HEADLINEKALTIM.CO–Dalam kultur sepak bola, kemenangan tim tak selalu berkat dari 11 pemain utama yang disiapkan sang pelatih. Sejumlah laga-laga penting sering berakhir buntu. Strategi permainan yang sudah dimatangkan kerap terbentur kontra strategi dari tim lawan.
Pada momen-momen inilah, biasanya pelatih putar otak. Lalu, memasukkan pemain pengganti. Justru, saat pemain lawan sudah mulai lelah, fisiknya terkuras, si pemain yang baru datang dari ruang ganti, leluasa beraksi. Bikin gol. Menang!!
Pemain yang mematikan tapi selalu datang di fase akhir pertandingan, kerap dijuluki “super sub”. Kultur “super sub” ini sepertinya bukan hanya milik sepak bola. Di medan politik, ada juga fenomena serupa. Contohnya, Ely Hartati Rasyid, anggota Komisi IV DPRD Kaltim.
“Waktu saya mendaftar caleg, suami ‘kan Ketua DPC Partai di Kutai Kartanegara, tapi saya gak dapat formulir, sudah habis, terlambat. Setelah berselang tiga hari, ada rekan kami membatalkan diri untuk mendaftar sebagai calon legislatif dari PDI Perjuangan. Nah, ini menjadi pintu awal bagi saya,” kata jebolan Fakultas Hukum Unikarta ini kepada headlinekaltim.co.
Ely Hartati Rasyid dan Suami, Yusmardani. (foto: dokumen pribadi)
Ely Hartati Rasyid mengaku mengenal politik dari sang suami, Yusmardani. Perempuan yang pernah jadi pelajar teladan Kaltim ini, sebenarnya lebih tertarik menggeluti bidang wirausaha.
“Tahun 1985, saya pernah menjadi pelajar teladan mewakili Kaltim untuk hadir di panggung kehormatan Istana Merdeka. Saat itu, Menteri Pendidikannya, Fuad Hasan,” kenangnya.
Dia membuka usaha kuliner berupa warung makan dan warung sate di Kota Tenggarong. Saat bersentuhan dengan politik, sebuah barang baru baginya, sikap Ely yang mudah belajar, pekerja keras dan tak mudah mencabarkan hati, sangat membantu.
Maklum saja, dirinya punya darah dan trah pejuang. Ayah Ely adalah sosok pejuang, Ketua Angkatan 45 Kukar. Pernah ikut gerilya di Sanga-sanga. Dari garis keturunan ibu, Ely masih keturunan Muso Salim, sosok pejuang dan pahlawan dari Kutai Kartanegara.
Begitu masuk di ranah politik yang hiruk, dia langsung tanggap. Bermodal sikap supel dan mudah bergaul, Ely tak sulit untuk mengimbangi peran politik yang dilakoni suaminya.
Ia berupaya untuk membaur. Namun, kendala di medan yang sama sekali baru pasti ada. Salah satu hal yang membuatnya sempat bingung adalah sederet aturan partai harus dipatuhi. Sementara, ibu dari tiga anak ini terbiasa berpikir mandiri dan mengambil keputusan sendiri dalam hal berwirausaha.
”Saya mengenal politik, ya karena suami. Suami saya selain pekerja swasta, juga bagian dari politisi. Beliau bagian dari salah satu partai besar di Indonesia, yaitu PDI Perjuangan, dan kebetulan waktu itu dipercayakan oleh DPP sebagai Ketua DPC di Kabupaten Kukar. Mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus ikut terlibat. Selain untuk fungsi men-support semua perjuangan suami, juga untuk mengerti pekerjaannya yang memang harus banyak mengorbankan waktu, tenaga, materi, bahkan kepentingan keluarga,” beber alumnus SMAN 1 Tenggarong ini.
Seiring waktu, dia makin dibuat penasaran oleh politik. “Politik itu apa, sih?” tanyanya, kala itu. Akhirnya, dirinya mengaku terbawa arus. Dimulai dari keikutsertaan sebagai relawan Joko Widodo kala Pilpres. Didaulat menjadi Ketua Relawan Projo 2014-2019.
“Waktu Pilpres itu, saya ketemu dengan warga, ke rumah-rumah , sampai ke pelosok daerah, saya datangi dengan berbagai macam kendala. Sulit sekali memang, tapi karena saya memang dari kecil suka dengan tantangan, maka saya pantang mundur. Saya jelajahi Kukar, berpecah jadwal dengan suami, ini juga bagian dari ujian saya untuk belajar berkomunikasi soal politik kepada masyarakat,” katanya.
MENUJU DPRD KALTIM
Saat Pemilihan Gubernur Kaltim tahun 2018, dia ikut berjuang memenangkan calon dari PDIP. Dia kembali didaulat turun sebagai kepala bagian inti Pemenangan Pilgub Kaltim.
Saat jagoan PDIP di Pilgub Kaltim kalah, dia berusaha membesarkan hati semua kader banteng moncong putih. Sebab, Pemilu legislatif sudah di depan mata. “Di situlah aku tergerak untuk ikut langsung terlibat menjadi politisi,” tuturnya.
Namun, keputusan itu memang sempat terlambat. Formulir bagi Caleg sudah habis. Beruntung, ada caleg lain yang mundur. Ely pun menjadi ‘pemain’ pengganti. Mendaftar sebagai Caleg DPRD Kaltim.
Kala itu, terang dia, pikiran terpilih sebagai anggota DPRD tak terlintas sama sekali. “Banyak senior saya yang juga ikut mendaftar, saya cuma meyakini diri membantu partai untuk meloloskan kuota 30 % perempuan untuk Dapil Kukar dan tingkat Provinsi Kalimantan Timur,” terangnya.
Bukan berarti Ely hanya berpangku tangan, menunggu nasib. Seiring berjalannya waktu, dia memberanikan diri turun ke masyarakat untuk memperkenalkan diri. Selama bertemu warga untuk berkampanye, perempuan ini menemukan sendiri soal apatisme pemilih terhadap lembaga legislatif.
“Ada juga masyarakat yang belum tahu tugas pemerintah dan dewan. Setiap ke lapangan, saya selalu menemui pertanyaan ini. Paling sering adalah soal jalan, dan bantuan usaha untuk UKM,” sambungnya.
Hal baru lainnya ia temukan adalah persoalan mendasar yang seharusnya diberikan kepada warga. Belum tentu setiap daerah itu sama meskipun kebanyakan tak berkisar jauh dari permohonan kebutuhan dasar hingga bantuan modal usaha.
SEMPAT GAGAP
Duduk di kursi Gedung Karang Paci adalah kejutan buat perempuan kelahiran Tenggarong, 2 Oktober 1967 ini. “Saya sempat gagap saat bekerja di bulan pertama, saya bingung, merasa keahlian saya sedikit. Namun, pelan-pelan saya mencoba untuk memahami. Saya lebih banyak bertanya, belajar. Akhirnya, saya mulai berani menjabarkan pikiran dan adu argumentasi di setiap rapat,” ujarnya.
Kini, setiap kali bertemu dengan rakyat yang diwakilinya dan mendengar aspirasi rakyat, Ely Hartati Rasyid merasakan kesyukuran karena sebuah kemanfaatan. “Ternyata dengan begini, saya yang bukan orang kaya, jadi bisa menolong dan membantu kepentingan masyarakat. Saya jadi semakin semangat untuk bekerja sebagai wakil dari rakyat,” tegasnya.
Apa obsesi yang diinginkan sebagai anggota dewan? “Saya punya satu PR khusus di daerah saya, yaitu merapikan budaya dan kultur adat yang ada di Kutai Kartanegara. Dalam hal ini, ada hal yang sangat sakral dalam sejarah yang terlalu diabaikan. Salah satunya adalah makam pahlawan Muso Salim yang ada di kecamatan Muara Kaman,” bebernya.
Saat ini, berkat perjuangannya, sudah dibangun turap untuk merawat makam pahlawan tersebut. Ke depan, dia berharap, generasi milenial di Kukar belajar banyak tentang sejarah dan warisan kebudayaan daerahnya sendiri.
“Makam itu harus menjadi salah satu objek studi bagi para pelajar di Kukar. Ini yang sering tertinggal dan dilupakan. Saya perhatikan, saat ini pelajar pun belum tentu tahu banyak soal pahlawan-pahlawan yang ada di Kutai Kartanegara dan Kaltim,” pungkasnya.
Editor: MH Amal
PROFIL:
NAMA LENGKAP : Ely Hartati Rasyid
Tempat dan Tanggal Lahir : Tenggarong, 2 Oktober 1967
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Partai Politik : PDIP
Daerah Pemilihan : KALIMANTAN TIMUR IV
Alamat : Jl. Mayjend Panjaitan, No 48, RT 001/000, Kelurahan Panji – Tenggarong
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim