Kopi Pepen Kembali Produksi dan Penuhi Permintaan Pasar Yogyakarta dan Malang

3 minutes reading
Friday, 11 Apr 2025 23:39 141 huldi amal

HEADLINEKALTIM.CO, TENGGARONG – Setelah berhenti produksi hampir 5 tahun, akhirnya Kopi Pepen (Kopen) Kutai  kembali menerima permintaan pasar luar Kaltim, seperti Yogjakarta dan Malang.
“Kami produksi lagi karena permintaan Kopen di Jogjakarta dan Malang cukup tinggi,” ucap owner Kopen, Rahmat Effendi kepada Headlinekaltim.co, Jum’at 11 April 2025.

Dia bercerita, Kopen memulai produksi kopi sejak tahun 2016. Namun, hanya bertahan empat tahun karena pada 2020, pandemi COVID-19 melanda Indonesia. “Terpaksa harus stop produksi,” ujar Rahmat.

Bibit kopi yang dikembangkan adalah jenis Robusta yang ditanam di lahan Desa Kedang Ipil seluas dua hektare. Di Desa Selerong hanya satu hektare. Total sebanyak 550 pohon kopi. “Produksi biji kopi tidak sebesar sebelum tahun 2020 karena petani kopi saat ini sudah berumur tua,” ucapnya.

Sebagai antisipasi agar produksi tetap terjaga, dirinya bersama tim Rumah Budaya Kutai (RBK) membagi-bagikan bibit kopi gratis kepada siapa saja yang ingin membudidayakan tanaman kopi.

“Kalau ada anak muda yang mau tanam kopi dan kembangkan secara konsisten, akan kami berikan bibit kopi secara gratis demi program pemberdayaan masyarakat,” ungkapnya.

Sejarah bibit kopi Robusta, seingat Pepen, bermula tahun 1970 lewat program transmigrasi dari Jember, Jatim ke Kelurahn  Bukit Biru, Tenggarong. Transmigram membawa bibitnya dan membudidayakan di Bukit Biru. Sayangnya, sudah tidak ada lagi lahan kopi di wilayah tersebut.

“Banyak sudah keturunan petani kopi yang bekerja di perusahaan tambang batu bara atau berdagang dari pada memilih menjadi petani kopi,” jelasnya.

Jika melihat silsilah bibit kopi Robusta yang dikembangkan, asal muasalnya dari indukan Kopi Brazil. Kopi tersebut diyakini punya ciri khas tersendiri. Lebih aman di lambung dan rendah kafein. Makanya, pasar konsumen Yogjakarta dan Malang senang dengan produk Kopen. “Kami baru sanggup penuhi pasar dua daerah tersebut. Maksimal pernah kami produksi sampai 50 Kg,” ujarnya.

Dari mana bermula menyasar pangsa pasar Yogjakarta dan Malang? Diawali kedatangan dosen Universitas Brawijaya, Malang datang ke Tenggarong untuk belajar kebudayaan ke RBK. Dosen tersebut mencicipi produk Kopen. Karena merasa cocok, akhirnya dia membawa ke Malang untuk oleh-oleh dan dipasarkan di sana.

“Sedangkan yang di Jogja, mahasiswa Tenggarong yang pasarkan Kopen di sana. Ternyata disambut positif oleh pasar. Malahan, ada yang siap support permodalan kembangkan Kopen,” jelasnya.

Saat ini, di sekretariat RBK tersedia 500 bibit kopi. “Yang ingin bertanam kopi silahkan datang ke RBK,” katanya.

Dirinya berharap, bibit kopi yang selama ini dibagikan, bisa berkembang secara baik sehingga alur produksi kopi akan terus konsisten tersedia, Jadi, bisa dipasarkan di Kaltim juga. Pesan dia, membudidayakan kopi jangan menggunakan pupuk kimia, tapi harus pakai pupuk organik.

Saat ini kopen yang tersedia hanya varian standar, dan sedang direncanakan meluncurkan produk kopi premium. Kopen yang beredar dengan kemasan kertas warna coklat adalah hasil desain  anak SMKN 2 Tenggarong.

“Kopi yang sudah dipanen dan siap digiling kami percayakan pada orang yang sudah lama mengelola Kopen. Orang tersebut sudah mengetahui tahapan-tahapan giling kopi agar kopi terasa nikmat dan harum,” pungkasnya.(Andri)

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim

LAINNYA