HEADLINEKALTIM.CO – Umat Islam diperintahkan untuk senantiasa beribadah kepada Allah SWT, baik melalui amalan wajib maupun sunnah. Selain itu, menjauhi segala bentuk larangan-Nya merupakan kewajiban yang tak boleh diabaikan. Namun, sering kali muncul pertanyaan di tengah umat, bagaimana jika seseorang rajin beribadah namun tetap terjebak dalam maksiat?
Dilansir Liputan6 .com dalam salah satu kajiannya, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjawab pertanyaan yang diajukan oleh seorang jemaah mengenai seseorang yang rajin beribadah tetapi masih ahli maksiat. Menurut UAH, kesalahan utama terletak pada ketidaksungguhan dalam bertobat. “Allah hanya akan menerima tobat yang sungguh-sungguh,” tegasnya, seraya mengingatkan bahwa ketika seseorang sadar telah melakukan kesalahan, ia harus segera bertaubat tanpa menunda-nunda.
Rumus Tobat Menurut UAH
Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa Allah SWT telah memberikan pedoman jelas terkait tobat dalam Al-Qur’an, seperti yang tercantum dalam Surah An-Nisa ayat 17:
اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Artinya: “Sesungguhnya tobat yang pasti diterima Allah itu hanya bagi mereka yang melakukan keburukan karena kebodohan, kemudian mereka segera bertobat. Merekalah yang Allah terima tobatnya. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”
Menurut UAH, rumus tobat yang paling penting adalah jangan menunda-nunda. Jika seseorang menyadari kesalahan atau maksiat yang telah dilakukan, ia harus langsung bertaubat. “Jangan menunggu hingga malam hari untuk bertobat jika maksiat dilakukan sore hari, karena maut bisa datang kapan saja tanpa diduga,” ungkap UAH.
Setelah bertaubat, hal berikutnya yang harus diperhatikan adalah kesungguhan untuk tidak kembali melakukan maksiat yang sama. Tanda tobat seseorang diterima adalah jika ia merasa tidak lagi memiliki ketertarikan pada maksiat yang pernah dilakukannya. UAH menjelaskan,
“Mata yang pernah melihat hal maksiat, setelah tobat, tidak lagi suka melihat hal yang buruk. Sebaliknya, akan senang melihat hal-hal yang baik seperti Al-Qur’an dan hal yang soleh.”
Keseriusan dalam bertaubat juga tercermin dari perubahan sikap yang konsisten. Jika seseorang benar-benar ingin memperbaiki diri, ia harus berusaha sekuat tenaga untuk menjauh dari godaan maksiat dan menggantinya dengan aktivitas yang positif.
Sering kali, seseorang merasa putus asa jika tobat yang dilakukan terus-menerus diikuti oleh kesalahan yang sama. Namun, UAH mengingatkan agar jangan pernah berhenti untuk bertaubat, meski maksiat dilakukan berulang kali. “Teruslah bertaubat,” kata UAH, hingga hati merasa lelah dan akhirnya tunduk untuk benar-benar taat kepada Allah SWT.
Dalam pesan penutupnya, UAH mengajak umat Islam untuk tidak ragu dalam bertaubat meski terjebak dalam dosa berulang. “Tobat terus, sampai hati merasa lelah dan tunduk,” pesannya. Hal ini menegaskan bahwa proses tobat adalah perjalanan panjang yang memerlukan ketekunan dan kesungguhan.
Artikel Asli baca di Liputan6.com
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim