src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js"> Komoditas Kakao Berau dan Produk Turunannya Sudah Level Premium, Bersaing di Pasar Nasional

Komoditas Kakao Berau dan Produk Turunannya Sudah Level Premium, Bersaing di Pasar Nasional

4 minutes reading
Thursday, 13 Mar 2025 23:13 116 huldi amal

HEADLINEKALTIM.CO, TANJUNG REDEB – Kabupaten Berau memiliki potensi komoditas kakao yang luar biasa. Bahkan, produksinya telah menjangkau pasar nasional hingga ke mancanegara. Petani kakao di Bumi Batiwakkal dapat mengelola dan memanfaatkan potensi ini dengan cara-cara berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Berau merupakan kabupaten yang 75 persen dari 2,2 juta hektare luas wilayah daratannya masih berupa hutan alam. Pemerintah Kabupaten Berau terus berupaya menekan laju deforestasi hutan alam di wilayahnya.

Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas menyampaikan, saat ini Berau menjadi percontohan dalam pengelolaan perhutanan sosial di Kalimantan Timur.

“Kami telah berhasil menyusun dokumen Pembangunan Kawasan Terintegrasi (Integrated Area Development/IAD), yang pertama di Kalimantan Timur, guna mengoptimalkan pemanfaatan 98 ribu hektare perhutanan sosial di Berau,” jelasnya pada acara bincang Thought Leaders Forum yang diselenggarakan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) di Jakarta, 12 Maret 2025.

Pembangunan kawasan terintegrasi merupakan konsep pembangunan dengan memastikan kekayaan alam di kawasan hutan tersebut. Tidak hanya dijaga, tapi juga memberikan manfaat berkelanjutan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Menurut Sri, salah satu pemanfaatan lahan di wilayah kampung yaitu dengan budidaya komoditas kakao. “Dengan pendampingan yang baik, salah satunya dilakukan bersama YKAN, kakao dari perkebunan rakyat ini bahkan bisa menembus pasar nasional,” paparnya.

Kepala Dinas Perkebunan Berau, Lita Handini mengatakan, beberapa strategi yang dijalankan Pemkab Berau dalam mendorong pengembangan kakao. Mulai dari menggandeng multi pihak, pemetaan dan pengembangan kawasan kakao, peningkatan produksi sampai dengan peningkatan kualitas biji kakao. Salah satu sentra perkebunan kakao lestari Berau berada di Kampung Merasa.

“Kita juga memberikan fasilitas permodalan dan pemasaran melalui sistem kemitraan, hilirisasi produk kakao, promosi dan yang terpenting yaitu memberikan pendampingan yang lebih intensif terhadap petani,” ujar Lita.

Irmaya Banaweng, salah seorang petani kakao dari Kampung Merasa menyebutkan, usaha perkebunan kakao sudah ada sejak tahun 1980.  Namun, semakin berkembang saat mendapat pendampingan dari pemerintah dan juga YKAN. YKAN membuat kegiatan Pelatihan Internal Controlling System (ICS) Kakao.

“ICS memberikan banyak informasi kepada warga mengenai jenis dan kualitas kakao di pasar mulai dari yang termurah biji kakao basah, kemudian biji kakao kering asalan, dan yang termahal dan paling banyak dicari yaitu biji kakao fermentasi,” sebut Irmaya.

Pelatihan juga berkembang hingga ke pengolahan biji kakao fermentasi menjadi berbagai produk makanan dan minuman yang dikerjakan oleh kelompok perempuan Kampung Merasa. Sementara para petani dibantu menyusun standar budidaya untuk meningkatkan kualitas kakao sehingga bisa menembus pasar premium.

Upaya peningkatan mutu kakao membuahkan hasil dengan adanya pengakuan publik terhadap kakao Merasa sebagai salah satu dari delapan kakao fermentasi berkarakter unik, otentik, dan spesifik dalam seleksi nasional menuju Cocoa of Excellence di Paris, Perancis, pada tahun 2021.

Dua tahun kemudian diluncurkan Single Origin Cokelat Kampung Merasa 74 persen bersama Pipiltin Cocoa, artisan cokelat premium di Indonesia. Selain itu, olahan produk turunan kakao fermentasi buatan petani juga dipasok ke kedai di ibu kota kabupaten dan dipasarkan kepada para tamu yang berwisata ke kampung.

“Harga kakao saat sedang mencapai rekor tertinggi. Ini bisa menjadi momentum yang baik untuk terus meningkatkan kualitas kakao di Berau, agar petani juga semakin sejahtera,” ujar Bapak Irvan Helmi Co-Founder Pipiltin Cocoa.

Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto menuturkan, Kampung Merasa di Kabupaten Berau merupakan contoh konkret bagaimana pelestarian alam bisa sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

YKAN secara konsisten terus bermitra dengan Pemerintah Pusat maupun daerah dalam mendukung pembangunan hijau yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pelestarian alam.

“Melalui perhutanan sosial, kami mendampingi desa-desa dalam memetakan potensi yang mereka miliki. Selanjutnya, mereka kami dampingi dalam mengembangkan sumber mata pencaharian yang ramah dengan alam sehingga kesejahteraan terpenuhi dan alam tetap lestari,” kata Herlina.

Direktur Program Teresterial YKAN, Ruslandi menambahkan, dengan adanya program ICS, warga Kampung Merasa bisa mendapat pendampingan dalam menerapkan praktik budi daya yang baik atau Good Agriculture Practice. Dalam hal ini, warga Kampung Merasa bisa berbudidaya kakao secara agroforestri, yaitu menanam kakao yang dikombinasikan tanaman kehutanan.

Upaya ini tidak hanya melindungi alam dari kerusakan, namun juga melindungi produsen dari paparan bahan kimia, dan menghasilkan produk berkualitas bagi produsen. Pihaknya ingin berupaya membantu kelompok petani kakao untuk memiliki mata pencaharian berkat pengelolaan hutan secara berkelanjutan, mendukung perempuan untuk mencapai kemandirian dan kewirausahaan berkelanjutan melalui pengelolaan kakao dan produknya.

“Sekaligus juga memulihkan dan melindungi hutan serta menghindari deforestasi dan mengurangi emisi gas rumah kaca,” demikian Ruslandi. (Riska)

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim

LAINNYA