31.6 C
Samarinda
Sunday, February 16, 2025
Headline Kaltim

Ternak Babi Mati Massal di Berau, Diduga Virus Hog Cholera, Menular ke Manusia?

HEADLINEKALTIM. CO, TANJUNG REDEB – Puluhan ekor babi milik peternak di Kampung Maluang dan Paribau, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau mati. Diduga terserang virus.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kaltim, bersama Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau pun langsung turun ke lapangan untuk mencari tahu penyebab kematian massal tersebut.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kabid Keswan dan Kesmavet) Distanak Berau, I Putu Setion mengatakan, sejak laporan awal pada 10 Mei 2021 lalu, saat ini babi yang mati sudah mencapai 62 ekor di empat RT yang berada di Kampung Maluang dan Paribau.

Ternak Babi Mati Massal di Berau, Diduga Virus Hog Cholera, Menular ke Manusia?
Petugas Dinas Peternakan menyelidiki penyebab kematian ternak babi milik warga. (Sofi/headlinekaltim.co)

“Di sana ada 647 populasi di Kampung Maluang dan Paribau,” bebernya, Sabtu 22 Mei 2021.

Pada awal laporan tersebut, Distanak segera mengirimkan dokter hewan ke lokasi. Dokter kemudian memberi obat, namun ternaknya sudah loyo.

Ia menduga, penyebab sementara kematian massal hewan ternak tersebut karena terserang virus Hog Cholera. Kendati memerlukan penanganan lebih lanjut, pihaknya bekerja sama dengan provinsi untuk mengambil sampel darah agar penyakit dapat diantisipasi serta mengurangi angka kematian.

“Itu masih dugaan sementara, sambil menunggu sampelnya,” paparnya.

Jika memang virus tersebut yang menyerang, lanjut Putu, maka ini baru yang pertama kali muncul di Bumi Batiwakkal. Namun, ia belum bisa memastikannya karena masih akan dilakukan pemeriksaan dari laboratorium.

“Untuk memastikan kondisi hewan ternak babi selalu dikontrol dan dipisahkan untuk sementara waktu,” katanya.

“Kami berharap tidak benar dugaan virus tersebut, akan segera ditindaklanjuti lagi bagaimana penanganannya,” tutupnya.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kaltim, Siti Saniatun Saadah yang juga merupakan dokter hewan menjelaskan Hog Cholera juga disebut sebagai demam babi yang cukup serius dan fatal.

“Ini baru pertama bagi kami di Kaltim, kami sangat fokus untuk menangani ini. Jika angka kematian terus bertambah banyak, maka dari sisi ekonomi, peternak bisa mengalami kerugian yang sangat banyak,” bebernya.

Meski begitu, dia menegaskan masih ini dugaan sementara saja. Sebab, masih ada 3 dugaan penyakit lainnya, salah satunya yang disebabkan oleh bakteri.

Imbauan sementara, antisipasi yang diperingatkan kepada peternak adalah segera membersihkan diri setelah menangani ternak babi dan jangan mencampur ternak yang sakit.

Siti melanjutkan, pihaknya mulai mencari musabab penyakit melalui wawancara dengan peternak dan pengambilan sampel yang diharapkan bisa cepat keluar. Bisa saja virus ditularkan melalui pakan dan produk daging babi yang terkontaminasi. Penularan juga dapat terjadi melalui proses perpindahan ternak yang terinfeksi.

“Setelah hasil keluar melalui sampel darah, segera akan ditindak lanjuti bagaimana penanganannya. Yang terpenting angka kematian populasi harus sangat ditekan,” tandasnya.

Sekretaris Kampung Maluang, Agus mengatakan, penuturan dari pemilik ternak di RT 5, babi tidak mau makan dan beberapa hari kemudian ditemukan puluhan ekor babi sudah mati. Pihaknya langsung melaporkan kejadian tersebut ke Distanak Berau.

Agus juga mengimbau kepada warga sekitar untuk tetap menjaga kebersihan. Jika hendak ke kandang babi agar menggunakan sarung tangan dan masker. Khusus untuk anak-anak sebaiknya jangan dahulu bermain di sekitar lokasi.

“Ini untuk jangka pendeknya karena masih menunggu hasil, apa penyebab kematian dari babi tersebut,” jelasnya.

PENYEBAB DAN PENULARAN

Dikutip dari laman wikipedia, hog cholera atau dikenal demam babi klasik atau kolera babi adalah penyakit menular pada babi yang disebabkan oleh Pestivirus C. Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi, kejang, pendarahan pada permukaan kulit serta organ dalam, dan sering kali berakhir dengan kematian.

Nama resmi penyakit ini di tingkat internasional menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) adalah classical swine fever (CSF).Istilah CSF lebih sering digunakan di Eropa, sedangkan hog cholera digunakan di Amerika Serikat. Virus penyebab penyakit ini beberapa kali mengalami perubahan nama. Pada tahun 2000, nama hog cholera virus diubah menjadi classical swine fever virus dan pada tahun 2017 diubah lagi menjadi Pestivirus C.

Virus ini merupakan spesies yang berada dalam famili Flaviviridae dan genus Pestivirus. Ia dikelompokkan dalam grup IV dalam sistem klasifikasi Baltimore, yaitu virus RNA untai tunggal dengan sense-positif. Genus Pestivirus terdiri atas 11 spesies yang diberi nama Pestivirus A sampai Pestivirus K.

