src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js">
HEADLINEKALTIM.CO, TENGGARONG – Negeri Sakura, Jepang, senasib sepenanggungan dengan Indonesia di sektor pertanian. Sama-sama mengalami krisis profesi petani.
Ini diungkap peneliti IDE-Jetro Jepang Koichi Kawamura saat mengisi kuliah umum untuk mahasiswa Fakultas Pertanian Unikarta Tenggarong, Jumat 20 September 2024.
Koichi memberikan kuliah umum bersama Kepala BRIN Pusat Mardiyanto Wahyu, dan peneliti BRIN Prof Poltak Partonggi. Dari pukul 16.00-18.30 Wita di ruang rapat Rektorat Unikarta.
“Kami di Jepang juga mengalami krisis Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk kekurangan petani. Untuk menanggulanginya, pemerintah Jepang datangkan pekerja dari luar negeri, termasuk Indonesia,” ucapnya.
Selain itu, biaya pendidikan juga sangat mahal sehingga keluarga di Jepang tidak mau memiliki anak. Ditambah lagi, pemerintah lebih memprioritas membantu Lansia. Anggaran pendidikan Jepang hanya berkisar 15 persen per tahun.
“Sedangkan bidang Kesra lebih dari 15 persen untuk jaminan sosial dan kesehatan Lansia,” terangnya.
Memang menyelesaikan masalah kekurangan pekerja untuk mengisi sektor industri adalah mendatangkan pekerja migran. Namun, ini menimbulkan masalah atau gejolak sosial dengan pekerja asli.
Koichi mengurai penyebab Jepang kekurangan SDM di berbagai bidang. “Pasangan subur di Jepang hanya mau punya anak satu cukup, bahkan ada yang tidak mau menikah,” ucapnya.
Menurutnya, keluarga Jepang tidak mau memiliki anak banyak karena perekonomian mengalami perlambatan sejak beberapa tahun terakhir.
Pasangan suami-istri sudah lelah bekerja seharian. “Setelah bekerja pulang malam hari, ingin bersantai, tidak ingin dipusingkan mengurus anak lagi,” ucapnya.
Yang membuat Jepang kuat sampai saat ini karena punya produk unggulan tiap daerah. Misi satu produk satu daerah diawasi secara ketat kualitasnya oleh pemerintah. Produknya laris di pasar Eropa, Asia dan Afrika.
“Semoga apa yang dilakukan Jepang bisa ditiru negara lain,” jelasnya.
Kepala BRIN Mardiyanto menyebut kedatangan Koichi bersama peneliti BRIN, untuk menggali lebih dalam terkait pola kerja sama daerah dengan Ibu Kota Nusantara (IKN) Kaltim.
“Yang kami perdalam apakah daerah sudah menyambut kebutuhan pangan di IKN, sedangkan ada penambahan pegawai di IKN mencapai ratusan ribu orang,” pungkasnya.(Andri)
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim