Bertahan di Masa Pandemi, Petani Harus Beralih ke Produk Pertanian Organik

3 minutes reading
Monday, 14 Sep 2020 20:42 170 huldi amal

HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Ketahanan pangan di masa pandemi COVID-19 sangat penting sebagai indikasi tersedianya akses terhadap sumber makanan dalam memenuhi kehidupan sehari-hari.

Saat ini, ketersediaan akses tersebut terganggu dengan pembatasan transportasi dan ekonomi sehingga akan mengganggu sistem keamanan pangan di Indonesia. PHK massal atau kehilangan pekerjaan yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun, juga menyebabkan permintaan akan bahan makanan juga menurun akibat pembatasan sosial.

Hal ini dikatakan Ketua Pusat  Pengembangan Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2KPM) LP2M, Kiswanto, S.Hut, M.P, Ph.D mewakili Rektor Universitas Mulawarman membuka Webinar KKN Tematik Unmul bertema Strategi Peningkatan Nilai Jual Produk Petani Untuk Menambah Pendapatan Petani di Masa Pandemi COVID -19.

Webinar ini digelar oleh KKNT Kelompok 4 Kabupaten Kutai Timur dan Kelompok 20 Kabupaten Kutai Barat, Senin 14 September 2020.

Menurut Kiswanto yang juga Koordinator KKNT Relawan COVID-19 Nasional, diskusi ini mencoba mencermati permasalahan dan merumuskan solusi pemecahannya.

Penguatan terhadap petani dan peningkatan nilai jual produk pertanian perlu dipikirkan agar petani tetap bisa memproduksi dan menjual produknya. Kemudian, masyarakat bisa membeli dan mengkonsumsi produk tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.

“Semoga webinar kali ini bisa bermanfaat bagi kita dalam bergotong-royong sebagai upaya adaptasi kehidupan baru yang terbebas dari belenggu pandemi,” terang Kiswanto dalam rilis diterima media ini.

Hadir sebagai pembicara dalam webinar ini adalah akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unmul, Dr. Saida Zainurossalamia ZA, SE, MSi dan akademisi Fakultas Pertanian Nurul Puspita Palupi, SP, MSi.

Dari materi yang disampaikan, proses produksi pertanian memiliki keterbatasan atau kendala-kendala yaitu dalam produksi yang sifatnya musiman, produk pertanian tidak bisa bertahan lama tanpa penanganan pascapanen yang baik.

Menurut Nurul Puspita, dibutuhkan tempat yang luas serta jarak lapangan produksi dan pasar yang relatif jauh. “Dengan keterbatasan ini perlu strategi produksi yang didukung oleh strategi pemasaran, baik pemasaran secara langsung (produk mentah) ataupun menjadi setengah jadi maupun dengan pemasaran daring sehingga nilai jual produksinya bisa meningkat,” jelas Nurul yang juga pelaku usaha.

Nurul juga menekankan perlunya perhatian dalam pertanian organik karena dinamika konsumen saat ini telah berubah ke produk organik (product organic oriented). Sehingga, tantangan petani ke depan adalah memproduksi produk pertanian organik yang harganya terjangkau dan bisa memenuhi kebutuhan konsumen khusus yang semakin hari semakin meningkat.

Sementara dari segi ekonomi, Saida Zainurossalamia menjelaskan bahwa dalam produksi harus mempertimbangkan faktor konsumen. Dalam arti  tentang siapa konsumennya, apa yang diinginkan, dan bagaimana produk yang diperlukan itu didapat.

Lebih lanjut,  dia menjelaskan, selain dari aspek ekonomi produk pertanian akan lebih bernilai ekonomi jika dijadikan produk setengah jadi atau produk jadi (makanan, minuman, obat dll).

“Tampilan produk yang baik, bersih dan menarik juga menjadi solusi untuk meningkatkan nilai jual produk.  Tempat penjualan juga sangat mempengaruhi nilai jual produk pertanian.  Hal ini memacu petani, bagaimana bisa menghasilkan produk yang bisa dijual, misalnya bisa dijual di supermarket sehingga harganya lebih mahal. Pemasaran online juga sangat penting sehingga petani diharapkan juga mulai familier dengan bisnis online. Ini bisa dibantu difasilitasi pembuatan program oleh mahasiswa,” paparnya.(***)

LAINNYA