src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js"> Kepala Daerah Penerima Vaksin Awal Terpapar Corona, Kadinkes Kaltim: Mungkin Ada Faktor X

Kepala Daerah Penerima Vaksin Awal Terpapar Corona, Kadinkes Kaltim: Mungkin Ada Faktor X

3 minutes reading
Monday, 25 Jan 2021 14:42 75 huldi amal

HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Heboh soal kasus Bupati Sleman Sri Purnomo yang terinfeksi COVID-19 sepekan pasca vaksinasi. Hal ini patut jadi pelajaran di semua daerah, termasuk penerima vaksin di Kaltim.

Hal ini juga mendapat tanggapan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim dr Padilah Mante Runa. Dia menyebut, efek setelah melakukan vaksinasi COVID-19 beragam, mulai dari ringan dan tidak ada bedanya dengan ketika menerima vaksinasi lainnya, seperti vaksin Polio dan Cacar. Ia menyakinkan bahwa pemerintah juga telah melakukan evaluasi jika terjadi efek samping.

“Efek vaksin bisa ringan, bisa tidak ada, sama saja dengan vaksin lain, tidak ada bedanya. Ini dimasukkan antigen, tentu ada reaksi dalam tubuh tadi. Jika imun tubuh tinggi, biasanya tidak ada gejala, tapi biasanya demam. Pusat sudah membentuk komite yang akan melakukan evaluasi, jika timbul efek samping pada vaksinasi,” terangnya.

“Intinya, vaksin itu disuntikkan dalam tubuh akan menghasilkan kekebalan antibodi. Saat kuman masuk, tubuh membentuk antibodi, saat ada virus masuk maka antibodi akan menahan tapi bisa juga kena, tapi kondisinya ringan. Kalau tidak pernah vaksin, pasti menderita,” lanjut Padilah Mante Runa.

Soal tokoh-tokoh yang terkonfirmasi positif COVID-19 pascavaksinasi, ia menduga ada faktor X di belakangnya. “Saya belum tahu, karena vaksin ini baru dibuka. Sebenarnya, vaksin ini membentuk akan membentuk antibodi, dan itu setiap orang tidak sama, ada yang cepat, lambat dan sedang,” katanya.

Direktur RSUD AW Sjahranie Samarinda dr David Hariadi Masjhoer juga mengamini apa yang disampaikan oleh Kadinkes Kaltim. Vaksin ini adalah kuman COVID-19 yang sudah dimatikan sebelumnya lalu disuntikkan ke dalam tubuh.

“Diharapkan tidak menimbulkan konsesi lagi. Hanya saja tubuh masih dapat mengenali kuman ini, sehingga terbentuk antibodi terhadap kuman vaksin COVID-19. Jadi kalau ada infeksi COVID-19, tubuh sudah bisa mengenali dan membentuk antibodi dan tidak terjadi penyakit,” katanya.

Namun demikian, untuk membentuk antibodi ini, seseorang harus dalam kondisi fit, tidak ada penyakit komorbid.

Ketua IDI Kaltim dr Nataniel Tandirogang menyebut, berdasarkan data riset, vaksinasi COVID-19 ini mampu melindungi seseorang dari terinfeksi COVID-19 di atas 95 persen. Bahkan, ada jaminan, dengan melakukan dua tahap vaksin COVID-19, antibiodi seseorang terhadap virus COVID-19 mampu bertahan hingga seumur hidup.

“Data riset kita dapat memberi perlindungan hingga 95 persen. Namun tentunya ada faktor lain yang berperan di dalamnya. Di antaranya adalah tubuh kita sendiri untuk membentuk sel-sel imun, apakah seseorang diberi vaksin akan mampu membentuk sistem imunnya,” bebernya.

“Itulah mengapa khusus vaksin ini dirancang dua kali pemberian. Yang pertama penyuntikan, lalu di-booster 14 hari kemudian. Pada 14 hari pertama, diharapkan terjadi peninggian, lalu 14 hari dia akan turun. Kemudian di-booster lagi yang kedua, diharapkan bisa memberikan perlindungan seumur hidup,” pungkasnya.

Penulis: Ningsih

Editor: MH Amal

LAINNYA