src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js"> "Leman dan Anjat Kesayangan", Buku Cerita Anak Bergambar yang Lahir dari Kegelisahan Risna Herjayanti

“Leman dan Anjat Kesayangan”, Buku Cerita Anak Bergambar yang Lahir dari Kegelisahan Risna Herjayanti

7 minutes reading
Thursday, 10 Apr 2025 18:58 545 huldi amal

RESAH. Hal inilah yang dirasakan Risna Herjayanti ketika mengetahui minat baca anak muda di Indonesia rendah. Sadar akan pentingnya literasi, salah satu penggerak Komunitas Gerobooks (Gerobak Buku) Berau ini pun tertarik menulis buku cerita anak bergambar.

Karyanya yang berjudul ‘Leman dan Anjat Kesayangan’ terbit pada tahun 2024. Terdapat 29 halaman di buku tersebut. Risna berkolaborasi dengan ilustrator bernama An Nisaa Damayanti untuk menciptakan buku cerita yang menarik bagi anak-anak. Ilustrasi yang dibuat dengan teliti ini mampu membuat pembaca anak membayangkan dunia imajinasi yang diciptakan oleh penulis dan ilustrator.

Guru Seni Budaya di SMAN 2 Berau ini juga berinisiatif memperkenalkan kearifan lokal Berau melalui buku cerita anak bergambar. Selain bertujuan untuk menumbuhkan minat baca pada anak usia dini. Risna juga ingin memberikan hiburan yang bersifat mendidik.

"Leman dan Anjat Kesayangan", Buku Cerita Anak Bergambar yang Lahir dari Kegelisahan Risna Herjayanti

Peluncuran buku Leman dan Anjat Kesayangan di Perpustakaan Daerah Kabupaten Berau. (Foto: Ist/Risna Herjayanti)

“Yang juga menjadi keresahan adalah karena di Berau ini belum ada buku cerita anak yang mengangkat tentang khazanah Berau. Kebetulan ada teman yang bisa gambar jadi kami berkolaborasi,” ungkapnya.

Menurutnya, jika menulis buku cerita anak yang hanya menampilkan teks saja akan dinilai kurang menarik. Dirinya pun mengajak ilustrator untuk berkerjasama melahirkan buku cerita anak bergambar yang berjudul ‘Leman dan Anjat Kesayangan’. Pasalnya, target yang ingin disasar adalah pembaca anak-anak.

“Setidaknya anak-anak yang belum bisa baca kalau lihat gambar bisa mengimajinasikan gambar yang dilihat di buku tersebut,” paparnya.

Perempuan kelahiran 1992 ini menciptakan tokoh Leman sebagai salah satu anak yang tinggal di Kampung Merasa, Kabupaten Berau. Leman digambarkan hidup berdampingan dengan alam dan merawat lingkungan.

Tokoh Leman memiliki barang kesayangan berupa Anjat. Anjat merupakan tas berbentuk bundar yang terbuat dari rotan, ciri khas Suku Dayak, Kalimantan Timur. Biasanya tas itu digunakan untuk menyimpan barang atau perbekalan saat berburu dan berladang.

Selain itu, Leman juga memanfaatkan Anjat ini untuk mengumpulkan sampah saat lewat di jalan. Penulis ingin menunjukkan bahwa tokoh Leman ini sangat peduli terhadap lingkungan sekitar.

“Yang saya ambil adalah menjaga lingkungan dan sanitasi, kebersihan diri seperti mencuci tangan sebelum makan. Kalau buku cerita anak dibuat yang ringan-ringan saja,” ucapnya.

Dirinya ingin menunjukkan kebiasaan-kebiasaan baik yang dapat memberikan nilai pendidikan dari cerita tersebut. Selain itu, penulis juga ingin memperlihatkan hubungan antara Leman dengan Anjatnya. Kata dia, ada nilai moral hubungan emosional sang tokoh dengan barang kesayangannya tersebut.

“Biasanya anak-anak memiliki satu barang kesayangan. Itu semua dituangkan di buku cerita anak bergambar ini,” tuturnya.

