26.4 C
Samarinda
Tuesday, March 18, 2025
Headline Kaltim

Menjaga Warisan Leluhur: Tradisi Menugal Masyarakat Dayak di Mahakam Ulu

HEADLINEKALTIM.CO, UJOH BILANG – Di tengah arus modernisasi yang kian pesat, masyarakat suku Dayak di Kampung Long Melaham, Kecamatan Laham, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur, masih teguh melestarikan tradisi menugal. Metode bercocok tanam tradisional ini tidak sekadar soal menanam padi, tetapi juga sarat akan nilai budaya, spiritual, serta filosofi kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.

Menugal bukan hanya tentang bertani, tetapi juga mencerminkan keharmonisan antara manusia dan alam. Praktik ini dilakukan secara gotong royong, melibatkan seluruh keluarga hingga masyarakat sekitar. Bagi suku Dayak, bekerja bersama dalam menugal tidak hanya mempercepat proses tanam, tetapi juga dipercaya membawa keberkahan bagi hasil panen.

Dalam proses menugal, masyarakat menggunakan tongkat kayu runcing atau alu untuk melubangi tanah, lalu memasukkan benih padi ke dalamnya. Berbeda dengan metode pertanian modern yang menggunakan alat berat, cara ini dinilai lebih ramah lingkungan karena tidak merusak struktur tanah dan tetap menjaga keseimbangan ekosistem.

Belawing Mavung, salah satu tokoh adat di Long Melaham, menuturkan bahwa menugal sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sejak dahulu kala.

“Sistem menugal ini sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang kami. Selain menjaga keseimbangan alam, cara ini juga tidak merusak tanah seperti penggunaan alat berat. Padi ketan juga tetap kami tanam karena hasilnya akan diolah menjadi emping, yang selalu ada dalam perayaan awal panen,” ujarnya.

Selain menanam padi ladang, masyarakat Dayak juga tetap mempertahankan tradisi menanam padi ketan. Hasil panennya kemudian diolah menjadi emping dan digunakan dalam berbagai upacara adat, termasuk ritual syukuran atas hasil bumi yang melimpah.

Seiring perkembangan zaman, sebagian masyarakat mulai beralih ke metode pertanian modern yang lebih cepat dan efisien. Namun, masih banyak yang mempertahankan tradisi menugal sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur serta upaya menjaga keseimbangan alam.

Meski demikian, tantangan tetap ada. Generasi muda yang semakin akrab dengan teknologi cenderung kurang tertarik untuk mempertahankan metode pertanian tradisional. Selain itu, lahan yang semakin terbatas akibat ekspansi perkebunan dan industri juga menjadi ancaman bagi keberlanjutan praktik ini.

Menyikapi hal ini, pemerintah daerah dan lembaga adat terus berupaya menjaga kelestarian tradisi menugal. Berbagai program pelestarian budaya serta sosialisasi tentang pentingnya pertanian berkelanjutan mulai digalakkan agar tradisi ini tetap bertahan.

Artikel Asli baca di rri.co.id

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim

- Advertisement -
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers Sertifikat Nomor 1321/DP-Verifikasi/K/XI/2024

Populer Minggu Ini

Dorong Pertumbuhan dan Digitalisasi, Pemprov Kaltim Hadirkan Internet Gratis

HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) berencana...

Pertamina Tegaskan Kualitas Pertamax yang Dinikmati Konsumen Bukan Produk Oplosan

HEADLINEKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Menanggapi isu yang berkembang di masyarakat...

Edi Damansyah Legowo Didiskualifikasi, Timses Segera Umumkan Nama Pengganti Menuju PSU

HEADLINEKALTIM.CO, TENGGARONG - Putusan hakim Mahkamah Konstitusi (MK) yang...

Peringati Hari Satwa Liar Sedunia, PBB Serukan Perlindungan Satwa untuk Masa Depan Bumi

HEADLINEKALTIM.CO, JAKARTA - Setiap tanggal 3 Maret, dunia memperingati...

Cara Mudah Bayar Zakat Fitrah Via Dompet Digital

HEADLINEKALTIM.CO - Menjelang akhir Ramadhan, umat Islam diwajibkan menunaikan...

Tag Populer

Terbaru