src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js">
HEADLINEKALTIM.CO, PENAJAM – Sembilan keluarga di kawasan Sepaku Lama, Kabupaten Penajam Paser Utara, masih menolak uang kompensasi atas lahan mereka yang digunakan untuk proyek strategis nasional: pembangunan Intake Sungai Sepaku dan normalisasi bantaran sungai sepanjang 4.500 meter. Proyek tersebut merupakan bagian dari infrastruktur utama Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, khususnya penyediaan air bersih dan pengendalian banjir.
Penolakan ini bukan tanpa alasan. Warga menilai bahwa nilai ganti rugi yang ditawarkan pemerintah jauh dari kata layak, bahkan tidak mencukupi untuk membeli tanah baru atau membangun tempat tinggal baru yang setara.
“Pada kami ditawarkan harga Rp236.500 per meter persegi untuk lahan dan Rp350.000 per meter persegi untuk bangunan. Harga ini selain berbeda dari warga lain sebelumnya, juga tidak cukup untuk beli lahan baru,” ujar Usman, salah satu perwakilan warga, kepada media pada Senin (21/4/2025).
Menurut Usman, sejumlah warga yang terdampak pada tahap pembebasan lahan sebelumnya, yang ditangani langsung oleh Kementerian PUPR, menerima nilai kompensasi yang jauh lebih baik. Walaupun tidak mengetahui jumlah pastinya, Usman menyebut para warga terdahulu tampak puas dengan ganti rugi yang mereka terima.
“Kami tidak paham kenapa harganya dibedakan. Sekarang kami tinggal di tengah kesulitan air bersih dan langganan banjir tiap hujan,” keluhnya.
Proyek Intake Sungai Sepaku dibangun dengan nilai investasi besar. Menurut Asisten I Pemerintahan Kabupaten Penajam Paser Utara, Sodikin, pemerintah menganggarkan Rp364 miliar untuk sistem penyediaan air bersih ini, dengan kapasitas produksi mencapai 3.000 liter per detik. Lahan yang dibutuhkan untuk proyek tersebut mencapai 17,8 hektare dan mencakup wilayah Kelurahan Sepaku, Desa Sukaraja, serta Desa Bukit Raya.
Namun dari total tersebut, hanya sekitar Rp9,8 miliar yang dialokasikan khusus untuk pembebasan lahan—angka yang kini dipersoalkan karena dianggap tidak mencerminkan nilai ekonomis dan sosial yang sepadan dengan pengorbanan warga.
Ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN, Danis Sumadilaga, menjelaskan bahwa Intake Sungai Sepaku dirancang dengan konsep bendung gerak (obermeyer), memiliki lebar 117,2 meter dan tinggi 2,3 meter. Bendungan ini mulai dibangun Oktober 2021 dan telah selesai pada Juni 2024, serta beroperasi penuh sejak Agustus 2024.
“Intake ini dirancang tidak hanya untuk menyuplai air bersih, tapi juga sebagai pengendali banjir di kawasan rendah Sepaku Lama,” jelas Danis.
Air dari Intake Sepaku dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sepaku dan diproses hingga siap konsumsi. Air ini kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah susun ASN, kantor pemerintahan, rumah sakit, hotel, hingga istana negara.
Tak hanya itu, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Otorita IKN, Silvia Halim, menyatakan bahwa air bersih dari proyek ini juga akan dialirkan ke masyarakat, khususnya melalui PDAM Penajam Paser Utara. Ini sebagai bentuk pemerataan manfaat pembangunan IKN.
Namun di balik kemegahan infrastruktur IKN, suara warga Sepaku Lama justru dipenuhi nada getir. Usman dan warga lainnya merasa terabaikan, terlebih karena proyek yang dibangun di atas tanah mereka kini telah berjalan dan beroperasi, namun mereka belum mendapatkan kompensasi yang layak.
Pemerintah sempat menggunakan skema konsinyasi, yaitu menitipkan dana ganti rugi di pengadilan, dan mempersilakan warga mengambilnya dengan membawa bukti kepemilikan sah. Tapi warga tetap menolak, sebab nilai uang yang dititipkan tidak sebanding dengan harga lahan saat ini.
Proses penilaian ganti rugi sendiri mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2024, di mana penentuan nilai kompensasi dilakukan oleh penilai publik independen dengan mempertimbangkan komponen tanah, bangunan, tanaman, hingga benda lain yang melekat.
Namun nyatanya, transparansi dan keadilan dalam penilaian itu masih dipertanyakan oleh sebagian masyarakat.
“Kami ingin keadilan, bukan belas kasihan. Tanah kami diambil untuk kemajuan, kami tidak menolak pembangunan, tapi hargai juga pengorbanan kami,” kata Usman.
Artikel Asli baca di antaranews.com
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim