24.1 C
Samarinda
Friday, December 6, 2024

Suka Duka Sumirto, Nakhoda Kapal yang Mengangkut Berton-ton Sampah dari Pulau Derawan

Angin kencang memicu gelombang tinggi. Kapal kayu itu diombang-ambing laut yang tak ramah. Muatan harus dikurangi agar kapal tak terbalik dihantam ombak. Begitulah risiko yang dilalui para awak kapal pengangkut sampah dari Pulau Derawan. Pekerjaan baru terasa ringan jika angin sedang malas-malasan memicu riak di perut laut.

Tumpukan sampah memang jadi masalah tersendiri di Pulau Derawan. Sebagai destinasi wisata unggulan di Kabupaten Berau, pulau ini selalu jadi favorit wisatawan nusantara dan mancanegara. Hajatan instansi pemerintahan di Provinsi Kaltim hingga perusahaan swasta kerap dihelat di Derawan.

Makin banyak orang yang datang, tentu Pulau Derawan mendulang cuan. Namun, di sisi lain, sampah ikut menggunung. Harus diangkut keluar pulau. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Berau akhirnya menganggarkan pengadaan kapal khusus pengangkut sampah pada tahun 2024. Lokasi pembuangan sampah, Tanjung Batu. Berjarak 17 kilometer dari Derawan.

Ukuran kapal 12 x 2,5 meter. Sumirto,tenaga honorer yang bekerja di DLHK Berau sejak tahun 2021 sebagai petugas sampah, ditunjuk menakhodai kapal tersebut.

Sumirto bersama rekannya berlayar untuk mengangkut tumpukan sampah dari Pulau Derawan ke Tanjung Batu. (Foto: Istimewa)

“Belum lama ini saya dipindahkan karena belum ada penambahan petugas di kapal, makanya saya dialihkan menjadi pengurus kapal pengangkut sampah tersebut,” ungkap Sumirto.

Bersama awak kapal lainnya, pria berusia 37 tahun ini harus menempuh perjalanan sekitar 1 jam dari Pulau Derawan ke Tanjung Batu. Pekerjaan yang tidak mudah itu dilakukannya dengan sabar demi mendapatkan sesuap nasi.

”Saya menjadi nakhodanya baru-baru ini juga, karena baru tahun ini pengadaan kapalnya,” ujarnya.

Ia menjelaskan, pengangkutan sampah dari Pulau Derawan ke Tanjung Batu sudah berjalan sejak tahun 2017. Namun, menggunakan kapal dari kampung yang dianggarkan sendiri dari Alokasi Dana Kampung (ADK).

Kini, bantuan kapal pengangkut sampah dari DLHK Berau sudah mulai beroperasi. Namun, saat ini persoalan anggaran untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) dari DLHK Berau masih simpang siur.

“Ini baru jalan juga kapalnya, soalnya masih berbenturan dengan anggarannya. Belum ada kepastian untuk bahan bakar minyak (BBM) kapalnya,” tegasnya.

Selain itu, kekurangan personel juga menjadi kendala. Sumirto sendirilah yang harus mengurus semua yang berkaitan dengan kapal tersebut. Dengan ukuran kapal yang lumayan, ia mengaku kerepotan mengurus kapal tersebut sendirian. “Setengah mati juga ngurus kapal ini sendiri,” ungkapnya.

Khusus pengangkutan sampah dari Pulau Derawan ke atas kapal, ada 5 personel yang merupakan warga Kampung Pulau Derawan. Dibantu 3 orang dari DLHK Berau. “Kalau saya khusus yang di kapal sekaligus nakhodanya,” ucapnya.

Ia berharap ke depan, ada penambahan petugas di DLHK untuk di kapal. “Sebenarnya kita di Pulau Derawan ini masih kekurangan personel,” bebernya.

Soal jadwal pengangkutan sampah, terang dia, bergantung dari volume sampah yang menumpuk di Pulau Derawan. Normalnya, pengangkutan sampah dilakukan seminggu sekali.“Kalau wisatawannya membeludak kita bisa mengangkut 3-4 kali seminggu,” bebernya.

Diketahui, volume sampah dalam satu bulan di Pulau Derawan mencapai sekitar 25 ton saat hari normal. Itu meningkat dua kali lipat saat wisatawan membeludak.

Pengumpulan sampah dilakukan dua kali dalam seminggu , yaitu hari Rabu dan Sabtu. Kemudian, untuk pengangkutan sampah menuju ke Tanjung Batu biasanya dilakukan hari Senin atau Minggu.

“Untuk hari normal kita antar sekitar 3 ton sekali antar, itu sudah maksimal,” tuturnya.

Pria kelahiran Pulau Derawan ini mengakui, faktor cuaca juga sangat menentukan pelayaran kapal. Jika laut sedang mengganas, muatan sampah tidak boleh melebihi kapasitas 3 ton. Muatan harus dikurangi karena kapal berpotensi dihantam gelombang sehingga tumpukan sampah akan tumpah dan mencemari laut.

“Apalagi musim angin kalau di Pulau Derawan lumayan, itu harus dijaga sampai pagi. Terkadang hujan, jadi khawatir juga kita,” jelasnya.

Saat kapal menuju Tanjung Batu, petugas sampah dari DLHK dan warga kampung ikut dalam pelayaran. Mereka membantu proses pengangkutan sampah tersebut ke kapal. “Ketika sampai di Tanjung Batu baru kita bongkar,” ucapnya.

Di Tanjung Batu, ada petugas lain yang menyambut untuk mengambil dan membawa sampah-sampah tersebut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Tanjung Batu. “Mereka juga ada unit truk di situ,” bebernya.

Sumirto berharap Tempat Pengelola Sampah (TPS) Reduce, Reuse, and Recycle (3R) bisa berjalan ke depannya di Pulau Derawan.

Tempat penumpukan sampah di Pulau Derawan masih berstatus lahan pinjam pakai. Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kampung Pulau Derawan, DLHK Berau dan organisasi nonpemerintah (NGO) sudah berkoordinasi untuk mengadakan lokasi TPS 3R guna tempat pemilahan sampah.

“Jadi ke depannya ini nanti ada pemilahan. Pihak penginapan, rumah makan dan masyarakat diminta agar nanti bisa memilah sampah sebelum di masukkan ke plastik sampah” ujarnya.

Terlebih lagi, masih ada selentingan soal warga atau pengunjung yang masih membuang sampah di laut. Tanpa ada kesadaran, upaya pengendalian sampah di Pulau Derawan yang sudah dilakukan selama ini hanya sia-sia.

“Jadi kita mengimbau ke pihak pemerintah kampung agar penginapan, rumah makan dan warga di Pulau Derawan tidak ada lagi yang membuang sampah sembarangan,” pintanya.

Dia meminta agar masyarakat dan pihak-pihak lainnya peduli akan lingkungan sekitar, khususnya di Pulau Derawan yang menjadi salah satu wisata unggulan di Kabupaten Berau. (Riska)

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim

- Advertisement -

LIHAT JUGA

TERBARU

POPULER