Namun, buku Leman dan Anjat Kesayangan dicetak hanya sekitar 25 eksemplar saja. Padahal, Risna mengaku bahwa banyak orang yang tertarik untuk membeli buku cerita anak tersebut. Dia menyebutkan, karena keterbatasan dana yang dimiliki membuat proses percetakan buku ini juga terbatas.

“Memang kalau buku cerita anak ini yang menjadi PR adalah modalnya besar, karena full gambar dan kertas yang digunakan juga khusus,” ujarnya.

Dipaparkannya, untuk mencetak satu buku cerita anak membutuhkan modal biaya sekitar Rp80.000. Bahkan, dirinya mengajukan proposal sehingga mendapatkan bantuan dan hanya bisa mencetak sekitar 25 eksemplar.

Dia mengaku telah di-support dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. “Harapan kita, buku ini dicetak lagi karena ada banyak orang yang minat untuk beli,” tuturnya.

Guru yang sudah mengajar selama 10 tahun ini membuka peluang kepada dinas terkait maupun instansi lain yang ingin berpartisipasi membantu menyebarluaskan buku cerita anak bergambar ini. Menurutnya, dari buku cerita tersebut juga menjadi upaya untuk membangun dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan gemar membaca sejak dini. >

“Sempat ada obrolan dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Berau bahwa pihaknya mau membantu, namun anggarannya terbatas. Jadi kita masih memanfaatkan bantuan-bantuan dana serta mengajukan proposal lanjutan,” jelasnya.

Lulusan S1 Pendidikan Seni Tari di Universitas Negeri Yogyakarta ini mengaku penulis cerita anak di Berau terbilang masih kurang. Untuk itu, Risna berinisiatif membuat Lokakarya Penulisan Buku Cerita Anak Bergambar yang digelar pada 6 Oktober 2024 lalu. Dirinya mengajak masyarakat khususnya anak muda di Bumi Batiwakkal (sebutan Kabupaten Berau) untuk belajar bersama membuat tulisan dan ilustrasi pada buku cerita anak bergambar. Kegiatan tersebut di-support oleh Balai Bahasa dan Sastra Provinsi Kalimantan Timur.

“Makanya setelah dibuat lokakarya itu ternyata banyak juga yang tertarik dan bisa membuat buku cerita anak,” ujarnya.

Idenya membuat kegiatan tersebut pun mendapatkan apresiasi dari sejumlah pihak karena dinilai mampu menggerakkan dan mengembangkan literasi di Kabupaten Berau. Hal ini juga disambut baik oleh para peserta Lokakarya.

“Kalau saya pribadi tipe yang suka mencoba hal baru, makanya saya tertarik untuk menulis buku cerita anak bergambar ini,” ungkapnya.

Penggerak Komunitas Gerobak Buku Berau ini telah melakukan peluncuran buku ‘Leman dan Anjat Kesayangan’ pada 7 Desember 2024 di Dinas Perpustakaan Daerah Kabupaten Berau. Guru dan siswa/siswi yang hadir sangat antusias.

“Hari pertama kita undang guru-gurunya untuk mengikuti kegiatan. Kita sharing tentang proses penulisan buku cerita anak bergambar. Saya berharap guru-guru di Berau juga tertarik untuk membuat karya seperti ini,” tuturnya.

Hari kedua, murid TK dan SD se-Kabupaten Berau hadir untuk menyimak pendongeng cilik bernama Linda Talita Zahra menceritakan kisah ‘Leman dan Ajat Kesayangan’. Peserta yang hadir ramai, ada sekitar 60 murid. Risna bahkan membagikan buku cerita anak bergambar tersebut ke sekitar 20 sekolah di Berau.

“Animo orang tua dan siswa/siswi saat itu luar biasa. Media literasi sudah beragam sekali, tidak hanya baca tulis saja tetapi mendongeng, menggambar, mewarnai hingga membuat kerajinan,” jelasnya.

Dirinya yang baru saja menyelesaikan studi S2 Manajemen Pendidikan di Universitas Mulawarman ini menjelaskan proses kreatif penulisan buku cerita anak bergambar. Risna mengaku untuk menulis cerita anak tidak membutuhkan waktu yang lama. Pasalnya, cerita tersebut ditulis berdasarkan pengalaman penulis saat ke Kampung Merasa, Kabupaten Berau bersama dengan teman dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).

“Jadi untuk imajinasi itu tinggal menuangkannya ke tulisan. Kalau penulisan kayaknya sekitar satu minggu sudah sama dengan editing,” ucapnya.

Menurutnya, yang membutuhkan waktu lama adalah proses pembuatan ilustrasi. Proses yang harus dilalui sangat luar biasa dan dihadapi dengan berbagai kendala teknis. “Karena buku ini full warna ternyata perangkat yang digunakan juga berat. Jadi sempat ada kendala di halaman sekian itu gambarnya pecah. Kalau proses secara keseluruhan membutuhkan waktu hampir dua bulan,” bebernya.

Saat ini buku cerita anak bergambar yang kedua masih dalam proses. Latar ceritanya juga masih di Kampung Merasa, Kabupaten berkaitan dengan Pesta Budaya Meja Panjang. Penulis ingin mengenalkan kearifan lokal Berau. Buku kedua ini, dirinya melibatkan siswa bernama Dimas Dwi Bayu dari SMAN 2 Berau sebagai ilustrator. “Saat ini tentang Anjat dan meja panjang. Mungkin ke depan tentang kuliner atau tari-tarian,” tuturnya.

Risna sebagai perwakilan Gerobooks Berau merupakan salah satu dari 340 penerima bantuan pemerintah untuk Komunitas Penggerak Literasi. Dirinya mendapatkan kesempatan hadir secara langsung di Festival Literasi Nasional di Jakarta tahun 2024 untuk memamerkan karya-karya penulisan buku cerita anak bergambar.

Ia mengaku ada begitu banyak karya buku dan hal lainnya yang dipajang saat Festival tersebut digelar.
“Seru sekali kegiatan di Jakarta. Ada sastrawan dan macam-macam yang dipamerkan. Ada tiga karya yang dibawa. Kalau peserta lain ada yang karyanya masih dalam bentuk draf dan masih di percetakan. Alhamdulillah Berau sudah selesai dan bisa dipamerkan,” jelasnya.

Kata dia, sebenarnya konten yang bisa diangkat di buku cerita anak bergambar sangat beragam. Buku cerita anak ini bisa menjadi media untuk memperkenalkan banyak hal sejak dini. “Misalnya pentingnya merawat gigi. Hal itu bisa dibuat buku cerita dengan ilustrasi yang menarik bagi pembaca anak,” ucapnya.

Selain mengajar, Risna juga Kepala Perpustakaan di SMAN 2 Berau. Prestasi yang pernah diraih yakni juara II Best Practice Pengajaran tingkat Provinsi yang diadakan oleh PGRI Provinsi Kaltim Tahun 2022. Kemudian, juara I membuat konten bahan ajar tingkat provinsi yang diadakan Dinas Pendidikan Provinsi yang mengangkat tentang Gerakan Cinta Cagar Budaya dan Museum Tahun 2023.

Dirinya mengungkapkan, buku pertama yang ia pernah tulis berjudul 15 Minutes Makeup terbit pada tahun 2018. Kata dia, hal ini terbantu karena program dari PGRI Kabupaten Berau, satu guru satu buku, baik fiksi maupun non fiksi. Tahun 2018, Risna memang sudah mulai make up dan berpikir untuk membuat buku tentang tutorial makeup tapi yang ringan.

“Jadi akhirnya kurang lebih satu bulan kita diajak berkonsentrasi untuk mengerjakan buku ini. Prosesnya 30 hari. Kemudian diluncurkan pada saat Hari Guru Nasional tahun 2018. Jadi ini buku pertama saya,” jelasnya.

Saat ini, Risna masih tertarik untuk mengembangkan dan memperkaya buku cerita anak bergambar. Untuk itu, dia berupaya untuk terus menghasilkan karya-karya yang menarik untuk pembaca anak-anak dengan mengenalkan kearifan lokal di Kabupaten Berau.

“Saya berharap buku-buku cerita anak bergambar yang ditulis oleh peserta Lokakarya kemarin itu diluncurkan pada Hari Buku Nasional pada bulan Mei. Semoga juga banyak pihak-pihak lain melirik dan tertarik untuk membantu proses percetakan selanjutnya,” demikian Risna. (Riska)

LAINNYA