HEADLINEKALTIM.CO, TENGGARONG– Pengamat Kebijakan Publik Fisipol Unikarta, Sudirman menyebut, ada yang perlu diluruskan dari makna ketahanan pangan yang selama ini digembor-gemborkan oleh pemerintah.
Selama ini dikesankan bahwa ketahananan pangan identik dengan padi sawah.
“Idealnya yang masuk kategori ketahanan pangan ada padi lahan atau gunung, yang bersentuhan langsung dengan kearifan lokal masyarakat Kalimantan,” ucap doktor lulusan UGM Jogjakarta ini, Jumat 18 November 2022, di ruang kerjanya.
Penjelasan Sudirman, tanah Kalimantan yang memiliki zat asam tinggi diupayakan dengan berbagai cara seperti pemberian pupuk dan obat-obatan dalam jumlah yang banyak di areal persawahan.
Metode ini menguntungkan industri. Ketika butuh pupuk dan obat-obatan, petani padi sawah belum memiliki dana, maka akan meminjam ke tengkulak sehingga petani sawah semakin tidak berdaya.
“Padi lahan yang biasa orang Kalimantan bertani sebutan Behuma, tidak membutuhkan pupuk dan obat yang terlalu banyak. Pakai metode pembakaran sisa tanaman kering,” ucapnya.
Meski pembakaran sisa tanaman dianggap merusak lingkungan oleh sebagian kepentingan, akan tetapi petani lokal Kalimantan punya pertimbangan sendiri. Sebab, hasil pembakaran sisa tanaman akan menyuburkan lahan serta membunuh hama tikus.
“Membakar sisa tanaman yang dilakukan petani dayak juga tidak sembarangan, ada cara tertentu sehingga tidak meluas. Justru yang lebih masif bukan dilakukan petani dayak persiapan tanam, akan tetapi pembakaran lahan yang disiapkan untuk perkebunan kelapa sawit, ini malah yang merusak lingkungan,” ucapnya.
Sudirman yang melakukan penelitian terhadap petani dayak yang ada di Kecamatan Busang Kabupaten Kutai Timur ini sudah membuktikan bahwa produksi padi gunung lebih tinggi jika dibandingkan dengan padi sawah.
Begitu juga di Kukar, produksi padi gunung lebih tinggi dari padi sawah. Bahkan untuk varietas padi gunung lebih banyak jenisnya.
“Sangat disayangkan, jenis padi gunung tidak diproteksi oleh pemerintah lokal. Dari data BPS terkait produksi padi gunung juga lebih unggul ini bisa dibuktikan. Makanya untuk ketahanan pangan jangan lupakan padi gunung,” sebutnya.(Andri)