src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js">
HEADLINEKALTIM.CO – Kebotakan rambut dapat dialami oleh pria maupun wanita. Masalah kebotakan biasanya terjadi pada pria saat memasuki usia 30-an tahun dan wanita di atas usia 30-40 tahun. Dokter spesialis dermatologi lulusan Universitas Indonesia, dr. Arlene Rainamira, SpDV, menjelaskan cara meminimalkan kebotakan agar rambut tetap terawat dengan maksimal.
“Baik laki-laki maupun perempuan memiliki masalah kebotakan itu memang ada yang diturunkan secara genetik,” kata Arlene, Kamis (25/7/2024) seperti ditulis Antara. Jika sudah memiliki genetik kebotakan, masalah tersebut sulit untuk dihindari.
“Kalau alopesia atau kebotakan itu pattern-nya khusus, pattern-nya bisa dimulai di depan, tengah, lama-lama semakin tipis (hingga botak secara keseluruhan),” jelas Arlene.
Perawatan Rutin untuk Meminimalkan Kebotakan
Meskipun mengalami kebotakan, Arlene menyarankan agar pasien tetap merawat rambut secara rutin untuk menghindari masalah kesehatan rambut yang lebih parah. Berikut beberapa tips perawatan rambut yang disarankan oleh Arlene:
Pengobatan untuk Kebotakan Parah
Saat kondisi kebotakan sudah parah, Arlene menyarankan untuk berkonsultasi ke dokter agar diberikan pengobatan yang sesuai. “Jika kebotakannya sudah ekstrim, memang harus dikonsultasikan ke dokter untuk diberikan pengobatan khusus alopesia tersebut,” kata Arlene.
Berikut beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebotakan:
Arlene menyebut masing-masing perawatan untuk mengatasi kebotakan memiliki risiko dan efek samping tertentu. Misalnya, pemberian obat yang tidak cocok dengan kondisi kesehatan pasien dapat menimbulkan iritasi hingga kemerahan, atau transplantasi rambut yang dapat menimbulkan infeksi jika pasien tidak menjaga kebersihan diri dan area transplantasi dengan baik.
Namun, risiko-risiko tersebut dapat dihindari selama pasien mematuhi saran yang diberikan dokter dan rutin memeriksakan diri ke dokter. Hal ini dilakukan agar dokter dapat memantau efektivitas pengobatan yang telah dilakukan terhadap pasien. “Biasanya ada tempat transplant, nanti akan dilihat lagi sebab kebotakannya,” tutup Arlene.
Tayang di Kompas.com
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim