HEADLINEKALTIM.CO – Di tengah ragam pola keberagamaan umat muslim di tanah air yang turut mewarnai hiruk pikuk politik sejak Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 lalu, harus diakui cukup menyita energi.
Namun, Islam selalu menawarkan sudut pandang yang lain. Islam yang sejuk, sederhana, nan magis. Seperti dalam buku kumpulan cerita pendek Memburu Muhammad, karya Feby Indirani.
Kumpulan cerpen Memburu Muhammad, adalah yang kedua dari trilogi Islamisme Magis karya Feby Indirani, setelah Bukan Perawan Maria. Peluncuran buku ini digelar secara daring bekerjasama Madani Film Festival. Acara yang dimoderatori oleh Lia Kusumawardani ini berlangsung pada Selasa 24 November 2020 malam.
Selain Feby Indirani, si penulis yang juga jurnalis, turut hadir pemikir islam progresif Ulil Abshar Abdalla hingga Salman Faridi dari Bentang Pustaka.
Feby Indiriani dalam bukunya kali ini menuliskan cerita-cerita pendek tentang kisah Islam yang magis dengan banyak karakter, maupun karakter figuran yang bisa saja muncul dalam tiap cerita. Dimulai dari lembaran cerita yang menggambarkan adegan seseorang yang bertubuh besar dengan mengenakan kaos oblong dan membawa golok besar, memburu Muhammad di sebuah Kelurahan.
“Kenapa cerpen? Karena buat saya ini, impuls kreatif saya ada pada cerita pendek. Walaupun cerita pendek tetap kompleks. Setiap kali nulis saya ikuti saja proses kreatifnya. Bagi saya, nanti saja pikirkan akhirnya, pasti akan ketemu seiring proses. Walaupun tidak menawarkan pemikiran baru, namun menceritakan kepingan-kepingan kejadian di masyarakat tentang Islam,” jelasnya.
Ulil Abshar Abdalla, yang akrab disapa Gus Ulil, menyebutkan, Feby membawa tinjauan dengan ciri khas. Meskipun tidak dengan cara baru, namun banyak hal-hal yang amat magis serta sederhana.
Karena ada realisme magis, dia tidak menjadi pemikir, tetapi menawarkan sudut pandang yang berbeda. “Semisal bagaimana kisah bakso paling enak, cerita mengenai suami istri yang diberi bakso, namun paranoid terhadap babi. Itu kita membaca paranoid seperti ini sudah sering. Saya seringkali jengkel dengan hal ini. Cerita ini merupakan salah-satu cerita pendek di dalam buku Memburu Muhammad, mengingatkan cerita yang disajikan Umar Kayam dalam cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan. Namun, Feby membawa ceritanya menjadi lain. Kalau saya komentar tentu pasti ditentang banyak orang, karena pemikiran saya langsung to the point, apalagi saya dikenal dengan pemikiran Islam liberal,” ungkap Ulil sembari tertawa.
Lebih jauh Ulil menyebutkan soal posisi imajinasi dalam tradisi Islam. Biasanya imajinasi berkembang secara kreatif dan liar dalam dunia sufi. Seperti cerpen yang menceritakan seorang Kyai Zahid yang meninggal dunia, lalu kemudian bangkit hidup kembali. Lantas kemudian, berubah sifatnya, menjadi kiai yang berbeda dari sebelumnya karena begitu menyukai musik.
“Bahkan sufi-sufi tidak saja memburu Muhammad, namun memburu Tuhan. Yang sering disebut di dunia mistik dan bisa kita lihat yakni Ibnu Arabi. Aspek dunia magis, di mana batas-batas yang riil dan tidak riil, jadi kabur, yang duniawi jadi ukhrawi dan ukhrawi jadi duniawi atau jumpalitan alias tidak normal. Saya suka dengan kisah Kyai Zahid dalam buku ini, seperti halnya kisah para sufi yang kita ketahui” jelasnya.
Ulil menyitir tradisi sufi dalam Tarekat Malamatiyah yang tidak cukup terkenal karena sulit diamalkan. Para sufi ini jika berada didekat orang lain atau di tengah orang banyak, justru berpura-pura kelihatan bukan orang baik.
“Cara menyembunyikan kebaikan di tengah orang-orang menjadi sebuah keniscayaan, agar tidak terjebak mengerjakan kebaikan karena motif dilihat orang banyak,” ujarnya.
Penulis sendiri mengaku dibesarkan dalam tradisi Islam dengan sudut pandang berbeda. Feby belajar Islam tidak hitam putih. Kisah pelacur hina yang masuk surga karena memberi air untuk anjing yang kehausan adalah cerita sufisme yang menarik dirinya memahami hal-hal luar biasa dalam Islam.
“Saya tidak punya level setinggi sufi, namun ingin kembali menghidupkan cerita-cerita seperti yang ada dalam Alquran. Sebagai perempuan penulis, saya bahkan mendapatkan protes dari banyak pihak, termasuk surat panjang dari seorang ikhwan. Ia mengungkapkan bagaimana cara menjadi wanita salehah, harus seperti ini dan itu. Karena mereka hanya melihat judul buku Memburu Muhammad tanpa membaca sepenuhnya isi buku,” ungkapnya.
Penulis: RJ Warsa
Editor: MH Amal