Bertekad menjadi guru. Namun, bukan guru yang biasa-biasa saja. Dia tak mau sekadar mengajar, mengejar target buku teks tuntas sesuai kurikulum. Tugas guru, dalam keyakinannya, adalah menjadi lokomotif penggerak prestasi anak didik agar mampu bersaing hingga level nasional.
Dia adalah guru bahasa Indonesia SMA Negeri 4 Berau, Evi Sulistyaningsih. Evi benar-benar menjadi sosok yang memberi inspirasi bagi siswanya. Perempuan kelahiran 1982 di Sleman, Jogyakarta ini menempuh pendidikan TK sampai Sarjana di Yogyakarta. Pada tahun 2013, ia berhasil menyelesaikan program Pascasarjana di Universitas Negeri Surabaya program studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Ibu tiga orang anak ini juga menjadi dosen di Politeknik Sinarmas Berau Coal dan Universitas Terbuka.
Evi dikenal ramah. Saat mengajar, dia gemar berkarmina alias berpantun kilat. Bahkan, saat kegiatan belajar mengajar, sering menggunakan metode yang kreatif dan inovatif. Dikenal sebagai guru yang sarat prestasi. Langganan juara di setiap lomba yang diikutinya. Sebut saja, Juara Harapan II Menulis yang diadakan Tribun Kaltim tahun 2012, Juara I Lomba Kreativitas Guru tingkat Nasional tahun 2014, Juara Berbakat dalam lomba menulis artikel yang diadakan Berau Post dan Yagi tahun 2015, Juara 1 Lomba Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Tahun 2016, finalis lomba guru berprestasi tingkat Nasional tahun 2016, Juara harapan 1 lomba motivasi Bahasa Indonesia tingkat Provinsi tahun 2019, Guru Motivator literasi tingkat Nasional tahun 2021, Penulis terbaik 2 lomba cerita anak dwibahasa yang diselenggarakan Kantor Bahasa Kaltim tahun 2023.
Adapun penghargaan yang pernah diperoleh antara lain guru berjasa dan guru kreatif, inovatif dari Bupati Berau tahun 2013, Penghargaan Guru Berprestasi dari Bupati Berau tahun 2014, Penerima Penghargaan Kaltim Education Award Kategori Guru Berprestasi tahun 2015, Penghargaan Bupati Berau sebagai Guru Pegiat Literasi Tahun 2019, 2020, 2021, dan 2022. Netprom Of The Year dari penerbit Deepublish Tahun 2019, 2020, 2021, dan 2022, serta Fasilitator Penguatan Literasi Puskurjar Kemdikbudristek tahun 2024.
“Saya suka di bidang literasi, jadi saya mengikuti berbagai program maupun lomba literasi. Nantinya akan saya tularkan praktik baiknya ke mana-mana, baik ke siswa atau sekolah lain,” ucap Evi.
Evi mengaku senang mengikuti berbagai lomba atau kegiatan karena akan mendapatkan teman dan ilmu baru. Berkat sederet prestasinya tersebut, kepercayaan datang dari berbagai pihak yang memintanya menjadi narasumber.
Namun, dia harus menanggung risiko. Kesibukannya membuat waktu dengan keluarga terbatas. Dia juga harus merelakan kredit waktu mengajarnya berkurang karena harus sering bepergian ke sejunlah tempat.
MEMBAWA PERPUSTAKAAN SEKOLAH JUARA NASIONAL
Evi adalah sosok di balik prestasi yang diraih Perpustakaan Garlip SMAN 4 Berau, Kalimantan Timur. Baru-baru ini, perpustakaan tersebut meraih Juara 1 Klaster III Lomba Perpustakaan SMA/SMK/MA Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2024 dengan skor 933.06. Nilai tertinggi di antara semua klaster.
Selaku Kepala Perpustakaan, Evi sangat terharu dan senang. Ia mengatakan bahwa prestasi itu tidak didapat secara instan. Semua adalah hasil perjalanan panjang sejak tahun 2014.
“Jadi kita ini sudah membudayakan literasi mulai dari tahun 2014 sampai sekarang, artinya sudah sekitar 10 tahun,” ungkapnya.
Saat melakukan presentasi Lomba Perpustakaan di Jakarta, Evi tampak menawan dengan menggunakan baju adat Suku Dayak asli khas Kalimantan Timur. Hal itu menjadi sorotan banyak orang karena tampilannya yang berbeda dari peserta lain.
Baju adat Suku Dayak tersebut memiliki berat sekitar 5 kilogram, karena menggunakan manik-manik asli. Sementara, tim perpustakaan Garlip SMAN 4 Berau lainnya menggunakan baju berwarna kuning khas Berau untuk mewakili Kabupaten Berau.
Menurutnya, ini sengaja dilakukan untuk memperkenalkan Kalimantan Timur. “Sebenarnya tujuan kita bukan untuk menarik perhatian, tetapi untuk membawa nama Kalimantan Timur ke tingkat nasional, makanya saya memakai baju Dayak,” ujarnya.
Dijelaskannya, yang menjadi penilaian dari Perpustakaan Nasional adalah perpustakaan sekolah tidak hanya menyediakan buku atau informasi saja. Namun, harus bertransformasi membuat siswa/siswi itu berkarya.
Baik karya digital, tulis, atau membuat produk inklusi yang bisa menjadi bekal siswa untuk berwirausaha. “Bagaimana perpustakaan itu memberi dampak kepada sekolah dan masyarakat. Itu esensinya di lomba perpustakaan,” bebernya.
Kemudian ada beberapa kegiatan literasi yang sudah membudaya di SMAN 4 Berau seperti Jumat Literasi, Floating Library, membuat rekor agar selalu berinovasi, menulis cerpen, membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan lainnya. Siswa/siswa pun sudah terbiasa.
“Jadi banyak sekali lika-likunya untuk sampai ke nasional. Kalau dibilang instan, enggak sama sekali. Butuh kerja sama dengan banyak pihak, butuh inovasi-inovasi yang harus dipikirkan terus menerus supaya kita itu beda dari yang lain,” tegasnya.
Tahun 2019, dirinya ditempatkan di perpustakaan bersama rekannya, Helni. Baru 3 bulan, keduanya dihadapkan pada target akreditasi. Jadi, diputuskan merombak perpustakaan dengan anggaran yang terbatas.
Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) Berau pun memberikan beberapa saran terhadap perpustakaan Garlip SMAN 4 Berau. “Seperti rak buku itu tidak boleh menutupi jendela, jadi kita gergaji dan kita cat sendiri warna putih. Kita mulai dari nol kemudian pengadaan barang-barang dan buku itu mulai akreditasi,” jelasnya.
Kata dia, SMAN 4 Berau ikut lomba tidak cuma sekali. Tahun 2019 perpustakaan SMAN 4 Berau ikut lomba. Meraih juara 2. Tahun 2021 ikut lomba lagi. Hasilnya tetap sama: juara 2.
Padahal, Evi sudah percaya diri dengan banyaknya program, buku, tablet, dan ada juga podcast. “Tapi waktu itu di luar ekspektasi kita, SMAN 4 Berau malah juara 2 lagi,” ucapnya.
Evi menceritakan bahwa timnya sempat merasa down dan sedih sampai tidak mau ikut lomba lagi. Kemudian, terjadi pergantian kepala sekolah. Kepala Sekolah SMAN 4 Berau yang baru, Widi Mulyono meyakinkan dan mendukung perpustakaan Garlip. Selain memberikan dukungan berupa dana, Pak Widi juga memberikan ide-ide dan saran, kemudian tim perpustakaanlah yang akan mengeksekusi.
“Pokoknya didukung penuh oleh sekolah. Akhirnya tahun 2024 kita ikut lomba. Alhamdulillah dari Provinsi Kaltim juga mendukung dan percaya sama kita untuk mewakili Kaltim ke tingkat nasional,” ungkapnya.
Ke depannya, Evi ingin lebih banyak melakukan praktik baik ke teman-teman, murid dan sekolah lain supaya ikut berprestasi seperti SMAN 4 Berau. Menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang menyenangkan dan menginspirasi, serta mendorong siswa/siswa untuk terus berkarya.
Menurutnya, siswa itu butuh pengalaman ikut lomba agar mereka dapat menggali bakat yang dimiliki untuk dijadikan prestasi. “Saya juga akan terus ikut kompetisi-kompetisi guna menambah wawasan, teman baru atau relasi, dan prestasi,” demikian Evi. (Riska)
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim