24.7 C
Samarinda
Wednesday, November 13, 2024

Baru Seminggu Menjabat Wali Kota Chilpancingo Meksiko Dibunuh dengan Brutal

HEADLINEKALTIM.CO – Pemerintahan baru di Meksiko dihadapkan pada tragedi mengerikan dengan terbunuhnya Alejandro Arcos Catalán, wali kota Chilpancingo, ibu kota negara bagian Guerrero, hanya beberapa hari setelah dilantik. Kejadian ini terjadi di tengah masa awal kepemimpinan Claudia Sheinbaum, presiden wanita pertama Meksiko, yang baru saja mulai menjabat pada awal Oktober 2024 dilansir Kompas.com .

Arcos Catalán, yang baru dilantik sebagai wali kota pada 30 September 2024, tewas dengan cara yang sangat brutal. Pada Senin, 7 Oktober 2024, Presiden Sheinbaum mengonfirmasi kabar tragis tersebut. Dalam pernyataannya, Sheinbaum menegaskan bahwa pihak berwenang sedang melakukan segala upaya untuk menyelidiki kejadian ini dan menegakkan keadilan. “Semua investigasi yang diperlukan sedang dilakukan,” ujarnya, dilaporkan oleh The Guardian.

Kematian Arcos Catalán bukan hanya sekadar peristiwa tragis, tetapi juga simbol dari kekerasan yang mengakar kuat di Meksiko, yang selama ini dirundung konflik kejahatan terorganisasi. Foto-foto yang menunjukkan kepala Arcos Catalán yang berlumuran darah, dipajang di atap sebuah mobil putih dengan tubuhnya tergeletak lemas di dalamnya, tersebar di media sosial, mempertegas kejamnya tindakan tersebut.

Tragedi ini tidak berdiri sendiri. Sebelum pembunuhan Arcos Catalán, dua sekutu dekatnya juga menjadi korban kekerasan mematikan. Francisco Tapia, seorang sekretaris di pemerintahan baru, ditembak mati pada 3 Oktober, hanya beberapa hari setelah pelantikan wali kota.

Ulises Hernández Martínez, mantan komandan polisi pasukan khusus yang direncanakan akan menjadi kepala keamanan Arcos Catalán, juga tewas tertembak pada malam pelantikan. Rangkaian pembunuhan ini menyisakan kepiluan mendalam di Chilpancingo, sekaligus menggambarkan betapa rentannya kondisi keamanan di wilayah tersebut.

Di tengah duka yang melanda warga Chilpancingo, beredar video wawancara dengan Arcos Catalán yang direkam sebelum kematiannya. Dalam video itu, ia berbicara tentang mimpinya untuk menjadikan Chilpancingo lebih damai dan sejahtera. Ia menyatakan bahwa dirinya ingin dikenang sebagai seorang pejuang perdamaian dan kebahagiaan.

“Saya telah tinggal di sini sepanjang hidup saya … dan di sinilah saya ingin mati. Tetapi saya ingin mati sambil berjuang demi kota saya,” ujar Arcos Catalán dalam video tersebut. Kata-kata ini kini terasa begitu menyayat hati, karena ia meninggal bukan karena memperjuangkan kota, tetapi menjadi korban dari kekerasan yang terus menghantui Meksiko.

Pembunuhan sadis ini memicu gelombang kemarahan di kalangan masyarakat dan para politisi. Alejandro Moreno, presiden partai Arcos Catalán, Partai Revolusioner Institusional (PRI), mengecam keras tindakan brutal tersebut, menyebutnya sebagai bentuk teror yang mengerikan.

Ricardo Anaya, seorang senator oposisi, turut menyesalkan kondisi keamanan Meksiko yang semakin memburuk. Ia mengingatkan bahwa sejak Presiden Felipe Calderón melancarkan perang melawan kartel narkoba pada 2006, lebih dari 450.000 nyawa telah hilang. Situasi yang disebut Anaya sebagai “mengerikan” ini menuntut perubahan kebijakan keamanan yang segera.

“Fakta bahwa mereka telah memenggal kepala wali kota dari kota yang sangat penting seharusnya membuat kita bergidik. Itu sama sekali tidak dapat diterima, dan kita perlu melakukan sesuatu untuk memastikan hal itu berhenti terjadi,” ujar Anaya dalam pernyataannya. Ia menegaskan bahwa Meksiko membutuhkan langkah konkret untuk menghentikan siklus kekerasan yang merajalela.

Guerrero, negara bagian di mana Chilpancingo berada, dikenal sebagai salah satu wilayah paling berbahaya di Meksiko. Perang antara kartel narkoba, geng kriminal, dan pihak berwenang telah lama menjadikan wilayah ini ladang kekerasan yang tak kunjung berakhir. Kekerasan yang menimpa Arcos Catalán dan rekan-rekannya hanya menambah panjang daftar korban dari konflik berdarah yang tak kunjung selesai.

Pemerintahan Claudia Sheinbaum kini menghadapi tantangan besar dalam menanggulangi krisis keamanan ini. Sebagai presiden wanita pertama dalam sejarah Meksiko, Sheinbaum diharapkan mampu membawa angin perubahan, termasuk dalam penanganan masalah kartel narkoba yang telah merusak stabilitas negara selama bertahun-tahun. Namun, serangan brutal terhadap Arcos Catalán menandakan bahwa tugas tersebut tidak akan mudah.

Artikel Asli baca di Kompas.com

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim

- Advertisement -

LIHAT JUGA

- Advertisement -spot_img

TERBARU

POPULER