HEADLINEKALTIM.CO, TENGGARONG- Berprofesi sebagai guru di SMAN 1 Marang Kayu, membuat pria bernama Mariani konsen terus lakukan edukasi ke masyarakat untuk gemar memilah sampah dan mengolahnya menjadi pupuk kompos, yang punya nilai ekonomis.
Mariani bersama istri, membuka Rumah Edukasi Kita (Rakit) dirumahnya di jalan Abdul Marisi RT.11 Desa Sebuntal Marang Kayu. Meski dengan halaman yang kecil, terbilang sukses mengelola pertanian dalam rumah.
“Awal berdiri Rakit, sebagai bentuk keprihatinan, di Marang Kayu belum punya Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sehingga sampah organik dan non organik berserakan,” sebut Mariani, Senin 4 Maret 2024.
Mariani merasa miris, ketika masyarakat diarahkan untuk membedakan membuat sampah organik dan non organik, tapi ketika sudah sampai Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan TPA dicampur kembali.
Mengelola sampah organik jika konsentrasi, akan banyak manfaatnya, bisa diolah menjadi media tanam, kompos dan pupuk cair.
“Program ini sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, dan memberikan pendidikan ke masyarakat untuk gemar bertani, dengan menggunakan pupuk organik,” sebutnya.
Tidak mudah, mengedukasi masyarakat untuk menerapkan pupuk organik yang bertahun-tahun terbiasa memakai pupuk kimia, memang tumbuh kembangnya lama, tapi sekali tumbuh, awet hingga bertahun-tahun.
“Tanaman cabai saya sudah 3 tahun lebih masih tumbuh segar, karena dengan penerapan pupuk organik,” sebutnya.
Mariani yang berlatar belakang dari keluarga petani di Maluhu Tenggarong ini mengklaim, sudah banyak yang belajar pertanian bersama dirinya dan istri yang sama-sama gemar bertani.
Bukan hanya sekolah-sekolah yang ada di Marang Kayu, dari daerah lain juga banyak belajar pertanian dengan Mariani. Menanamkan anak gemar bertani, dilakukan Mariani dari berbagai jenjang TK hingga mahasiswa.
“Guru penggerak Kukar juga ada yang belajar dengan saya. Dirinya juga pernah menjadi Narsum pengembangan pertanian diminta oleh Badan Otorita IKN,” jelasnya. (Andri)