HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, Kaltim khususnya, banyak sektor usaha terkena imbasnya. Diantaranya adalah sektor pertambangan batu bara. Banyak perusahaan yang akhirnya gulung tikar hingga melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan, akibatnya angka pengangguran melonjak tajam.
Anggota DPRD Kaltim Nidya Listiyono mengatakan, saat ini dirinya telah melakukan investigasi terkait masalah pengangguran yang terjadi di Kaltim, khususnya sejak pandemi COVID-19 berlangsung. Dirinya pun telah berkomunikasi dengan Pemerintah Kota termasuk instansi terkait untuk membahas masalah itu bersama.
“Dari saya, usulan saya pertama tenaga kerja asing untuk tidak masuk, dibatasi dulu. Kedua, aktifkan kembali BLK, karena BLK kita hari ini adem ayem saja. Ketiga, pertukaran tenaga kerja ke Jepang. Tapi saya tidak tahu COVID sekarang ini mungkin ada kebijakan Depomatif apa yang bisa ditempuh. Ini untuk meningkatkan skill dan manset tenaga kerja,” ujarnya.
Terkait dengan sektor tambang batu bara saat ini, Anggota Komisi II DPRD Kaltim menyebut, sektor ini harus sejak dini saveting. Karena dia menganggap, pertambangan batu bara suatu saat akan musnah, termasuk juga dengan sektor perkebunan sawit.
“Harus saveting, kalau kita tetap mengacu batu bara, suatu saat pasti musnah. Batu bara saat ini sedang low. Tapi kalau bicara beberapa waktu lalu sempat stop, tapi hari ini sudah mulai jalan tapi memang denyutnya tidak terlalu kencang. Kemarin kan yang terjadi di tambang batu bara, mereka merasa kerja itu lebih rugi daripada tidak bekerja, sehingga pengusaha memilih rugi daripada tetap bekerja (mempekerjakan karyawan, red),” ujarnya.
“Sama sawit, kalau dibiarkan saja rugi tapi kalau panen tambah rugi, selain hasil panen busuk ditambah membayar tenaga kerja dan tidak laku dijual, jadi masalah dan serba salah,” jelas Nidya lagi. (Advetorial)
Penulis : Ningsih