src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js"> Meningkatnya Kelelahan Mata di Era Digital: Memahami Computer Vision Syndrome

Meningkatnya Kelelahan Mata di Era Digital: Memahami Computer Vision Syndrome

4 minutes reading
Monday, 21 Oct 2024 14:38 43 Anjhu Anggia

HEADLINEKALTIM.CO – Di tengah revolusi digital yang semakin pesat, kehadiran gadget seperti komputer, tablet, dan ponsel pintar telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Namun, seiring meningkatnya penggunaan gawai, muncul sebuah fenomena yang perlu diwaspadai: computer vision syndrome (CVS). Gejala kelelahan pada mata akibat penggunaan perangkat elektronik ini menjadi perhatian utama, terutama di kalangan pekerja dan pelajar. Dengan 80 persen orang dewasa menggunakan minimal dua gawai secara bersamaan, dan 88 persen pekerja komputer mengalami gejala ini, tantangan kesehatan mata semakin nyata.

Apa itu Computer Vision Syndrome?

Computer vision syndrome adalah istilah yang merujuk pada serangkaian gangguan mata yang disebabkan oleh aktivitas melihat dekat dalam jangka waktu lama. Gejala yang sering dialami antara lain adalah mata terasa tegang, kemerahan, penglihatan kabur, hingga nyeri kepala dan bahu. Dalam kondisi yang lebih parah, seseorang dapat merasakan sensasi mengganjal atau pedih di mata. Di Indonesia, riset menunjukkan bahwa 87,2 persen siswa SMA pengguna komputer mengalami gangguan ini, mencerminkan pentingnya kesadaran akan kesehatan mata di kalangan generasi muda.

Faktor Penyebab Kelelahan Mata

Penyebab utama dari CVS berkaitan erat dengan gaya hidup dan kebiasaan kerja. Selama pandemi Covid-19, banyak dari kita dipaksa untuk beradaptasi dengan bekerja dari rumah, yang mengakibatkan peningkatan penggunaan gawai. Oleh karena itu, penting untuk memahami faktor-faktor risiko yang memicu terjadinya CVS. Usia, jenis kelamin, serta penggunaan kacamata atau lensa kontak dapat mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap gangguan ini.

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah pencahayaan saat bekerja. Pencahayaan yang terlalu redup dapat menyebabkan otot mata bekerja lebih keras untuk fokus, sedangkan pencahayaan yang terlalu terang bisa menyebabkan silau. Idealnya, lingkungan kerja harus memiliki pencahayaan yang cukup agar mata tetap nyaman.

Pentingnya Lingkungan Kerja Ergonomis

Lingkungan kerja yang ergonomis sangat penting untuk mencegah kelelahan mata. Posisi duduk yang tepat, serta pengaturan tinggi layar komputer sejajar dengan ketinggian mata, dapat mengurangi risiko munculnya gejala CVS. Disarankan agar layar komputer diletakkan 15 hingga 20 derajat di bawah ketinggian mata. Begitu pula, tinggi papan ketik sebaiknya sejajar dengan ketinggian siku untuk menghindari ketegangan otot.

Selain itu, memperhatikan kebiasaan berkedip juga sangat penting. Dalam keadaan fokus pada layar, frekuensi kedipan dapat menurun hingga 5-7 kali per menit, jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah normal sekitar 15 kali per menit. Penurunan frekuensi berkedip ini berkontribusi pada masalah mata kering, yang sering kali memperburuk gejala CVS.

Strategi Pencegahan yang Efektif

Untuk mencegah terjadinya computer vision syndrome, beberapa langkah sederhana bisa diambil. Prinsip 20-20-20 adalah salah satu cara efektif: setiap 20 menit, alihkan pandangan ke objek yang berjarak 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik. Langkah ini membantu mengurangi ketegangan mata dan memberikan kesempatan bagi otot mata untuk beristirahat.

Selain itu, penting juga untuk meningkatkan aktivitas fisik di luar ruangan. Paparan sinar matahari dan kegiatan fisik dapat berkontribusi pada kesehatan mata yang lebih baik. Menggunakan air mata buatan juga dapat membantu mengatasi gejala mata kering, terutama di ruangan ber-AC yang cenderung mengeringkan udara.

Kacamata Anti Blue-Light: Efektivitasnya

Salah satu solusi yang sering ditawarkan untuk mengatasi CVS adalah penggunaan kacamata anti blue-light. Meskipun banyak klaim tentang manfaatnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kacamata ini tidak selalu efektif dalam mengurangi ketegangan mata akibat penggunaan gawai. Bukti klinis mengenai dampak blue-light pada kesehatan mata masih terus dicari, sehingga pemakaian kacamata ini sebaiknya disertai dengan pendekatan pencegahan lainnya.

Pemeriksaan Mata yang Menyeluruh

Deteksi dini terhadap computer vision syndrome sangat penting. Pemeriksaan mata yang holistik dan komprehensif bisa membantu dalam mengetahui kondisi mata secara akurat. Melalui wawancara mengenai gejala dan faktor risiko, serta pemeriksaan fisik dan penunjang, tenaga medis dapat memberikan solusi yang tepat.

Artikel Asli baca di riaupos.jawapos.com

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim

LAINNYA