HEADLINEKALTIM.CO, BALIKPAPAN – Seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) yang terdampar di perairan Muara Teritip, Balikpapan, Kalimantan Timur, akhirnya mati setelah terjebak di pantai sejak Senin (22/9/2024). Paus sepanjang 15 meter dengan berat sekitar 40 ton ini dinyatakan tak bernyawa pada Kamis (25/9/2024) dilansir Kompas.com, meskipun upaya penyelamatan telah dilakukan oleh relawan dan pihak terkait.
Menurut Pengawas Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), paus sperma ini menjadi yang keempat yang terdampar di kawasan Teluk Balikpapan dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, paus pembunuh palsu (Pseudoorca crassidens) ditemukan terdampar di Pantai Lamaru pada 2009, dan meskipun upaya penyelamatan dilakukan, paus tersebut akhirnya mati. Lalu pada 2019, paus pembunuh kerdil (Feresa attenuata) berhasil diselamatkan di Pantai Manggar, sementara di penghujung tahun yang sama, seekor paus gigi sikat juga terdampar dan mati di Pantai Seraya.
Kematian paus sperma terbaru ini memicu kekhawatiran di kalangan aktivis lingkungan, termasuk Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia, Afdillah. Ia menilai insiden ini sebagai sinyal bahwa ekosistem laut di Teluk Balikpapan sedang terancam, terutama akibat pembangunan besar-besaran yang tengah berlangsung di wilayah tersebut.
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi salah satu faktor yang diduga memperparah kondisi ekosistem laut di Teluk Balikpapan. “Pembangunan IKN tidak hanya berdampak pada ekosistem darat, tetapi juga memberikan tekanan besar terhadap ekosistem laut di sekitarnya,” ungkap Afdillah dalam wawancara pada Jumat (27/9/2024). Salah satu dampaknya adalah terganggunya jalur migrasi paus akibat meningkatnya aktivitas transportasi laut, yang memengaruhi sistem navigasi paus yang sangat sensitif terhadap suara dan getaran.
Menurut Afdillah, intensitas transportasi laut yang meningkat di wilayah tersebut, terutama terkait proyek pembangunan IKN, telah merusak habitat paus dan spesies laut lainnya. “Kesibukan kapal-kapal besar yang melintasi jalur pelayaran di Teluk Balikpapan membuat paus kehilangan arah. Hal ini sangat berbahaya, mengingat paus adalah spesies yang bergantung pada sonar alami untuk bernavigasi di laut,” tambahnya.
Ia juga mengkritik pemerintah atas perencanaan pembangunan IKN yang dinilai terlalu terburu-buru dan kurang mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap ekosistem pesisir. “Kematian paus ini adalah contoh nyata bahwa pembangunan IKN belum memperhatikan sepenuhnya kelestarian lingkungan laut yang menjadi bagian integral dari wilayah tersebut,” ujarnya.
Saat paus sperma ditemukan pertama kali pada Senin (22/9), petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah Konservasi III Balikpapan, KKP, serta relawan segera melakukan berbagai upaya penyelamatan. Kepala paus telah berhasil diarahkan ke laut lepas dengan harapan ia dapat berenang kembali saat air pasang naik pada Kamis tengah malam. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
“Ketika kami kembali ke lokasi pagi harinya, kami temukan paus itu sudah tidak bernapas lagi,” ungkap Heri Seputro, Pengawas Perikanan KKP, seperti dilaporkan oleh Antaranews. Bangkai paus itu sementara ditambatkan agar tidak terbawa arus laut hingga keputusan lebih lanjut diambil.
Setelah paus dinyatakan mati, langkah berikutnya adalah melakukan nekropsi, yaitu bedah mayat untuk mengetahui penyebab pasti kematian. “Nekropsi akan dilakukan untuk memeriksa apakah ada luka dalam atau kerusakan organ yang disebabkan oleh aktivitas manusia atau faktor alamiah lainnya,” kata Heri. Prosedur ini penting untuk memahami secara mendalam alasan paus terdampar, serta kemungkinan adanya faktor eksternal seperti polusi atau gangguan suara dari aktivitas pelayaran.
Kematian paus sperma ini menyisakan kesedihan di kalangan pecinta alam dan pencinta satwa di Balikpapan. Janu, seorang warga Klandasan, menyatakan keprihatinannya atas insiden ini. “Mungkin sudah saatnya Balikpapan memiliki unit khusus untuk menangani satwa terdampar. Dengan begitu, penyelamatan bisa lebih cepat dan terkoordinasi,” ujarnya.
Artikel Asli baca di Kompas.com
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim