HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Kaltim HM Sa’bani meminta kepada kabupaten/kota di Kaltim untuk dapat membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dengan lebih baik.
Dikatakannya, selama ini Balikpapan menjadi kota yang memperoleh predikat Penghargaan TPID terbaik secara nasional, namun justru 2 tahun terakhir prestasi tersebut merosot, hingga disalip oleh kota Samarinda yang dalam 2 tahun ini berhasil mendapatkan predikat terbaik TPID Award. Termasuk Kabupaten Kutai Barat, yang berhasil melesat tinggi menyaingi kabupaten/kota lain mendapatkan predikat berprestasi.
“Mudah-mudahan tahun depan kita banyak mendapatkan penghargaan ini. Balikpapan yang sebelumnya banyak mendapatkan prestasi, 2 tahun ini terganggu sehingga dibalap Samarinda 2 kali berturut-turut. Jalan kita masih licin, jadi mudah tergelincir. Kubar menjadi cerminan kabupaten/kota lainnya,” ucapnya saat mewakili Gubernur Kaltim menerima penghargaan TPID Award 2021 di ruang Ruhui Rahayu lantai 1 Kantor Gubernur Kaltim, Jumat 10 September 2021.
Sa’bani juga meminta kepada Samarinda dan Kutai Barat untuk tetap menjaga dan mempertahankan prestasi yang telah diraih pada TPID Award 2021.
Diakuinya, saat ini Inflasi Kaltim relatif di bawah nasional, hal itu kata dia dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran beberapa komoditi.
“Inflasi kita memang relatif di bawah Inflasi nasional, tapi kadang ada komoditi tertentu mengalami deflasi. Kondisi sekarang ada penurunan supply demand (permintaan dan penawaran) yang terjadi. Tapi yang penting adalah, supply dan demand terjaga, tersedia dan terpenuhi dari kebutuhan masyarakat yang diperlukan,” terangnya.
Disinggung mengenai sektor mana saja yang mengalami inflasi selain pertambangan, Sa’bani mengaku tidak hafal rinciannya. Namun yang jelas kata dia, sektor telekomunikasi dan kontruksi termasuk di dalamnya.
“Saya tidak hafal. Telekomunikasi biasanya inflasi dan kontruksi. Konstruksi ini juga sempat deflasi beberapa waktu tertentu, karena kurangnya aktivitas konstruksi,” katanya.
Selain itu sebut Sa’bani, dengan adanya pandemi COVID-19 yang masih melanda Kaltim, berbagai sektor ekonomi terkena imbas, termasuk relaksasi penerimaan daerah dan pinjaman perbankan ikut terdampak, hingga berpengaruh pada inflasi dan deflasi.
“Di semua kota atas arahan pusat agar membentuk TPID yang fungsinya mengendalikan inflasi di masing-masing daerah. Memang sekarang rendah, tapi menurut BI, kondisi ini belum menurun. Supply memadai sehingga ada deflasi di komoditi tertentu. Tapi melihat ekonomi sekarang, yakin kita bisa mengendalikan,” ujarnya.
“Sektor Perbankan juga kena imbas, walaupun BI menurunkan suku bunga dan Perbankan swasta menurunkan suku pinjaman, tapi tetap mereka masih ragu-ragu, sehingga relaksasi ikut menurun,” sambung HM Sa’bani.
Dikatakannya, seluruh kabupaten/kota bersama provinsi harus bersama-sama mengendalikan inflasi dengan seimbang, agar tidak terjadi kemunduran ekonomi.
Walaupun menurut dia, inflasi lebih bagus daripada deflasi. Sepanjang demand tersedia dan permintaan tinggi, maka kondisi itu aman. Namun sebaliknya, jika permintaan tinggi tapi demand-nya tinggi dan supply kurang, kondisi tersebut harus diwaspadai untuk dikendalikan karena dapat menyebabkan harga tidak terkendali.
“Kita perlu bekerja keras, tidak hanya melihat angka tapi kondisi rill tetap kita jaga. Inflasi ini tidak semudah sebelumnya, bagaimanapun kita harus memonitor dan memantau keseimbangan jika ada lonjakan yang bisa menyebabkan gejolak dsn inflasi tak terkendali,” katanya.
Terpisah, Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi Wongso menyebut, supply dan demand kota Samarinda selama ini banyak dari persoalan infrastruktur dan cuaca. Sehingga Pemkot Samarinda mensiasati kondisi tersebut dengan berbagai program yang menggandeng kelompok masyarakat.
“Dari sisi demand, kita menjaga daya beli masyarakat, khususnya di musim pandemi. Banyak sektor ekonomi masyarakat yang terbatas, tapi Pemkot membuka kebijakan, yaitu kesehatan iya, tapi ekonomi tetap harus bergerak. Walaupun dengan keterbatasan, sehingga tetap masyarakat kecil sektor ekonomi tetap bergerak,” ucapnya pada awak media.
Dikatakannya, beberapa sektor ekonomi masyarakat di Samarinda yang mengalami Inflasi yaitu sektor bahan pokok.
“Termasuk harga cabai dan ayam potong. Selama ini pasokan ayam potong kita masih dari luar daerah, padahal potensi kita besar. Karena itu kita dorong untuk usaha ayam, jangan sampai kita pasok dari luar, tapi paling penting pasokan cukup,” tutupnya.
Penulis : Ningsih