alami.
Artikel Asli baca di cnnindonesia.com
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim