HEADLINEKALTIM.CO – Penggunaan produk perawatan kulit dengan bahan aktif hidrokuinon (HQ) belakangan ini semakin populer di kalangan masyarakat yang ingin mencerahkan kulit atau menghilangkan flek hitam. Namun, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin dari Universitas Indonesia, dr. Adhimukti T. Sampurna Sp.KK, memberikan peringatan tegas terkait risiko penggunaan hidrokuinon dalam skincare, terutama jika digunakan dalam kadar yang tinggi dan tanpa pengawasan medis yang tepat.
Menurutnya, meski hidrokuinon dikenal ampuh untuk memudarkan noda hitam di wajah, penggunaannya harus dibatasi karena dapat menyebabkan efek samping yang serius, termasuk potensi kanker.
Dalam keterangannya kepada ANTARA, Adhi menjelaskan bahwa batas maksimal penggunaan hidrokuinon dalam produk skincare over-the-counter adalah 2 persen. “Penggunaan hidrokuinon dengan kadar lebih tinggi, misalnya 4 persen atau lebih, hanya boleh melalui resep dokter. Penggunaan dalam jangka panjang tidak dianjurkan karena bisa memicu efek berbahaya,” kata Adhi.
Selain potensi kanker, Adhi juga menyebutkan risiko jangka panjang lainnya seperti hiperpigmentasi paradoks atau ochronosis eksogen. Ini merupakan kondisi di mana kulit justru menjadi lebih gelap, bukan lebih cerah, akibat paparan hidrokuinon dalam waktu lama. Risiko toksisitas atau keracunan juga menjadi salah satu ancaman serius dari penggunaan bahan ini dalam jangka panjang.
Hidrokuinon bekerja dengan cara menghambat enzim yang berperan dalam produksi melanin, pigmen yang memberikan warna pada kulit. Dengan menurunnya produksi melanin, noda hitam atau hiperpigmentasi di kulit bisa memudar. Oleh sebab itu, hidrokuinon sering ditemukan dalam produk perawatan kulit yang berfungsi untuk mengatasi masalah melasma, flek akibat sinar matahari, atau bekas jerawat.
Meski terlihat efektif, Adhi memperingatkan agar masyarakat berhati-hati dengan skincare yang mengandung hidrokuinon. Selain risiko yang sudah disebutkan, penggunaan hidrokuinon juga dapat membuat kulit menjadi lebih sensitif terhadap paparan sinar matahari. “Penggunaan jangka pendek dapat menyebabkan iritasi kulit, kemerahan, kulit kering, dan mengelupas. Ini juga bisa meningkatkan sensitivitas kulit terhadap sinar UV,” jelasnya.
Selain iritasi ringan, efek samping yang lebih serius bisa terjadi jika hidrokuinon digunakan dalam waktu lama dan tanpa pengawasan dokter. Pengguna mungkin mengalami dermatitis kontak alergik, yaitu reaksi alergi yang menyebabkan kulit meradang, gatal, dan kemerahan. Penggunaan hidrokuinon dalam jangka panjang juga bisa memperburuk kondisi hiperpigmentasi, membuat bintik hitam semakin sulit dihilangkan, bahkan bisa merusak struktur kulit secara permanen.
Adhi juga menyarankan agar masyarakat lebih teliti dalam memilih produk skincare yang aman. Salah satu ciri produk yang mengandung hidrokuinon adalah jika dibiarkan dalam udara terbuka, warnanya bisa berubah menjadi kecoklatan akibat proses oksidasi. Produk seperti ini harus dihindari karena dapat menandakan bahwa bahan aktifnya sudah mengalami perubahan kimiawi yang bisa berpotensi berbahaya.
Artikel Asli baca di Antara.com
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim