HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Penganan dodol banyak diolah dari beragam bahan. Hampir tiap daerah mengembangkan dodol dengan ciri khas masing-masing.
Di Kecamatan Muara Jawa, Kutai Kartanegara, Kaltim, ada jenis dodol khas terbuat dari buah Nipah. Ya, Nipah yang lebih dikenal karena daunnya dijadikan sebagai atap bangunan di pedesaan.
Adalah Agung Cahyadi Nugroho, pemilik usaha Nipah Creeps Urang Handil yang berada di Perumahan BTN Gang Rawa Indah Blok A , Muara Jawa Pesisir Kecamatan Muara Jawa yang mengolah dodol berbahan buah Nipah.
Dia menceritakan, usahanya berawal dari jaringan kampung nusantara yang digalakkan oleh pemuda-pemuda di kampungnya. Mereka mencoba untuk mengangkat potensi lokal yang dimiliki, yakni buah Nipah.
Di wilayah Handil 2 Muara Jawa, memang kaya akan pohon Nipah. Agung pun mencoba berinovasi menggunakan buahnya sebagai campuran bahan baku pembuatan dodol.
Pada tahun 2016, dia bersama dengan istrinya mengikuti lomba penulisan proposal wirausahawan muda. Kegiatan digelar sebuah perusahaan besar yang beroperasi di Muara Jawa. Dia mengajukan proposal produk olahannya, dodol Nipah.
“Alhamdulillah dari tujuh pemenang lomba, kami salah satunya untuk kategori wirausaha. Dari sana kami mendapatkan bantuan untuk mengembangkan potensi buah nipah ini,” ucapnya, Minggu 4 Oktober 2020.
Kala itu, Agung sempat bingung, langkah apa yang akan dilakukan untuk memulai promosi produknya. Pasalnya, ia tidak memiliki latar belakang ekonomi dan jaringan promosi.
Tak patah semangat, pria ini mengikuti berbagai pelatihan wirausaha. Agung pun mulai belajar untuk memasarkan produknya. “”Awalnya, kami juga bikin bolu dan dodol Nipah, tapi bolu kurang diminati, sehingga kami mulai fokus ke dodolnya,”bebernya.
Melihat potensi pasar, Agung mencoba membuat inovasi baru yaitu membuat creeps yang juga menggunakan bahan Nipah. Segmennya adalah kaum milenial.
“Kalau kami pikir, dodol ini segmennya terbatas sehingga dibuat inovasi baru juga menggunakan buah nipah. Creeps ini kan memang makanan yang sedang digemari anak-anak milenial. Pas waktu itu kami mengikuti pelatihan Mini-U, kami bawa produk kami, Creeps Nipah. Ternyata mendapat respon yang baik. Bahkan dari sana banyak yang langsung pesan,” ujarnya.
Saat ini, Agung sedang menjajaki kerja sama dengan beberapa swalayan yang ada di Jakarta dan Tangerang. Namun, belum berjalan mulus. Barang rusak sebelum sampai di tempat tujuan.
“Ternyata sampai di sana hancur creeps-nya. Memang kami akui, untuk produk ini memang sifatnya rapuh mudah rusak,” akunya.
Sementara untuk dodol, Agung masih belum berani memasarkan ke luar Kaltim. Sebab, produk ini tidak tahan lama. “Kalau dodol kami pasarkan lokal saja, paling jauh ke Samarinda, Balikpapan, Bontang, Tenggarong dan Sanggatta. Soalnya dodol kami maksimal tahan hanya 3 minggu, tapi di kemasan kami tulis masa expired 2 minggu,” paparnya.
Sejak pandemi COVID-19 melanda, usaha Agung sempat terkena imbas, bahkan nyaris guling tikar. Baru, pada bulan Agustus, usahanya kembali bangkit. Omzetnya lebih baik dibanding sebelumnya.
“”Pandemi sempat sudah ada yang pesan dalam jumlah banyak tapi karena COVID-19, mereka membatalkan semua pesanan. Dulu omzet Rp 1 sampai Rp 1,5 juta. Saat pandemi kemarin sempat tutup. Alhamdulillah, mulai Agustus sudah naik lagi, Rp 2 sampai Rp 3 juta per bulan. Kalau puasa biasanya mencapai Rp 5 juta sampai Rp 8 juta per bulan,” pungkasnya.
Penulis: Ningsih