src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js"> Rumah Budaya Kutai Bertekad Lestarikan Permainan Tradisional di Tengah Kepungan Gawai

Rumah Budaya Kutai Bertekad Lestarikan Permainan Tradisional di Tengah Kepungan Gawai

2 minutes reading
Wednesday, 12 Feb 2025 02:00 70 huldi amal

HEADLINEKALTIM.CO, TENGGARONG – Pelajar zaman sekarang lebih banyak menghabiskan waktu dengan gim di gawai. Mereka tak kenal lagi dengan permainan tradisional.

Fenomena ini membuat Rumah Budaya Kutai (RBK) Tenggarong ingin memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada pelajar yang ada di Kaltim.

Founder RBK, Hasrulianyah Wahyuni mengungkap misi lembaganya membudayakan permainan tradisional di kalangan pelajar. “Misi kami memperkenalkan dan mengubah mindset bahwa permainan tradisional ketinggalan zaman. Justru, permainan ini banyak manfaatnya jika dibandingkan dengan gim online,” cetus Hasruliansyah, Selasa 11 Februari 2025.

Dia mencontohkan, permainan seperti coklak, egrang, benteng, engklek dan gasing itu mengasyikkan dan sangat menghibur. Di balik permainan ini, banyak pelajaran moral dan ketrampilan sosial yang didapatkan. Contohnya, pemain lebih matang secara emosional serta mau menerima kekalahan. Kontak sosial jauh lebih kental dan memupuk kedekatan emosional.

“Beda dengan gim online, membentuk kejiwaan anak yang kasar dan tempramental. Nyaris tidak ada aspek silaturahminya, si pemain tidak mengenal lebih mendalam siapa lawannya,” ucapnya.

Selain komitmen memperkenalkan kebudayaan, RBK juga ingin mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat. RBK menampung beberapa produk olahan pengrajin permainan tradisional sehingga memberikan manfaat satu dengan yang lainnya.

“Terkadang kita membeli gasing atau alat permainan tradisional lainnya dari Sebulu, Bendang Raya dan Kota Bangun. Yang terpenting nilai manfaat kepada banyak pihak bisa terwujud,” ucapnya.

Sejak didirikan 2017, RBK sudah melakukan banyak promosi dan sosialisasi permainan tradisional yang sudah jarang dimainkan pelajar. Sasaran sosialisasi adalah sekolah-sekolah. Sekitar 10 sekolah di Kaltim sudah menerima kedaatangan RBK. Namun, mayoritas adalah sekolah berbasis Islam.

“Kalau di sekolah pemerintah, kami ditanyakan, ‘ini anggarannya dari mana? Kalau kami dari sekolah tidak ada anggarannya’. Padahal, jika diminta kami siap saja mempromosikan secara mandiri,” ujarnya.

Lembaganya, tambah Hasruliansyah, sudah kerap mempresentasikan permainan tradisional di kancah nasional dan internasional. RBK sudah mempromosikan permainan tradisional di Kukar, Samarinda, Balikpapan dan Bontang. “Kami hadiri seminar kebudayaan di Jogjakarta, Malang, dan Malaysia,” jelasnya.

Guna mempromosikan permainan tradisional di beberapa kecamatan se-Kukar, RBK menggandeng rumah budaya tingkat kecamatan seperti di Sangasanga.

“Bisa saja ke depannya ada komunitas yang membentuk rumah budaya kecamatan sehingga memperkenalkan permainan tradisional di kalangan masyarakat lebih mudah,” pungkasnya.

Seorang pelajar SMP bernama Zain mengakui sangat senang dengan hadirnya RBK.
“Sebelumnya, saya tidak mengenal dengan permainan gasing kayu. Teman-teman saya juga belum tentu tahu dengan permainan tradisional,” ucapnya.(Andri)

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim

LAINNYA