Pestivirus C memiliki kemiripan antigenik dengan bovine viral diarrhea virus (BVDV) yang digolongkan dalam Pestivirus A dan Pestivirus B serta border disease virus (BDV) yang merupakan sinonim dari Pestivirus D. Virus BVDV dan BDV sering disebut Pestivirus ruminansia seperti sapi, kambing, domba, dan rusa; sedangkan Pestivirus C disebut Pestivirus babi. Walaupun demikian, Pestivirus ruminansia juga dapat menginfeksi babi meskipun tidak diikuti dengan munculnya tanda klinis.

Di Indonesia, kasus demam babi klasik pertama kali ditemukan di Sumatra Utara pada tahun 1994 dan mewabah pada tahun 1995.Penyakit ini lalu menyebar provinsi lain di Pulau Sumatra, ke Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, hingga Sulawesi. Pada tahun 1997, Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 888/Kpts/TN.560/9/97 menyatakan bahwa penyakit ini telah menyebar di 11 provinsi, yaitu Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur. Provinsi Papua dan Papua Barat ikut mengalami wabah pada tahun 2006.

Cara penularan yang paling sering terjadi adalah melalui kontak langsung antara babi terinfeksi dengan babi sehat. Cairan tubuh dari babi terinfeksi (air liur, leleran dari hidung dan mata, darah, urin, serta tinja) merupakan sumber virus. Hewan yang terinfeksi secara persisten (kronis) sering kali tidak menunjukkan tanda klinis, tetapi menyebarkan partikel virus ke lingkungan melalui tinjanya.

Virus juga dapat menempel pada benda mati seperti pakaian, sepatu, dan kendaraan sehingga orang yang bepergian antarpeternakan babi memiliki peran penting dalam penyebaran penyakit.

Babi sehat menjadi terinfeksi akibat menelan partikel virus, termasuk memakan daging babi atau olahannya yang mengandung Pestivirus C. Konsumsi sampah sisa makanan yang dikenal dengan istilah swill feeding juga dapat membuat babi terinfeksi. Penularan juga dapat terjadi secara vertikal selama kebuntingan. Janin dapat terinfeksi sejak berada dalam rahim induk yang menderita demam babi klasik. Keberadaan babi liar di sekitar dpeternakan babi juga perlu diwaspadai.

TAK MENULARI MANUSIA

Dilansir dari situs kesehatan alodokter.com, penularan virus Hog Cholera hanya terjadi antar babi. Belum ada bukti bahwa virus ini dapat menular ke manusia. Kekhawatiran akan risiko tertular pada manusia mungkin muncul karena virus ini dapat bertahan dalam daging babi yang dibekukan hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Risiko manusia untuk terinfeksi sejauh ini tidak ada, sekalipun Anda mengonsumsi daging yang telah terinfeksi. Akan tetapi, Anda tetap harus memperhatikan keamanan pengolahan daging babi yang akan dikonsumsi dengan cara memasaknya hingga matang.

ANTISIPASI

Virus Hog Cholera memang tidak memengaruhi kesehatan tubuh manusia. Meski demikian, ada beberapa protokol kesehatan yang perlu dilakukan guna mengantisipasi timbulnya penyakit tertentu di saat Hog Cholera mewabah, di antaranya:

1. Batasi konsumsi daging babi sementara waktu, terutama di daerah yang sedang dilanda wabah hog cholera.
2. Hindari kunjungan ke area peternakan babi yang terinfeksi hog cholera.
3. Hindari kontak dengan babi atau hewan lainnya di area penyebaran virus hog cholera, termasuk peralatan kandang atau transportasi di dalamnya.
4. Kenakan alat pelindung diri bila memang Anda ditugaskan untuk membersihkan atau menyemprotkan disinfektan di kandang babi.

Bila memang Anda ingin mengonsumsi daging babi, dianjurkan untuk memilih produk daging babi yang telah memiliki sertifikasi legal. Kemudian, simpan dan masak daging tersebut dengan benar. Daging babi yang dikonsumsi mentah atau kurang matang berisiko menyebabkan infeksi cacing dan hepatitis E.

Penulis: Sofi

Editor: MH Amal

- Advertisement -
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers Sertifikat Nomor 1321/DP-Verifikasi/K/XI/2024

Populer Minggu Ini

Berau Jadi Tuan Rumah Rakor Pengembangan SDM dan Ekraf

HEADLINEKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Kabupaten Berau menjadi tuan rumah...

Rumah Budaya Kutai Bertekad Lestarikan Permainan Tradisional di Tengah Kepungan Gawai

HEADLINEKALTIM.CO, TENGGARONG - Pelajar zaman sekarang lebih banyak menghabiskan...

Presiden Prabowo Tegaskan Akan Ganti Menteri yang Tidak Fokus Kerja untuk Rakyat

HEADLINEKALTIM.CO, JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto kembali menegaskan komitmennya...

Raih Juara I Desain Grafis Tingkat Provinsi, Ini Sosok Fiqhi Orisa Salah Satu Pemuda Kreatif Samarinda 2024

PEMUDA jangan malas. Hal inilah yang ingin disampaikan Fiqhi...

Melihat dari Dekat Long Beliu, Kampung Ekowisata Berbasis Kerajinan Rotan

MASYARAKAT di Kampung Long Beliu, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau...

Tag Populer

Terbaru