HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA– Salah satu makanan khas yang sangat terkenal di Samarinda adalah nasi kuning. Belum sah rasanya jika berkunjung ke Kota Samarinda kalau belum mencicipi nasi kuning dengan cita rasanya yang khas.
Di Samarinda, nasi kuning jadi masakan yang cukup populer sebagai menu sarapan. Biasanya disajikan dengan berbagai macam lauk, seperti telur, ayam, ikan, daging dan tempe. Paling favorit di lidah warga Banjar adalah nasi kuning ikan gabus atau ikan haruan.
Namun, apa jadinya jika masakan nasi kuning ternyata dapat mengembalikan memori – memori kita tentang masa lalu? Kenangan tentang masa bocah dan kerinduan pada sosok Ibu?
Itu yang dirasakan juru masak Maulana Yudisthira. Dia menyuarakan isi hatinya melalui kegiatan Makankah Kita yang sudah berjalan mulai dari 24 Juni 2023 lalu dan berakhir pada 30 Oktober 2023.
“Sebenarnya dari apa yang aku masak itu mulai dari episode pertama sampai yang terakhir ini, sebenarnya makanan yang biasa ibuku masak,” katanya pada headlinekaltim.co pada 30 September 2023 di T-Co Cafe, Jalan Banggeris, Kota Samarinda.
Yudhis menjelaskan bahwa semenjak kepergian sang ibu dua tahun lalu, dia sulit untuk menemukan nasi kuning yang enak di Kota Samarinda seperti masakan sang Ibu.
“Ibuku juga jualan nasi kuning, jadi ingatakanku tentang ibuku itu, yah paling banyak ada di masakan ini,” bebernya.
Yudhis pun menggagas kegiatan ‘Makankah Kita’ dalam proyek besar bernama Memori Rasa. Ini sebenarnya upaya dirinya bersama rekan-rekannya dalam Proyek Memori Rasa untuk mengarsipkan resep – resep makanan traditional khususnya makanan dari Kalimantan.
“Temen – temen yang kebetulan etnisnya sama itu nge-rasa-in memori yang sama tentang makanan yang aku sajikan, kenangan – kenangan itu yang pengen aku tunjukkin di setiap masakanku dan berharap aku bisa ngidupin lagi kenangan itu,” ucapnya.
Yudhis juga menambahkan bahwa kegiatan ini juga upaya untuk merawat tradisi atau kebiasaan makan bersama keluarga zaman dulu. Saat ini, di tengah kesibukan dan ritme hidup serba cepat, orang-orang mulai meninggalkan kebiasaan duduk bersama di ruang makan keluarga.
“Harapannya, kebiasaan ini tetap bertahan karena aku pikir itu adalah salah satu momen paling penting di mana ikatan keluarga yang paling erat pas kita makan sama – sama,” tutupnya. (Misfan)