src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js"> Kemerdekaan dalam Perspektif Islam: Antara Syukur dan Cinta Tanah Air

Kemerdekaan dalam Perspektif Islam: Antara Syukur dan Cinta Tanah Air

3 minutes reading
Wednesday, 14 Aug 2024 12:15 71 gleadis

HEADLINEKALTIM.CO – Mensyukuri kemerdekaan Republik Indonesia (RI) adalah sebuah tindakan yang tidak hanya berdasar pada nilai-nilai kebangsaan, tetapi juga memiliki landasan kuat dalam ajaran Islam. Banyak ulama yang menyatakan bahwa cinta tanah air merupakan bagian dari iman, sehingga tidak ada pertentangan antara mencintai Indonesia dan menjalankan ajaran agama.

Dalam bahasa Arab yang dilansir detik.com, kemerdekaan bangsa dikenal dengan istilah Al-Istiqlal, yang secara harfiah berarti kebebasan dari segala bentuk ikatan atau penguasaan oleh pihak lain.

Menurut tafsir Islam, kemerdekaan memiliki makna yang dalam, tidak hanya sebatas kebebasan dari penjajahan, tetapi juga kemampuan individu untuk mengaktualisasikan dirinya tanpa adanya paksaan dari luar. Istilah lain yang sering digunakan adalah al-hurriyyah, yang mengacu pada kebebasan, dan al-tahrir, yang berarti pembebasan. Dengan demikian, orang yang merdeka disebut sebagai al-hurr, lawan kata dari al-‘abd atau budak.

Sejarah kemerdekaan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari peran umat Islam yang turut serta dalam perjuangan melawan penjajah. Berdasarkan ajaran Islam, melawan penindasan dan memperjuangkan kemerdekaan adalah bagian dari jihad fi sabilillah. Hal ini sesuai dengan beberapa ayat Al-Qur’an yang mengajarkan pentingnya kebebasan dan kemuliaan manusia.

Dalam Surat Al-Isra Ayat 70, Allah SWT berfirman bahwa setiap manusia berhak hidup mulia. Ayat ini menjelaskan bahwa manusia diberi hak untuk hidup dengan penuh kemuliaan, bebas dari penindasan, dan mendapatkan rezeki yang baik dari Tuhan.

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

Ayat lain yang menunjukkan pentingnya cinta tanah air terdapat dalam Surat Al-Mumtahanah Ayat 8.

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

Prof. Dr. Quraish Shihab mengartikan ayat ini sebagai dasar bahwa mencintai tanah air sama pentingnya dengan membela agama.

Tidak hanya dalam Al-Qur’an, kemerdekaan dan cinta tanah air juga tercermin dalam berbagai hadits Nabi Muhammad SAW. Salah satu hadits yang terkenal adalah tentang kewajiban menjaga keselamatan sesama Muslim. Rasulullah bersabda :

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Artinya: “Seorang Muslim adalah orang yang sanggup menjamin keselamatan orang-orang Muslim lainnya dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR Bukhari).

Hadits ini menunjukkan pentingnya menjaga harmoni dan kedamaian dalam masyarakat, yang menjadi esensi dari sebuah kemerdekaan.

Kisah kecintaan Nabi Muhammad SAW terhadap Madinah juga sering dikutip sebagai contoh bagaimana seorang Muslim seharusnya mencintai tanah airnya. Ketika Nabi tiba di Madinah setelah berhijrah, beliau sangat mencintai kota tersebut hingga mempercepat laju untanya saat melihat dinding-dinding Madinah.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا ……. وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حُبِّ الوَطَنِ والحَنِينِ إِلَيْهِ

Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).

Doa Nabi untuk Madinah juga menunjukkan betapa besar kecintaannya pada tanah air. Dalam sebuah hadits, Nabi berdoa.

اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ (رواه البخارى)

Artinya: “Ya Allah, jadikan kami cinta Madinah, sebagaimana cinta kami kepada Makkah, atau melebihi Makkah” (HR Bukhari).

Artikel Asli baca di Detik.com

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim

LAINNYA