23.4 C
Samarinda
Monday, November 11, 2024

Kisah Alita, Balita Yatim Piatu karena Corona, Tetap Riang Terima Santunan dari Isran Noor

HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Bocah itu tak henti-hentinya menyapukan pandangan ke sekeliling ruangan. Begitu masuk ke Kantor Gubernur Kaltim, ekspresinya penuh rasa ingin tahu. Khas anak kecil yang masih Balita.

Seorang pria tua menggandeng tangan mungilnya. Tingkah lincah bocah perempuan itu membuat mata sang kakek terus awas. Usianya baru tiga tahun. Namanya Alita Ayudia Inara. Dia salah satu bocah yatim piatu yang menerima santunan dari Gubernur Kaltim Isran Noor, Senin 23 Agustus 2021.

Alita dan kakaknya, Danis Faysa Rakila, delapan tahun, baru saja ditinggal kedua orang tuanya yang wafat setelah terpapar COVID-19 Juni lalu. Keganasan virus Corona telah merenggut kebahagiaan banyak anak-anak seperti mereka.

Saat ini, kedua bocah tersebut hidup bersama kakek dan neneknya yang tinggal di Jalan Rajawali Dalam 3 RT 10 No. 58, Samarinda.

Alita sendiri belum sepenuhnya mengerti tentang rasa kehilangan. Selayaknya balita seusianya, dia begitu lugu dan riang. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Kondisi berbeda dengan kakaknya, Danis. Dia begitu terpukul.

Munirdiono (61), kakek Alita dan Danis, mengisahkan, anaknya yang merupakan ibu kandung Alita dan Danis, mengeluh tak enak badan pada tanggal 20 Juni 2021.

Awalnya, keluhan sesak nafas dianggap biasa. Maklum, almarhumah memang sering mengalami sesak nafas akibat penyakit asma yang dideritanya sejak kecil.

Namun, setelah beberapa hari kemudian, kondisi wanita tersebut semakin menurun sehingga dilarikan ke rumah sakit.

Tak berselang lama, ayah Alita dan Danis  juga mengalami sesak nafas dan turut dirawat di rumah sakit. “Dia (almarhumah, Red.) ada pembawaan asma, kalau orang Jawa itu katanya banyak minum air ketuban. Biasanya dia kalau capek kumat, cuma kemarin sampai 3 hingga 4 hari tidak ada sembuh, padahal biasa sehari semalam hilang sendiri. Akhirnya dibawa ke AWS (RSUD AW Sjahranie Samarinda, red). Sudah 4 hari tidak mau makan, katanya tidak enak makan, muntah. Diperiksa positif. Dirawat 5 hari,” cerita Munirdiono usai menemani cucunya, Alita, menerima santunan.

Setelah 5 hari dirawat, ibu kandung Alita dan Danis meninggal dunia. “Selang 5 hari ibunya meninggal, ayahnya juga meninggal. Ibunya meninggal tanggal 26 Juni, suaminya meninggal 1 Juli, jadi selisih 5 hari,” tutur Munirdiono dengan mata berkaca-kaca.

“Suami istri kerja di PT MSE. Sebelum sakit almarhumah itu memang mau resign, dia kan memang mau merawat anaknya. Dia mau menyelesaikan administrasi dulu, mungkin kecapekan, badannya tidak enak, asmanya kumat. Dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan tidak mampu berjalan,” kenangnya.

Munirdiono mengakui cucunya Danis masih sangat terpukul. “Kalau Alita, karena masih umur 3 tahun, masih belum tahu. Tapi kakaknya yang sudah umur 8 tahun masih sering menanyakan atau kadang mengigau, menanyakan ayah bundanya. Kelihatannya psikisnya belum pulih, padahal sudah berapa kali psikolog datang ke rumah. Ini tadi kebetulan kakaknya panas badannya, kemarin diajak tetangga ke rumah yang dulu ditempati. Mungkin kepikiran orang tuanya, terlalu kangen atau apa. Jadi pulang dari sana, langsung panas badannya,” ucapnya.

Kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim, Munirdiono mengucapkan terima kasih. “Alhamdulillah. Terimakasih. Paling tidak, ada perhatian. Jadi dari situ kita tidak khawatir dan tidak merasa terabaikan karena adanya pandemi ini. Jadi kami merasa diperhatikan oleh pemerintah daerah. Uangnya akan ditabung untuk masa depannya nanti, masalahnya ini kan jangka panjang,” tutupnya.

Penulis: Ningsih

Editor: MH Amal

- Advertisement -

LIHAT JUGA

- Advertisement -spot_img

TERBARU

POPULER