HEADLINEKALTIM.CO, TANJUNG REDEB – Rumah Putri Batik Maluang, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau telah menghasilkan ribuan produk batik. Batik yang dihasilkan merupakan batik limited edition. Omzetnya bahkan sudah mencapai ratusan juta rupiah per bulannya.
Putri Maluang Batik sudah tidak asing lagi di Kabupaten Berau. Namanya melambung tinggi berkat bakatnya dalam membuat batik. Ia menghasilkan batik dengan corak khas Berau. Kini, produk batik tersebut sudah menembus pasar nasional serta internasional.
Adalah Putri Arofah, pemilik Putri Maluang Batik, atau kerap disapa Bunda oleh masyarakat sekitar. Ia tinggal di Jalan Poros Tanjung Redeb -Tanjung Batu, Kampung Maluang, Kecamatan Gunung Tabur.
Berawal dari pelatihan yang digelar Dekranasda Berau pada tahun 2018 lalu di kantor kepala kampung Maluang, Putri Arofah mengasah intuisi dan bakat seni membatik. Dekaranasda mendatangkan pelatih khusus bagi warga, kala itu.
“Karena membatik ini tidak semudah yang terlihat. Batik ini identik dengan seni. Dan seni itu datangnya dari hati,” tutur Putri Arafah saat ditemui pada Senin, 28 Maret 2022.
Saat pandemi COVID-19 bermula tahun 2020, ia bersama rekan-rekannya sempat mendapat stigma buruk karena diduga sebagai penyebar COVID-19. Justru, kesuksesan Rumah Putri Batik Maluang berawal dari pandemi.
Selama dua minggu diisolasi dari lingkungan sekitarnya agar tak menyebarkan virus, ia bersama anggotanya memutuskan untuk mulai membatik. Semua teori dan praktek yang dipelajari pun mulai diterapkan.
Harga batik yang dijual dimulai dari harga 200 ribu-an. Paling mahal yakni Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta untuk batik tulis. Itu tergantung dari rumitnya proses corak dan motifnya. Adapun yang paling rumit, yakni batik tulis yang prosesnya sampai 10 kali sebelum benar-benar bisa dijual. Selain rumit, pembuatannya pun cukup lama, bisa memakan waktu 3 hingga 7 hari.
“Jadi harganya tergantung sulit dan tidaknya proses pembuatan. Jadi kita harus produksi tiap hari, karena setiap bulannya cukup banyak permintaan pembeli,” jelasnya.
Diakuinya, omzet kotor dari produksi Putri Batik Maluang sudah mencapai lebih 100 juta per bulan. Padahal, awal perintisan dalam produksi batik, hanya sekitar Rp 3 juta saja.
Pemasaran produk tak lagi di Berau saja, melainkan ke seluruh Indonesia. Bahkan, Bupati Berau Sri Juniarsih membawa batik khas Berau produksi Putri Batik Maluang ke Inggris untuk dijadikan suvenir. Hal tersebut dilakukan sebagai ajang promosi batik produk lokal.
“Belum lama sepertinya dari Inggris. Saat melakukan kunjungan kerja itu, produksi batik dari kami yang dibawa ke sana,” tuturnya.
Wakil Ketua DPD RI, Muhyidin juga tertarik untuk memesan batik produksi dari Kampung Maluang. Bahkan, dia sudah memesan sejumlah desain motif batik. Putri menjelaskan bahwa keinginan Muhyidin itu disampaikan langsung kepadanya, baru-baru ini.
“Kami lagi membuat desainnya. Beliau ingin memesan batik dalam jumlah cukup banyak untuk seluruh anggota dan staf di DPD RI. Ini merupakan suatu kebanggaan bagi kami juga,” jelasnya.
Dia mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak karena tanpa dukungan tersebut, Putri Batik Maluang tidak akan pernah bertahan dari gempuran persaingan batik-batik dari luar daerah di Indonesia.
“Alhamdulillah, hingga saat ini kami terus didukung. Ini juga menjadi modal penyemangat buat kami, untuk terus memproduksi batik khas Berau. Kami optimis, kedepan batik khas Berau akan semakin dilirik pasar lagi,” jelasnya.
Penulis: Riska
Editor: MH Amal