HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Konsumsi pemerintah dan lapangan usaha konstruksi diperkirakan bisa menjadi penahan penurunan ekonomi Kaltim sampai akhir tahun 2020 akibat dampak pandemi Covid-19.
“Lapangan usaha kontruksi dan konsumsi pemerintah diperkirakan akan menahan penurunan perekonomian yang lebih dalam sejalan dengan berlanjutnya pembangunan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan,” ujar Kepala Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Tutuk S Cahyono, Kamis 6 Agustus 2020.
Pada triwulan II tahun 2020, ekonomi minus 5,46 persen. Namun, lapangan usaha kontruksi Kaltim tumbuh 0,03 persen year on year yang disebabkan berlanjutnya proyek strategis Kaltim di tengah pandemi covid-19.
Proyek RDMP Balikpapan masuk dalam lapangan usaha kontruksi kini terus berjalan. Data dari BPS Kaltim menyebutkan di bulan Juni 2020 progress pekerjaannya mencapai 17 persen dan ditargetkan akan selesai 2023.
Selain itu, disebutkan juga perkembangan proyek jembatan Pulau Balang hingga Juni 2020 mencapai 82 persen dan dapat selesai akhir tahun ini.
Tutuk menambahkan, stimulus dalam rangka progam pemerintah Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) juga paling diharapkan segera jalan, untuk menahan penurunan ekonomi Kaltim.
Ekonomi Kaltim anjlok di triwulan II akibat kinerja dari lapangan usaha pertambangan turun drastis. Penerapan lockdown oleh Negara tujuan ekspor batu bara Kaltim seperti India dan Cina membuat pertambangan terpukul.
“Over supply batubara di pasaran dampak pandemi Covid-19 juga berdampak turunnya kinerja lapangan usaha pertambangan di Kaltim,” jelas Tutuk.
Selain pertambangan, lapangan usaha yang turun menyumbang penurunan ekonomi Kaltim adalah perdagangan, akomodasi, transportasi dan makan minum turut turun seiring melemahnya daya beli masyarakat akibat pembatasan aktivitas pada pandemi Covid-19.
Bank Indonesia mencatat penurunan ekonomi Kaltim triwulan II yang lebih dalam tertahan oleh kinerja investasi dan lapangan usaha.
“Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada triwulan II 2020 meningkat Rp 1,58 triliun lebih tinggi dibanding triwulan I sebelumnya Rp 0,97 triliun. Sedangkan, enanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tumbuh Rp 5,8 triliun di banding triwulan I hanya Rp 3,7 triliun,” jelas Tutuk.
Penulis: Amin