src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js"> Borneo FC Lolos Lisensi Klub Asia, Tapi Gagal Daftarkan Stadion Segiri

Borneo FC Lolos Lisensi Klub Asia, Tapi Gagal Daftarkan Stadion Segiri

3 minutes reading
Friday, 9 May 2025 10:38 96 gleadis

HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Borneo FC Samarinda kembali mencetak prestasi administratif dengan meraih lisensi klub Asia untuk musim 2024-2025. Ini merupakan kali keenam klub asal Kota Tepian itu lolos lisensi dan kelima kalinya secara berturut-turut. Namun, keberhasilan ini dibayangi oleh kekecewaan para pendukung setia Pesut Etam lantaran klub memilih Stadion Batakan di Balikpapan sebagai kandang resmi untuk kompetisi Asia, bukan Stadion Segiri, home base historis mereka di Samarinda.

Lisensi yang diraih Borneo FC mencakup kelayakan untuk berpartisipasi dalam sejumlah kompetisi, mulai dari ACL Elite, Asian Champions Elite, ACL 2, ACGL, hingga Liga 1 Indonesia. Ini menandakan kesiapan klub baik dari sisi administratif maupun operasional untuk berkompetisi di level tertinggi Asia.

Menurut Sekretaris Klub Borneo FC, Reza Katamsi, ada lima kriteria utama yang menjadi indikator kelolosan lisensi klub, yakni supporting, infrastruktur, personil, administratif, legal, dan keuangan.

“Untuk infrastruktur, kita nggak bisa pakai Stadion Segiri, jadi kita pakainya Stadion Batakan. Semua kriteria itu bisa dilengkapi oleh klub, cuma untuk stadion, kita belum punya infrastruktur sendiri,” jelas Reza saat dihubungi via telepon.

Meski renovasi Stadion Segiri sempat digadang-gadang sudah mencapai standar FIFA, ternyata hal tersebut tidak cukup untuk memenuhi standar AFC. Salah satu aspek penting yang belum terpenuhi adalah standar pencahayaan atau Lux.

“Minimal standar Lux dari AFC itu 1500. Sementara di Segiri saat ini hanya 900 Lux. Itu jadi alasan utama kenapa kita nggak daftarkan Segiri,” terang Reza.

Kendala lainnya adalah belum diurusnya Sertifikat Light Fungsi (SLF) stadion yang merupakan dokumen wajib dalam proses lisensi infrastruktur. Karena Stadion Segiri merupakan aset milik Pemkot Samarinda, maka pengurusan SLF bukan menjadi tanggung jawab klub.

“SLF-nya belum diurus, setahu kami ya. Itu kan asetnya pemerintah,” tegas Reza.

Akibat tidak lolosnya Segiri, jika Borneo FC nantinya bertanding di kompetisi Asia, laga kandang mereka akan digelar di Stadion Batakan, Balikpapan. Langkah ini menjadi pukulan telak bagi suporter yang selama ini mendambakan laga-laga internasional digelar di jantung Kota Tepian.

“Kalau lampu dan SLF-nya lolos, kita bisa daftarkan Segiri. Tapi karena dua dokumen penting itu nggak ada, jadi kita terpaksa daftarkan Batakan. Kalau Borneo main di Asia, nggak bisa di Segiri,” ucap Reza.

Meski demikian, Reza tak menutup kemungkinan untuk mengubah dokumen pendaftaran stadion jika kelengkapan infrastruktur Stadion Segiri bisa diselesaikan dalam waktu dekat.

“Kalau dari sekarang pihak terkait bisa kerja sama, ada harapan kita bisa pakai Segiri ke depannya,” ujarnya dengan nada optimis.

Kasus Borneo FC ini kembali menggarisbawahi pentingnya sinergi antara klub sepak bola profesional dan pemerintah daerah. Klub membutuhkan fasilitas yang tidak hanya layak pakai, tapi juga memenuhi standar internasional. Jika dukungan infrastruktur dari pemilik aset—dalam hal ini Pemkot Samarinda—tidak optimal, maka klub lokal seperti Borneo FC harus mencari solusi lain, meski harus “meninggalkan rumah sendiri”.

Di sisi lain, prestasi Borneo FC dalam meraih lisensi lima kali berturut-turut adalah bukti profesionalisme manajemen klub. Namun, jika fasilitas pendukung seperti stadion belum memadai, prestasi itu bisa kehilangan makna di mata publik dan pendukung setia.

Artikel Asli baca di rri.co.id

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya

LAINNYA