HEADLINEKALTIM.CO, SANGATTA – Dunia pendidikan turut merasakan hantaman keras wabah COVID-19. Banyak mahasiswa merasakan kekhawatiran soal biaya studi di tengah resesi ekonomi yang membelit negeri ini. Termasuk mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kaltim asal Kabupaten Kutai Timur.
Mereka khawatir akan nasib keberlanjutan kuliah mereka. Hal ini dikarenakan dalam satu tahun terakhir, biaya perkuliahan belum dibayar karena beasiswa yang dijanjikan pemerintah tidak kunjung cair hingga saat ini.
Ada sekitar 18 orang mahasiswa dan mahasiswi tidak mampu asal Kutim yang berkuliah di kampus yang terletak di Jl. KH Harun Nafsi, Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Sebelumnya, ada nota kesepakatan kerja sama (MoU) antara Pemkab Kutim tentang program penyelenggaraan beasiswa pendidikan pada tingkat Sarjana tertanggal 9 Mei 2019. MoU ditandatangani oleh Rektor UNU Kaltim Dr. H. Farid Wadjdy, M.Pd. dengan Bupati Kutai Timur saat itu, Ir. H. Ismunandar, MT.
Kekhawatiran ini diutarakan oleh Mursyid, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Kependidikan UNU Kaltim kepada headlinekaltim.co. Menurutnya, sudah hampir satu tahun setengah beasiswa pendidikan tersebut belum juga cair.
Bahkan, ia dan kawan-kawannya diminta untuk segera menyelesaikan persoalan biaya kuliah tersebut dengan mempertanyakan kejelasan beasiswa ini kepada pihak Pemkab Kutim.
“Saya dijanjikan beasiswa dalam satu tahun sebesar Rp 12 juta, di mana peruntukkannya untuk biaya kuliah dua semester sebesar Rp 6 juta. Adapun sisanya diperuntukkan untuk biaya asrama dan keperluan hidup lainnya. Biaya ini untuk mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Kependidikan. Adapun mahasiswa dari fakultas lain tentu lebih besar lagi, biaya perkuliahannya berbeda-beda,” ungkap mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi tersebut.
Mursyid dan mahasiswa lainnya hanya bisa berharap agar beasiswa mereka segera dicairkan. Lantaran bukan hanya pihak kampus yang mempertanyakan kejelasan pembayaran kuliah. Pemilik kontrakan juga bolak-balik menagih biaya sewa.
“Teman-teman banyak yang putus asa karena banyak dari kami yang berasal dari keluarga tidak mampu. Jika harus membayar biaya kuliah, maka tentu sangat tidak memungkinkan. Terlebih saat ini pandemi Covid-19 transmisi lokal menjadi momok tersendiri bagi keluarga tidak mampu seperti saya,” ungkap anak guru ngaji ini.
Penulis: redaksi headlinekaltim.co