HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Banyaknya musibah yang terjadi di Bumi Pertiwi, menggugah hati nurani siapa saja untuk membantu meringankan beban sesama.
Setidaknya itulah yang dirasakan oleh seorang wanita bernama Aji Heriyani. Dirinya rela izin dari tempat bekerjanya di satu tempat wisata pelayaran untuk ikut serta dalam rombongan relawan kemanusiaan ke Kalimantan Selatan.
Yang luar biasa dari wanita berusia 27 tahun ini, berbeda dengan tim rombongan lainnya yang berangkat menggunakan mobil, ternyata Aji Heriyani hanya mengendarai motor Honda Beat “butut” seorang diri untuk menuju ke lokasi bencana di Kalsel.
Ditemui sebelum berangkat ke Kalsel, pemandu wisata kapal di salah satu travel wisata di Samarinda ini mengatakan, tujuan keberangkatannya dirinya ke daerah bencana di Kalsel ini bukan hanya karena kemanusiaan saja, melainkan karena Kalsel adalah tanah kelahiran orangtuanya.
Aji Heriyani berangkat dari Samarinda dengan rombongan yayasan relawan yang diikutinya, namun hanya dia yang naik motor seorang diri.
Selain itu, wanita yang masih lajang ini juga mengaku tak memiliki kekhawatiran berada di lokasi bencana. Pasalnya, sebelumnya dirinya juga pernah menjadi relawan di lokasi musibah Palu dan Donggala.
“Selain saya sudah sering berkecimpung di dunia sosial, dunia relawan. Pernah juga turun di lokasi bencana Donggala dan Palu, itu juga berangkat sendiri,” katanya membuka percakapan.
“Dan juga ini saya balik ke Kalsel, kebetulan di sana tanah kelahiran saya. Orang tua di Tanah Laut dan lokasinya dekat dengan longsoran atau banjir,” lanjut Aji Heriyani.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, di lokasi tempat kelahiran orangtuanya di Tanah Laut, bantuan yang diterima masyarakat terdampak musibah sangat minim karena terkendala akses jalan. Sementara banyak masyarakat di lokasi itu yang membutuhkan bantuan.
“Di sana ada keluarga saya juga, dan bantuan jarang masuk, sedangkan banyak warga kebanjiran yang minta dibantu,” terangnya.
Sempat mendapat penolakan dari keluarga saat meminta izin untuk menjadi relawan di Kalsel, Aji Heriyani tak patah arang. Ia terus menyakinkan keluarganya bahwa keberangkatan dirinya ini adalah untuk misi kemanusiaan, selain itu ada keluarga lainnya yang juga bermukim di lokasi bencana.
“Tentunya keluarga khawatir, sempat tidak kasih izin. Tapi saya yakinkan mereka untuk menepis itu semua, karena dari pengalaman saya sebelumnya, semua baik-baik saja. Saya bilang, minta doanya saja karena di sana juga ada keluarga yang akan dibantu dan banyak yang minta bantuan. Akhirnya mereka setuju. Alhamdulillah,” cerita Aji Heriyani.
Menurut wanita yang sedari kecil ini sudah yatim ini, pengalaman berada di lokasi gempa membuatnya cepat untuk beradaptasi dengan apa yang harus dilakukan.
Pernah ketika melakukan misi kemanusiaan di Palu, bahkan Aji Heriyani sempat tidak diizinkan pulang oleh warga di sana dan diperlakukan sebagai saudara.
“Di lokasi bencana biasanya yang dihadapi karakter masyarakat berbeda-beda. Pengalaman di Sulawesi Selatan itu, di sana karakter masyarakat “keras”. Tapi itulah bagaimana cara kita dapat merangkul mereka,” bebernya.
“Saya di sana juga mendirikan posko atas nama sendiri dengan membawa nama Samarinda. Di sana meeka menerima dan respon, mereka mau kerjasama. Malah saya sempat di tahan di sana sama warga, nggak boleh pulang selama sebulan setengah. Mereka suka dengan saya, mengganggap saya keluarga,” kata Aji Heriyani lagi.
Untuk keberangkatan dirinya kali ini ke Kalsel, segala persiapan telah dilakukan. Mengingat dirinya hanya seorang diri mengendarai motor. Bahkan dirinya juga sudah memastikan tempat di mana saja untuk disinggahi, termasuk mengisi bensin.
“Saya sudah biasa, malah enak berangkat naik motor, nggak apa-apa sendiri. Kan tetap ada teman walau yang lain naik mobil. Lebih aman naik motor. Nanti di perjalanan itu saya bisa singgah di beberap tempat, termasuk untuk isi bensin saya sudah tahu tempatnya. Saya biasanya setahun 3 kali bolak balik Kalsel-Kaltim naik motor sendiri,” katanya.
Berbeda dengan rombongan relawan kemanusiaan yang berangkat ke Kalsel, Aji Heriyani akan berada di lokasi musibah lebih dari seminggu. Dirinya pun mengatakan akan membuka posko peduli dengan menggandeng TNI-POLRI.
“Kalau mengikuti rombongan lain tidak sampai seminggu, ada yang buka posko, antar bantuan langsung pulang. Kalau saya nggak, saya lanjut buka posko sendiri di Tanah Laut. Kemungkinan di kawasan Prehari juga saya buka posko. Yang pasti dari pengalaman sebelumnya tidak ada kendala apa-apa, paling hanya cuaca saja,” ujarnya.
“Saya nanti bangun posko kerjasama dengan militer, ada pengamanan dari mereka juga sekaligus kita minta backup dari mereka. Supaya lebih aman. Memang itu sudah ada metodenya, supaya posko kita bisa berjalan dengan baik,” pungkasnya.
Penulis : Ningsih
Editor: Amin